HASIL UTAMA PENELITIAN PEMBAHASAN

B. HASIL UTAMA PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara job demand dengan cyberloafing. Hipotesa yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif job demand dengan cyberloafing. Hipotesa statistik dalam penelitian ini adalah: H : r=0, artinya tidak ada hubungan negatif antara job demand dengan cyberloafing H 1 : r≠0, artinya ada hubungan negatif antara job demand dengan cyberloafing Hasil uji korelasi Pearson Product Moment dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10 - Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment Analisis Pearson Correlation r Korelasi Pearson Product Moment -0,751 Sesuai pernyataan Field 2009, kedua variabel dikatakan memiliki hubungan apabila nilai r ≠ 0. Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil korelasi sebesar r = -0,751. Karena itu, hasil uji korelasi memiliki arti bahwa H ditolak dengan nilai r = -0,751 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang kuat antara job demand dengan cyberloafing. Hasil uji SPSS dapat dilihat pada lampiran 9.

C. HASIL TAMBAHAN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara Penyebaran subjek berdasarkan kategori skor akan dilampirkan pada deskripsi data penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh, maka perbandingan data empiris dan hipotetik dari variabel cyberloafing dan job demand dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11 - Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Variabel Nilai Empirik Nilai Hipotetik Min Max Mean SD Min Max Mean SD Cyberloafing 1 21 6,87 5,19 48 24 8 Job Demand 31 60 48,32 5,71 22 88 55 11 Kategorisasi dalam penelitian ini menggunakan dua jenis norma untuk variabel yang berbeda. Norma untuk job demand terbagi atas tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan norma untuk cyberloafing terbagi atas tiga kategori yaitu: jarang, kadang-kadang, dan sering.

1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Job Demand

Norma kategorisasi data penelitian job demand yang digunakan adalah menggunakan rumus standar deviasi sebagai berikut: Tabel 12 - Norma Kategorisasi Data Penelitian Job Demand Rentang Nilai Kategorisasi X μ -1.0 SD Rendah μ -1.0SD ≤ X ≤ μ +1.0 SD Sedang X μ +1.0 SD Tinggi Berdasarkan norma di atas, kategorisasi skor job demand secara umum adalah sebagai berikut: Tabel 13 - Kategorisasi Data Penelitian Job Demand Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase 44 Rendah 13 18,57 Universitas Sumatera Utara 44 – 66 Sedang 57 81,42 66 Tinggi Total 70 100 Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada subjek yang memiliki tingkat job demand yang tinggi. Sebanyak 18,57 reponden masuk dalam kategori tingkat job demand yang rendah, dan sisanya, yakni sebesar 81,42 berada dalam kategori tingkat job demand yang sedang.

2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Cyberloafing

Norma kategorisasi data penelitian perilaku cyberloafing yang digunakan adalah menggunakan rumus standar deviasi sebagai berikut: Tabel 14- Norma Kategorisasi Data Penelitian Cyberloafing Rentang Nilai Kategorisasi X μ -1.0 SD Jarang μ -1.0SD ≤ X ≤ μ +1.0 SD Kadang-Kadang X μ +1.0 SD Sering Kategorisasi skor cyberloafing secara umum adalah sebagai berikut: Tabel 15 - Kategorisasi Data Penelitian Cyberloafing Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase 12 Jarang 56 80 12 – 32 Kadang-Kadang 14 20 32 Sering Total 70 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat sebanyak 80 subjek yang jarang melakukan cyberloafing, dan sekitar 20 subjek penelitian yang kadang-kadang melakukan cyberloafing. Tidak satupun subjek penelitian melakukan cyberloafing dengan sering. Universitas Sumatera Utara

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada guru di Pucca Learning Center Medan, dengan jumlah 70 orang guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu job demand dan cyberloafing. Dalam uji asumsi hipotesis, ditemukan hubungan linear yang arahnya negatif. Hal ini berarti bahwa kenaikan dari satu variabel diikuti oleh penurunan variabel lainnya. Hasil utama penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang kuat antara job demand dengan cyberloafing dengan koefisien korelasi sebesar 0,751. Hubungan negatif tersebut artinya semakin rendah job demand maka semakin tinggi frekuensi cyberloafing. Dalam penelitian Hart 2010, ditemukan bahwa job demand yang rendah mempengaruhi perhatian seseorang dalam bekerja, dimana karyawan dengan job demand yang rendah cenderung terdistraksi secara kognitif saat bekerja dengan melakukan hal-hal seperti membaca, mengirim SMS, memeriksa email dan browsing. Maka dari itu, distraksi juga dapat dialami oleh guru-guru dengan job demand yang rendah sehingga melakukan cyberloafing saat mengajar sehingga menyebabkan frekuensi cyberloafing yang tinggi. Beberapa penelitian terdahulu sebenarnya telah menemukan adanya hubungan antara job demand dengan cyberloafing. Namun, variabel job demand diantarai oleh variabel stres Blanchard Henle, 2008b. Dalam Universitas Sumatera Utara penelitian tersebut stres yang disebabkan oleh tingginya job demand meningkatkan perilaku penyimpangan di tempat kerja seperti cyberloafing. Di sisi lain, job demand yang rendah juga dapat menyebabkan stres. Hal ini sesuai dengan kurva Yerkes- Dodson Law yang berbentuk ‘U’ terbalik dalam menjelaskan hubungan workload dengan performa kerja Hart, 2010. Stres akibat rendahnya job demand membuat karyawan mengkompensasi emosi negatif tersebut dengan melakukan withdrawal, salah satu caranya adalah dengan melakukan cyberloafing Askew, 2009. Berdasarkan hasil kategorisasi job demand, dapat dilihat bahwa tingkat job demand pada guru di Pucca Learning Center Medan berada pada kategori sedang yaitu 81,42 dan sisanya yaitu 18,57 berada pada kategori rendah. Kategori ini menunjukkan bahwa guru di Pucca Learning Center Medan memiliki work overload, emotional load dan cognitive load yang sedang. Padahal, guru di Pucca Learning Center Medan memiliki agenda untuk mengulangi pelajaran hingga sempurna untuk beberapa pertemuan. Selain itu, pimpinan Pucca Learning Center Medan telah membagi guru - guru ke dalam dua tingkatan yaitu lower level dan higher level sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman guru. Sehingga jumlah maksimal murid yang ditangani satu orang guru adalah enam murid. Namun alasan dari hasil kategorisasi yang sedang tersebut adalah tidak adanya pembagian job desk yang jelas sebab selain agenda topik pengajaran yang disediakan, guru-guru dibebaskan untuk memberikan aktivitas yang berhubungan dengan materi Universitas Sumatera Utara pelajaran dan murid-murid dapat menanyakan mengenai pelajaran sekolah berupa pekerjaan rumah maupun ujian. Berdasarkan kategorisasi cyberloafing, mayoritas guru yaitu 80 jarang melakukan cyberloafing dan sisanya 20 kadang-kadang melakukan cyberloafing. Tidak satupun subjek penelitian melakukan cyberloafing dengan frekuensi sering. Kategori ini menunjukkan bahwa guru di Pucca Learning Center Medan memiliki frekuensi cyberloafing yang rendah. Rendahnya frekuensi cyberloafing merupakan pengaruh dari larangan penggunaan internet berupa himbauan yang ditetapkan oleh pimpinan sekolah untuk tidak menggunakan gadget atau telepon genggam pada jam mengajar terkecuali untuk hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar atau keperluan mendesak. Seperti yang diulas oleh Ozler dan Polat 2012, aturan mengenai penggunaan internet dapat mempengaruhi aktivitas cyberloafing. Frekuensi cyberloafing cenderung berkurang apabila perusahaan memiliki regulasi mengenai penggunaan internet. Dalam populasi penelitian ini, peraturan yang dibuat hanya berupa himbauan dalam bentuk verbal dan poster. Hal ini menyebabkan aktivitas cyberloafing masih terjadi meskipun dalam taraf yang rendah. Menurut Vitak et al. 2011, sanksi juga dapat mempengaruhi frekuensi seseorang dalam melakukan cyberloafing. Selain himbauan, pimpinan Pucca Learning Center tidak memberikan sanksi untuk aktivitas cyberloafing. Berdasarkan kategorisasi hasil penelitian juga ditemukan bahwa proporsi subjek pria dan wanita tidak seimbang, yaitu subjek wanita 65 lebih Universitas Sumatera Utara banyak daripada subjek pria. Namun, Weatherbee 2010 menemukan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang kuat dengan cyberloafing sehingga hal tersebut dapat dikesampingkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 44,29 guru di Pucca Learning Center Medan berusia antara 22 hingga 40 tahun dan sisanya yaitu 55,71 berusia 18 hingga 21 tahun. Usia memiliki korelasi yang lemah dalam menentukan perilaku cyberloafing sehingga hal ini juga dapat diabaikan Weatherbee, 2010. Meskipun hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif yang kuat antara kedua variabel, hasil kategorisasi justru memberi gambaran yang berbeda. Menurut tabel kategorisasi, tingkat job demand yang sedang menghasilkan frekuensi cyberloafing yang rendah, berbeda dengan hasil komputasi korelasi yang menunjukkan bahwa semakin rendahnya job demand seseorang, maka semakin tinggi pula frekuensi cyberloafing. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat job demand seseorang, semakin rendah frekuensi cyberloafing. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan peranan variabel karakteristik pekerjaan. Pernyataan tersebut dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vitak et al. 2011 dimana karakteristik pekerjaan yang kurang bervariasi dan membosankan membuat individu termotivasi untuk melakukan cyberloafing. Tingkat job demand yang sedang menunjukkan bahwa para guru di Pucca Learning Center memiliki karakteristik pekerjaan yang dianggap cukup bervariasi sehingga dalam melakukan tugasnya, frekuensi cyberloafing menjadi jarang terjadi. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dalam penelitian ini. Hasil penelitian diuraikan dalam bentuk poin-poin begitu pula saran bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang serupa.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan negatif antara job demand dengan cyberloafing yang artinya, semakin rendah job demand karyawan maka semakin tinggi frekuensi seseorang melakukan cyberloafing. Sebaliknya, semakin tinggi job demand karyawan maka semakin rendah frekuensi seseorang melakukan cyberloafing. 2. Secara keseluruhan, guru di Pucca Learning Center Medan memiliki job demand dalam kategori sedang yaitu sebesar 81,42 dan sebesar 18,58 pada kategori rendah. 3. Secara keseluruhan, 80 guru di Pucca Learning Center Medan memiliki tingkat frekuensi cyberloafing yang jarang dan sisanya yaitu 20 kadang-kadang melakukan cyberloafing. Universitas Sumatera Utara