Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan pada dasarnya bertanggungjawab untuk selalu menghasilkan kinerja terbaik Husnawati, 2006. Akan tetapi usaha untuk meningkatkan kinerja bukanlah hal yang sederhana. Sehingga dalam prosesnya, terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan. Timpe 1992 menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dapat berupa faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal umumya meliputi lingkungan fisik dan non-fisik perusahaan, sedangkan faktor internal terkait dengan hal-hal seperti motivasi, tujuan dan harapan individu. Motivasi, tujuan dan harapan individu seringkali dikaitkan dengan tingkat optimisme Steinwall, 2006 Optimisme diartikan sebagai kecenderungan untuk mempercayai bahwa hal yang baik akan terjadi dimasa yang akan datang Seligman, 2006. Umumnya, individu yang memiliki tingkat optimisme tinggi cenderung memiliki harapan positif akan masa depan, tinggi dalam hal motivasi dan terbukti lebih sukses dalam mencapai tujuannya Steinwall, 2006. Peterson 2000 menambahkan bahwa hasil lain dari optimisme juga dapat dilihat dari segi kognitif, emosional dan fisik. Berdasarkan segi kognitif, menurut Fredrickson 2003 individu yang optimis biasanya lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap informasi baru. Selain itu, mereka juga memiliki keterampilan pemecahan masalah yang efektif serta terlibat dalam proses perencanaan yang lebih aktif Peterson, 2000 Terkait segi emosional, individu yang optimis akan lebih bahagia Cheng Furnham, 2003, cenderung lebih populer Peterson Steen, 2002 dan memiliki harga diri yang lebih tinggi Fry, 1995. Individu yang optimis biasanya juga mudah dalam membentuk jaringan dukungan sosial Taylor, Kemeny, Bower, Gruenewald, 2000 Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan segi fisik, Scheier dan Carver 1987 menemukan bahwa individu yang optimis pada umumnya memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dan memiliki kemungkinan kecil untuk menderita penyalahgunaan obat-obatan. Mereka juga lebih mungkin mencapai kesuksesan dalam penyembuhan kanker dan penyakit jantung Brissette, Scheier, Carver, 2002. Ditinjau dari lingkup perusahaan, optimisme juga telah dipastikan memiliki dampak yang positif terhadap produktivitas dan kinerja. Hal ini terbukti dari penelitian Steinwall 2006 yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki karyawan yang optimis akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang memiliki karyawan yang pesimis. Selain mempengaruhi produktivitas, kinerja juga terbukti dipengaruhi oleh optimisme Medlin Green, 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Huselid 1995 menunjukkan bahwa kinerja karyawan yang optimis akan meningkatkan penjualan perusahaan sebanyak 27.000 per tahun untuk setiap karyawannya. Sedangkan studi yang dilakukan oleh Seligman 1998 terhadap agen asuransi menunjukkan pekerja yang memiliki tingkat optimisme yang tinggi akan meningkatkan penjualan jasa asuransi perusahaan sebanyak 37 dalam dua tahun pertama bekerja. Selain berhubungan positif dengan kinerja, optimisme juga berkorelasi positif dengan kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi serta juga dapat mengurangi Turn over Jensen, Luthan, Lebsack Lebsack, 2007. Menurut Green, Medlin Whiten 2004 dan Medlin, Green Graither 2010, optimisme memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatannya, yaitu innovation and risk taking, outcome orientation, team orientation dan people orientation. Selanjutnya Green et al 2004 dan Medlin et al 2010 mengemukakan bahwa faktor people orientation dapat meningkatkan optimisme apabila manajemen perusahaan dapat berorientasi pada kesejahteraan karyawan. Usaha perusahaan untuk mewujudkan tujuannya dengan meningkatkan kesejahteraan karyawan disebut kualitas kehidupan bekerja Cascio, 2006. Universitas Sumatera Utara Kualitas kehidupan bekerja menekankan pada pentingnya penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya Luthans, 2006. Kualitas kehidupan bekerja merumuskan bahwa setiap proses kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi keinginan dan harapan karyawan Husnawati, 2006. Selain itu, kualitas kehidupan bekerja juga merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian perusahaan Lewis, Kevin, Paul, Lynne Erin, 2001. Hal ini disebabkan karena kualitas kehidupan bekerja mampu meningkatkan kontribusi karyawan terhadap perusahaan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kualitas kehidupan bekerja mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan May Lau, 1998. Persepsi yang positif terhadap kualitas kehidupan bekerja akan memperoleh beberapa hal seperti berkurangnya tingkat ketidakhadiran, rendahnya turnover, meningkatnya tingkat kepuasan kerja Havlovic, 1991, Cohen, Chang Ledford, 1997; King Ehrhard, 1997 dan komitmen karyawan Normala Daud, 2010 Ahmadi, Salavati Rajabzadeh, 2012. Kualitas kehidupan bekerja juga memiliki dampak lain bagi organisasi. Karyawan yang memiliki persepsi yang positif terhadap kualitas kehidupan bekerjanya akan meningkatkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan terhadap perusahaan Rhonen, 1998. Sikap positif tersebut merupakan dampak emosional yang dihasilkan oleh optimisme Cheng Furnham, 2003. Dengan demikian, persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja yang positif akan meningkatkan optimisme karyawan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mortazavi, Yazdi Amini 2012 melaporkan bahwa kualitas kehidupan bekerja berhubungan dengan komponen-komponen psychological capital seperti resiliensi, harapan, optimisme dan self-efficacy. Selanjutnya, Peterson dan Steen 2002 menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi optimistic explanatory stlyle individu adalah kondisi ditempat kerja. Selain itu, kualitas kehidupan kerja Universitas Sumatera Utara dan optimism juga terbukti meningkatkan kinerja, kesejahteraan dan menurunkan turnover Steinwall, 2006, Zulkarnain, 2013 Jensen, Luthan, Lebsack Lebsack, 2007. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja pada optimisme karyawan.

B. Rumusan Masalah