23
seiring peningkatan beban memori pada waktu yang bersamaan, dan peningkatan apapun dari kesulitan proses akan menyebabkan informasi
hilang dari memori jangka pendek Barrouilet, 2007. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cognitive load adalah beban yang dialami
karyawan karena kerja otak dalam memproses informasi yang melibatkan konsentrasi, ketepatanpresisi memori, atau atensi terus menerus.
C. HUBUNGAN JOB DEMAND DAN CYBERLOAFING
Cyberloafing adalah masalah yang sedang marak terjadi dalam organisasi Ozler Polat, 2012. Sebagai deviant workplace behavior,
cyberloafing memiliki dampak yang dimulai dari mengurangi produktivitas kerja karyawan hingga mengancam nama baik organisasi Blanchard Henle,
2008a. Banyak penelitian yang telah menghubungkan antara cyberloafing dengan faktor individual maupun organisasional. Salah satu faktor
organisasional yang berhubungan dengan deviant workplace behavior adalah job demand Schaufeli Bakker, 2004. Emosi negatif yang dihasilkan job
demand membuat karyawan berusaha mengatasinya dengan melakukan deviant workplace behavior Askew, 2009.
Aspek-aspek dari job demand terdiri dari work overload, emotional load dan cognitive load. Work overload meliputi kuantitas pekerjaan dan kualitas
pekerjaan karyawan yang bersifat fisik sedangkan emotional load dan cognitive load adalah usaha psikologis dari karyawan. Workload yang tinggi
membuat karyawan tidak dapat bebas melakukan kegiatan lain. Saat
Universitas Sumatera Utara
24
dihadapkan dengan beban kerja yang tinggi, karyawan tidak akan memiliki waktu luang untuk melakukan counter-productive behavior karena semakin
banyak tugas karyawan, maka semakin sedikit pula waktu yang dapat digunakan untuk melakukan counter-productive behavior Blanchard Henle,
2008b. Sebaliknya, ketika beban kerja karyawan sifatnya rendah, maka karyawan tidak memerlukan usaha fisik atau psikologis. Ketika hal ini terjadi,
maka karyawan memiliki waktu luang untuk melakukan counter-productive behavior, salah satunya adalah melakukan cyberloafing. Karyawan tentu selalu
memiliki tugas atau pekerjaan untuk diselesaikan, karena itu karyawan melakukan cyberloafing hanya saat mereka memiliki waktu senggang Askew,
2009. Tuntutan pekerjaan yang rendah menghasilkan emosi negatif yang akan
karyawan hilangkan dengan melakukan aktivitas lain. Hal ini dapat tercermin dari emotional load dan cognitive load yang rendah. Ketika karyawan
mengalami emotional underload, contohnya saat karyawan diberikan tugas yang tidak menantang atau tidak menstimulasi, karyawan akan mencari
alternatif lain dengan melakukan counter-productive behavior, salah satunya adalah cyberloafing. Hal serupa juga terjadi saat karyawan memiliki tuntutan
kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimiliki. Pekerjaan- pekerjaan yang memerlukan low mental demand menyebabkan karyawan
melakukan penarikan diri, dengan cara melakukan cyberloafing, yang mana merupakan salah satu bentuk counter-productive behavior yang dilakukan
karyawan untuk melepaskan diri dari suatu kegiatan Askew, 2009. Pada
Universitas Sumatera Utara
25
penelitian ini, peneliti akan melihat hubungan antara job demand dengan cyberloafing.
D. HIPOTESA PENELITIAN