Faktor Organisasional Faktor-faktor Perilaku Cyberloafing

16 lebih baik dan individu-individu dengan otonomi kerja yang lebih besar seperti ini cenderung melakukan cyberloafing.

b. Faktor Organisasional

Beberapa faktor organisasional yang menyebabkan cyberloafing adalah: 1 Larangan Penggunaan Internet Peraturan perusahaan atas penggunaan internet atau mekanisme monitoring yang digunakan untuk menghalangi karyawan melakukan cyberloafing seperti pembatasan akses internet dapat mempengaruhi aktifitas itu sendiri Garrett Danziger, 2008; Ugrin et al., 2007. Sanksi yang diberikan pada karyawan yang melakukan perilaku menyimpang dapat mengurangi kecenderungan cyberloafing Vitak et al., 2011. 2 Hasil yang Diharapkan Karyawan dalam melakukan cyberloafing akan membandingkan antara kepuasan pemenuhan kebutuhan individu dan konsekuensi yang didapatkan. Penelitian menemukan bahwa karyawan cenderung akan lebih jarang melakukan cyberloafing bila mempersepsikan konsekuensi negatif bagi organisasi dan kepentingan pribadi karyawan Lim Teo 2005; Blanchard Henle 2008a. 3 Dukungan Manajerial Belief atau rasa percaya karyawan mengenai penggunaan teknologi dapat dipengaruhi oleh dukungan dari manajer Liberman et al, Universitas Sumatera Utara 17 2011. Tanpa adanya spesifikasi penggunaan internet dapat membuat karyawan salah paham terhadap dukungan manajerial sehingga karyawan menggunakan internet untuk keperluan bisnis dan pribadi yang termasuk cyberloafing Garrett Danziger, 2008; Vitak et al., 2011; Liberman et al., 2011. 4 Persepsi Rekan Kerja Mengenai Norma Cyberloafing Cyberloafing dapat dipelajari dengan meniru perilaku individu lain dalam lingkungan kerja Blau, Yang Ward-Cook., 2004; Liberman et al., 2011. Karyawan yang menyelahgunakan internet karena meniru rekan kerja mengganggap hal tersebut sebagai bentuk keadilan dalam organisasi Lim Teo, 2005. 5 Sikap Kerja karyawan Sikap kerja seseorang terhadap pekerjaan berhubungan dengan ketidakpuasan di tempat kerja. Liberman et al. 2011 menyatakan bahwa sikap kerja mungkin mempengaruhi cyberloafing sebagai respon emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Karyawan cenderung melakukan cyberloafing atau perilaku menyimpang bila memiliki sikap kerja yang tidak baik Garrett Danziger, 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kerja karyawan meliputi: i. Ketidakadilan Beberapa penelitian menemukan bahwa keadilan organisasi menjadi penyebab munculnya perilaku cyberloafing. Keadilan organisasional yang rendah memiliki dampak yang Universitas Sumatera Utara 18 signifikan terhadap cyberloafing Lim, 2002; Lim Teo, 2005. Lim 2002 menemukan bahwa ketika karyawan merasakan ketidakadilan dalam pekerjaan mereka, salah satu cara untuk mengembalikan keseimbangan adalah dengan melakukan cyberloafing. ii. Komitmen Kerja Penelitian dari Garrett dan Danziger 2008 menemukan bahwa karyawan yang terikat secara emosional dengan organisasi tempat mereka bekerja akan merasa penggunaan internet sebagai suatu hal yang kurang sesuai dengan keseharian pekerjaan, karena itu individu yang berkomitmen terhadap pekerjaan mereka kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam aktivitas cyberloafing selama bekerja. Hal ini dikarenakan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan yang mengurangi produktivitas dianggap tidak konsisten dengan self-image dan merendahkan status kerja LaRose Eastin, 2004. iii. Kepuasan Kerja Vitak et al. 2011 menyatakan bahwa kepuasan kerja berkorelasi negatif dengan perilaku cyberloafing. Individu yang puas dengan pekerjaannya mernganggap penggunaan internet untuk hal pribadi sebagai suatu keuntungan yang dapat meredakan stres. Namun pada penelitian Garrett dan Danziger 2008 tidak ditemukan hubungan antara kepuasan pekerjaan dan cyberloafing. Universitas Sumatera Utara 19 Hasilnya berarti bahwa karyawan yang terlibat dalam penggunaan internet untuk hal pribadi belum tentu orang-orang yang kurang puas dengan pekerjaan mereka Mahatanankon et al., 2004. 6 Karakteristik Pekerjaan Menghabiskan waktu singkat pada tugas-tugas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dapat membebaskan karyawan dari kebosanan, kelelahan atau stres, menghasilkan kepuasan kerja atau kreativitas yang lebih besar, meningkatkan kesejahteraan, menjadi rekreasi dan pemulihan, dan membuat karyawan lebih bahagia. Karakteristik pekerjaan spesifik dapat mempengaruhi munculnya perilaku cyberloafing untuk meningkatkan kreatifitas atau mengurangi kebosanan. Di sisi lain, pekerjaan yang kreatif memiliki banyak tuntutan tidak terasa membosankan sehingga karyawan tidak termotivasi untuk melakukan cyberloafing Vitak et al., 2011. c. Faktor Situasional Kondisi perusahaan misalnya ketersediaan fasilitas internet menjadi salah satu sumber yang biasanya memicu terjadinya cyberdeviant behavior Weatherbee, 2010. Jarak fisik antara karyawan dan supervisor mempengaruhi cyberloafing melalui persepsi mengenai kontrol organisasi. Selain itu, terdapat delapan faktor situasional yang berkontribusi pada penggunaan internet yang tidak berhubungan dengan pekerjaan Kay et al, 2009 yaitu kesempatan dan akses, kemampuan, anonimitas, kenyamanan, pelarian, rasa malu, penerimaan sosial, dan durasi kerja. Universitas Sumatera Utara 20 Berdasarkan uraian di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku cyberloafing adalah faktor organisasional yaitu karakteristik pekerjaan. Karakteristik pekerjaan terbagi atas dua yaitu job demand dan job control Karasek, 1979. Menurut Lim 2002, karyawan melakukan penyimpangan kerja misalnya cyberloafing adalah dikarenakan tuntutan pekerjaan yang melebihi sumber daya kerja. Karakteristik pekerjaan tanpa keanekaragaman keterampilan yang tinggi lebih monoton. Kebosanan yang dihasilkan dari karakteristik pekerjaan tersebut menunjukkan tuntutan pekerjaan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa job demand yang rendah dapat menjadi pemicu cyberloafing. Berdasarkan pemaparan diatas, terlihat bahwa job demand adalah salah satu faktor yang berperan dalam menyebabkan perilaku cyberloafing. Maka itu, selanjutnya akan lebih dijelaskan mengenai definisi dan dimensi dari job demand.

B. JOB DEMAND 1. Definisi Job Demand