4.2 Negara Sumatera Timur NST Melebur Menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia NKRI
Negara Sumatera Timur merupakan satu dari dua negara bagian Republik Indonesia Serikat yang paling lama bertahan. NST bubar pada tanggal 17 Agustus
1950. NST dapat bertahan hingga detik terakhir pembentukan negara kesatuan karena petinggi-petinggi NST mampu merekayasa kepentingan ekonomi perkebunan di
Sumatera Timur. Runtuhnya NST tidak terlepas dari kurang mampunya tokoh–tokoh NST dalam upaya memobilisasi dukungan massa rakyat, terutama para petani dan
buruh–buruh perkebunan didaerah pedesaan. Berbagai kebijakan ekonomi dan politiknya justru lebih mengasingkan NST dari masyarakatnya, termasuk etnis asli,
petani Karo dan Simalungun. Kebijaksanaan agraria ternyata membuat buruh–buruh Jawa dan petani migran lebih mendukung Republik .
Tepat pada tanggal 15 Agustus 1950, Soekarno secara resmi mengproklamirkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesi NKRI di
hadapan sidang bersama parlemen dan senat RIS. Dengan berdirinya NKRI maka pemerintah RIS dibawah pimpinan Perdana Mentri Mohammad Hatta menyerahkan
mandatnya kepada Soekarno. Demikian pula dengan pemerintah federal di daerah- daerah dinyatakan bubar.
Sebelum terbentuknya NKRI, kerap kali terjadi pemogokan besar dan terlama yang berlangsung sejak akhir Desember 1949. Buruh pelabuhan Belawan
melancarkan aksi mogok kerja untuk menuntut perbaikan nasib atau upah, dua hari
Universitas Sumatera Utara
setelah pengakuan kedaulatan. Lebih kurang 500 petani mengadakan rapat umum di Kabanjahe pada 15 Januari 1950. Para petani Karo menuntut agar pemerintah NST
secepatnya mengadakan penyelesaian pemogokan tersebut berdasarkan tuntutan buruh yang mogok. Pada 22 Maret buruh kereta api melakukan aksi mogok. Sekitar
3000 buruh kereta api di Sumatera Timur yang mogok memberikan dampak besar kepada perkebunan. Sebab, 90 barang produk perkebunan diangkut dengan kerata
api ke Pelabuhan Belawan dan kota–kota lainnya. Terhitung dari bulan Desember 1949, kekuatan politik Sumatera Timur
berusaha menghancurkan NST yang dianggap produk dari van Mook. Di daerah Sumatera Timur, khusunya Karo dan Simalungun terjadi pemogokan dan demonstrasi
sehingga melahirkan Aksi Tuntutan Rakyat ATR yang diketuai Mbera Barus. Selain itu, muncul pula organisasi massa yang bernama Kongres Rakyat Sumatera Timur
KRSTI. Selain itu, para pendukung NST, terutama yang bergabung dalam Partai
Negara Sumatera Timur PNST turut membentuk Permusyawaratan Rakyat se- Sumatera Timur PRSST yang dipimpin oleh Tengku Nikmatullah. Organisasi ini
muncul karena ketakutan pemimpin NST dan penduduk NST apabila Sumatera Timur digabungkan kedalam Republik Indonesia sebelum Negara Kesatuan dibentuk. Hal
ini disebabkan bentuk negara pada masa itu adalah RIS. Selanjutnya, tanggal 19 Mei 1950, program Hatta untuk mendirikan Negara
Kesatuan secara resmi diumumkan. Hal ini sebagai bentuk persetujuan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
RIS mewakili NST dan NIT dengan RI. Semua pihak telah setuju untuk membentuk Negara Kesatuan. Berikut ini proses perubahan RIS menjadi Negara Kesatuan.
Pemerintah NST dan NIT menyerahkan mandatnya kepada panitia RIS, selanjutnya delegasi pemerintah RIS berunding dengan delegasi pemerintah RI. Selanjutnya,
dibentuk sebuah panitia untuk mengubah konstitusi sementara RIS yang terdiri dari wakil RIS dan RI. Rancangan tersebut diajukan kepada DPR, senat RIS, dan
BPKNIP. Kemudian, kedua pemerintah RIS dan RI bubar dan Presiden mengupayakan pembentukan pemerintah baru yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia NKRI. Selanjutnya, tanggal 10 Juli 1950, pemerintah RIS mengangkat empat anggota
Panitia Persiapan Negara Kesatuan Sumatera Timur PPNKST. Panitia ini dibentuk untuk melakukan tahap akhir penggabungan NST kedalam NKRI. Selanjutnya, tugas
PPNKST membentuk DPRS disetiap kabupaten dan kotapraja di Sumatera Timur berdasarkan Peraturan Pengganti UU No. 2 Tahun 1950 dari NRI dan Tapanuli serta
Aceh disatukan menjadi Provinsi Sumatera Utara. Ketua PPNKST adalah Sarimin Reksodihardjo, sedangkan anggotanya adalah MR. Moh. Yusuf, Moh. Amin, dan
Raja Kaliamsyah Sinaga. Dalam menjalankan tugas-tugasnya PPKNST dibantu oleh dua badan, yaitu:
1. Badan penasehat, yaitu: Dr. Mahmud Hamzah, G. B. Yosua, H. Adb. Rahman Syahib, Mohd. Alinafiah Lubis, Mr. Mahadi, Sugondo Kartoprodjo, Keras
Surbakti.
Universitas Sumatera Utara
2. Badan penempatan pegawai, yaitu: Madong Lubis. Madja Purba, Mustafa Pane, Abd. Wahab Siregar, Souhouka, Tewoh, Mohd. Kasim, Abdullah Eteng, Arsip,
Abd. Wahid Er, Udin Syamsuddin, Tengku Ubaidullah, Telah Mohd. Amin, Abd. Rahim Ja’far, F. Hutagalung Serikat NST, Abd. Rahman, Mangaraja Ihutan, dan
M. Arsyad Talib Lubis. Selanjutnya, tanggal 16 Juli 1950 dikeluarkan urgensi Program PPNKST yang
menyatakan bahwa Sumatera Timur akan dijadikan sebagai bagian daerah administatif tidak otonomi sesuai dengan azas undang-undang Pemerintahan Daerah
RI No. 22 tahun 1948. Selanjutnya, dibentuk Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera Utara P4SU berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri RIS
No. 13 tahun 1950. Panitia tersebut terdiri dari wakil-wakil dari tiga wilayah Aceh, Tapanuli, dan NST yang akan dijadikan Provinsi Sumatera Utara. P4SU tersebut
diketuai Sarimin Reksodiharjo. Selain itu Sarimin Reksodiharjo juga diangkat sebagai pejabat sementara Gubernur Sumatera Utara. Sedangkan anggotanya adalah: T,
Daudsyah, Raja Kaliamsyah, dan Binanga Siregar. Dengan pembentukan P4SU tersebut, elite-elite NST mengundurkan diri dari jabatannya, meskipun NST secara
resmi belum bubar. Untuk memperlancar bergabungnya NST ke dalam Negera Kesatuan, terdapat
kesepakatan lisan antara dr. Mansoer dengan Mohammad Hatta. Kesepakatan tersebut berisi apabila NST dibubarkan, maka empat batalion Barisan Pengawal NST tetap
berada dalam wilayah Sumatera Timur.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, tanggal 13 Agustus 1950, Dewan NST mengesahkan undang- undang pembubaran NST. Seluruh kekuasaan, kewajiban, dan alat kelengkapan
pemerintah dialihkan kepada pemerintah Negara Kesatuan,yang diwakilkan oleh PPNKST. Tepat tanggal 15 Agustus, Negara Kesatuan diproklamasikan dideapn
Kantor Gubernur Militer di Medan. dr. Mansoer secara resmi menyerahkan semua kekuasaan dan wewenang pemerintah NST kepada Ketua PPNKST, Sarimin
Reksodiharjo. Tepat pada ulang tahun ke-5 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diadakan di seluruh Sumatera Timur. Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh bergabung
membentuk Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Peranan Sumber Visual Fotografi Dalam Mempertahankan