3. 2 Pemerintahan Pertama Pasca Kemerdekaan
Mr. Teuku M. Hasan
Terbentuknya pemerintahan di Sumatera Timur yang diprakarsai oleh T. M. Hasan masih mengambil struktur yang sederhana, tidak terlalu dipusingkan dengan
tingkatan hierarki dalam birokrasi pemerintahan. Struktur pemerintahan yang terkesan sederhana ini dirasa perlu untuk membangkitkan semangat masyarakat
dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang masih sangat muda.
Universitas Sumatera Utara
Tepat pada tanggal 3 Oktober 1945 T. M. Hasan selaku Gubernur Sumatera secara sah mengeluarkan dekrit resmi sebagai gubernur. Isi dekrit itu sendiri
berkaitan dengan pembentukan tata pemerintahan di Sumatera, salah satunya yaitu mengangkat sepuluh orang residen untuk seluruh Sumatera. Kesepuluh orang yang
telah dipilih itu kemudian di tempatkan pada sepuluh wilayah karesidenan yang juga telah dibagi sebagai berikut:
Nama Keresidenan 1.
Aceh Kuta Raja
Ibukota
Teuku Nyak Arief 2.
Sumatera Timur Medan
Mr. Mohammad Yusuf 3.
Tapanuli Tarutung
Dr. Ferdinand Lumbantobing 4.
Riau Pekan Baru
Aminuddin 5.
Sumatera Barat Padang
Mohammad Safei 6.
Jambi Jambi
Dr. A. Syagaf Yahya
Universitas Sumatera Utara
7. Lampung
Tanjung Karang Mr. Abd. Abbas
8. Sumatera Selatan
Palembang Dr. A. K. Gani
9. Bengkulu
Bengkulu Ir. Indra Tjahya
10. Bangka Belitung
Belitung M. A. Syarif
Mr. T. M. Hasan juga mengangkat delapan orang sebagai staf gubernur untuk membantu kerja-kerja di berbagai karesidenan yang telah ditetapkan, delapan orang
tersebut yaitu Mangaradja Soeangkoepon, Dr. Pringadi, Mr. Teuku Mohamad Hanafiah, Abu Bakar Djaar, Raden Mohamad Amrin, Tengku Abdul Hamid, Dr.
Sahrir, dan Abdul Karim M.S. Terkhusus residen Sumatera Timur, Gubernur memilih Loeat Siregar untuk mengatur roda pemerintahan di sana. Dekrit yang dikeluarkan
Gubernur Sumatera juga memutuskan Medan sebagai ibukota provinsi dan menjadi pusat berjalannya roda pemerintahan di daerah Sumatera. Karena menjadi ibukota
provinsi maka diperlukanlah seorang walikota untuk mengatur berjalannya pemerintahan di Medan. Walikota yang diangkat pada waktu itu ialah Mr. Mohamad
Yusuf.
Universitas Sumatera Utara
Bersamaan dengan pengangkatan Residen dan Walikota dibentuk juga Komite Nasional Daerah KND yang bertugas mengatur rumah tangga pemerintahan di
masing-masing residen. KND sendiri merupakan perwakilan KNI yang ada di pusat. Tugas dari KND secara spesifik dijelaskan yakni; mempersatukan rakyat dari segala
lapisan dan jabatan dalam persatuan yang utuh; membantu menciptakan keamanan dan ketertiban; membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa
Indonesia dan membantu pemerintah daerah menciptakan kesejahteraan umum
13
Meskipun telah terbentuk pemerintahan di Medan namun belum berjalan dengan optimal, bahkan dapat dikatakan masih rapuh dan rentan terhadap gangguan
dari masyarakat lokal. Penyebabnya tidak lain karena masih banyak masyarakat, terutama kaum elit kerajaan atau kesultanan yang belum mau mengakui eksistensi
Republik. KNI yang harusnya menjadi salah satu motor penggerak roda pemerintahan di Medan juga tak bisa berbuat banyak, bahkan kebijakan-kebijakan yang mereka
. Pengunguman pengesahan pejabat pemerintahan Provinsi Sumatera ini
disampaikan kepada masyarakat melalui Surat Kabar Harian Soeloeh Merdeka edisi perdana tanggal 4 Oktober 1945. Melalui pemberitaan ini juga Gubernur Sumatera
memulai aktivitas pemerintahannya pertama kali dengan memberi perintah mobilisasi kepada masyarakat untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang yang
kemudian diikuti dengan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat TKR, pengambilalihan gedung-gedung pemerintahan, dan instalasi penting lainnya.
13
Tiomsi Sitorus, Ibid, hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
ambil tidak sesuai dengan tuntutan saat itu. Pada dasarnya KNI memang merupakan penjelmaan dari Sung Sangi Khai yang banyak didominasi oleh unsur feodal. Namun
kemudian pada akhirnya KNI berhasil diambil alih oleh kaum pemuda yang tergabung dalam BPI.
3. 3 Pergolakan Pasca Kemerdekaan