usaha Belanda ini telah tercium oleh para pemuda. Setelah mengetahuinya, gerakan-gerakan pemuda semakin di tingkatkan lagi dan pengibaran bendera
merah putih dilakukan pemuda di lapangan Pagoda. Dan kegiatan pemuda dipusatkan disebuah gedung persis di depan Siantar Hotel yang sudah menjadi
markas Belanda NICA.
3.3.3 Peristiwa Penghancuran Mesjid Jamik
Awal mula pemicu peristiwa ini adalah ketika sekutu berniat menempelkan ultimatum di depan Mesjid Jamik, yang isinya adalah
ultimatum kepada warga Kota Medan untuk menyerahkan senjata kepada sekutu. Diluar dugaan, rombongan pasukan sekutu tersebut di hadang oleh
barisan rakyat bahkan truk sekutu tersebut ditembaki hingga terbalik dam masuk ke parit. Akibatnya hari itu juga sekutu melakukan razia di Medan.
Bentrok fisik tidak dapat dihindari ketika seorang pemuda Indonesia melemparkan granat ke arah pasukan sekutu yang sedang melakukan razia.
Pertempuran ini dilanjutkan keesokan harinya setelah sekutu memasang beberapa buah dinamit yang siap meledak didalam mesjid. Tidak
lama seusai umat Islam menunaikan ibadah sholat Jumat, dinamit tadi diledakkan sehingga mesjid itu pun hancur. Peristiwa ini sangat menyinggung
hati rakyat Indonesia mengingat mesjid yang telah hancur itu merupakan tempat beribadah umat Islam dan juga simbol perlawanan terhadap sekutu.
Akibatnya timbul semangat untuk bangkit melawan sekutu dengan
Universitas Sumatera Utara
memperkuat pasukan dan melancarkan serangan umum terhadap sekutu. Bermodalkan semangat dan persatuan yang kuat serta persenjataan seadanya
mampu membuat sekutu mundur dan meminta untuk berunding. Latar belakang sekutu meminta perundingan adalah karena para
pejuang melancarkan serang umum dan memblokir Kota Medan dari semua penjuru. Bahkan pasokan air bersih dari Sibolangit mereka putuskan sehingga
Kota Medan Kekurangan air bersih
19
Dalam perundingan ini, pihak sekutu berjanji untuk tidak mengganggu pemerintah sipil Republik Indonesia ataupun menyerahkannya diluar Kota
Medan, Padang dan Palembang kepada pemerintahan Jepang selama pemerintahan berjalan baik dan kemudian tidak terganggu.
. Akibat tidak seimbangnya persediaan logistik dengan jumlah pasukan membuat pasukan sekutu sadar bahwa tidak
mungkin berperang melawan bangsa Indonesia dengan kondisi yang kekurangan. Sehingga muncullah niat untuk meminta maaf atas kehancuran
Mesjid Jamik dan mereka menyatakan kesiapannya untuk membantu permbangunan kembali mesjid tersebut.
20
19
Edi Saputra, Bejo Harimau Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan, Jakarta: Yayasan Bina Satria’ 45, hal: 191
20
Panglima Komando Daerah Militer II Bukit Barisan, Sejarah Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945 – 1950, Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan, 1984, hlm. 106.
Ketiga kota yang dimaksud adalah merupakan daerah pendudukan Belanda. Salah satu strategi
bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaan adalah melalui jalur diplomasi,
Universitas Sumatera Utara
sehingga permintaan maaf sekutu diterima dengan syarat pihak sekutu tidak lagi mengulangi peristiwa yang dapat memicu kemarahan rakyat Indonesia.
3.3.4 Pertempuran Medan Area