46
Tabel 28. Rata-rata Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Anggrek Per Tahun
Penerimaan Pendapatan
No Jenis Anggrek
Per Petani Per 100 Pot Per Petani
Per 100 Pot Rp
Rp Rp
Rp
1. Dendrobium
47.380.000 7.654.281
11.171.013 1.804.687
2. Vanda
27.072.222 14.173.938
15.409.791 8.067.953
3. Cattleya
26.885.714 12.802.721
14.716.131 7.007.681
4. Bulan
20.540.909 10.118.674
8.968.789 4.418.123
Sumber : Diolah dari Lampiran 35-42 Dari Tabel 28 dapat dilihat bahwa untuk rata-rata penerimaan usahatani anggrek
terbesar adalah dendrobium yaitu sebesar Rp. 47.380.000 per petani atau rata-rata penerimaan usahatani anggrek terbesar adalah vanda yaitu sebesar Rp. 14.173.938
per 100 pot. Sedangkan rata-rata pedapatan usahatani anggrek terbesar adalah vanda yaitu sebesar Rp. 15.409.791 per petani atau rata-rata pendapatan usahatani
anggrek terbesar adalah vanda yaitu sebesar Rp. 8.067.953 per 100 pot.
5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Anggrek
Untuk melihat usahatani tanaman anggrek layak atau tidak layak maka dapat diukur dengan menggunakan RC Ratio yaitu perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya produksi dalam usahatani tanaman anggrek. Adapun kelayakan tanaman anggrek di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 29. Rata-rata RC Ratio Usahatani Anggrek Per Petani No
Uraian Satuan
Jenis Anggrek Dendrobium
Vanda Cattleya
Bulan
1. Penerimaan
Rp 47.380.000
27.072.222 26.885.714
20.540.909 2.
Total Biaya Rp
36.208.987 11.662.431
12.169.582 11.572.119
3. RC
Rp 1,30
2,32 2,20
1,77 Sumber : Diolah dari Lampiran 43-46
Dari Tabel 29 diatas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata RC Ratio per petani untuk tanaman anggrek dendrobium sebesar 1,30. Untuk tanaman anggrek vanda
Universitas Sumatera Utara
47
sebesar 2,32. Untuk tanaman anggrek cattleya sebesar 2,20. Dan untuk tanaman anggrek bulan sebesar 1,77. Dimana RC Ratio anggrek dendrobium, vanda,
cattleya dan bulan lebih besar dari 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usahatani tanaman anggrek di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan.
Selanjutnya kelayakan usahatani tanaman anggrek dapat dilihat dengan menghitung nilai BEP Break Event Point. BEP merupakan keadaan dimana
suatu perusahaan atau usaha dalam melakukan produksi tidak untung dan tidak rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang
diterima perusahaan. BEP harga produksi dapat dianalisis dengan membandingkan total biaya produksi dengan volume atau jumlah produksi,
sedangkan BEP volume produksi dapat dihitung dengan membandingkan total biaya produksi dengan harga jual petani tanaman anggrek.
Adapun perhitungan BEP harga produksi dan BEP volume produksi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 30. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Produksi Usahatani Anggrek Dendrobium Per Tahun
No Uraian
Satuan Rata-rata Per Petani
1. Total Biaya
Rp 36.208.987
2. Harga Jual
Rppot 73.666
3. Jumlah Produksi
Pot 619
4. BEP Harga Produksi
Rppot 55.263
5. BEP Produksi
Pot 470
Sumber : Diolah dari Lampiran 47 Berdasarkan Tabel 30 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata per petani BEP harga
produksi sebesar Rp.55.263petani yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat petani yaitu Rp. 73.666petani
55.26373.666, dan BEP produksi sebesar 470 pot yang berarti rata-rata BEP
Universitas Sumatera Utara
48
produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 619 pot 470619. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan produksi
melewati titik impas, yang artinya usahatani tanaman anggrek layak untuk dilaksanakan di daerah penelitian.
Tabel 31. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Produksi Usahatani Anggrek Vanda Per Tahun
No Uraian
Satuan Rata-rata Per Petani
1. Total Biaya
Rp 11.662.431
2. Harga Jual
Rppot 141.111
3. Jumlah Produksi
Pot 191
4. BEP Harga Produksi
Rppot 59.858
5. BEP Produksi
Pot 82
Sumber : Diolah dari Lampiran 48 Berdasarkan Tabel 31 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata per petani BEP harga
produksi sebesar Rp. 59.858petani yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat petani yaitu Rp. 141.111petani
59.858 141.111, dan BEP produksi sebesar 82 pot yang berarti rata-rata BEP produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar
191 pot 82 191. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan produksi melewati titik impas, yang artinya usahatani tanaman anggrek layak untuk
dilaksanakan di daerah penelitian.
Tabel 32. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Produksi Usahatani Anggrek Cattleya Per Tahun
No Uraian
Satuan Rata-rata Per Petani
1. Total Biaya
Rp 12.169.582
2. Harga Jual
Rppot 127.857
3. Jumlah Produksi
Pot 210
4. BEP Harga Produksi
Rppot 58.220
5. BEP Produksi
Pot 95
Sumber : Diolah dari Lampiran 49
Universitas Sumatera Utara
49
Berdasarkan Tabel 32 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata per petani BEP harga produksi sebesar Rp. 58.220petani yang artinya BEP harga produksi lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat petani yaitu Rp. 127.857petani 58.220 127.857, dan BEP produksi sebesar 95 pot yang berarti rata-rata BEP
produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 210 pot 95 210. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan produksi
melewati titik impas, yang artinya usahatani tanaman anggrek layak untuk dilaksanakan di daerah penelitian.
Tabel 33. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Produksi Usahatani Anggrek Bulan Per Tahun
No Uraian
Satuan Rata-rata Per Petani
1. Total Biaya
Rp 11.572.119
2. Harga Jual
Rppot 100.909
3. Jumlah Produksi
Pot 203
4. BEP Harga Produksi
Rppot 56.015
5. BEP Produksi
Pot 115
Sumber : Diolah dari Lampiran 50 Berdasarkan Tabel 33 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata per petani BEP harga
produksi sebesar Rp. 56.015petani yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat petani yaitu Rp. 100.909petani
56.015 100.909, dan BEP produksi sebesar 115 pot yang berarti rata-rata BEP produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar
203 pot 115 203. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan produksi melewati titik impas, yang artinya usahatani tanaman anggrek layak untuk
dilaksanakan di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
50
Tabel 34. Rata-rata Perhitungan Harga jual dan BEP Harga Produksi Usahatani Anggrek Per Petani
No Jenis Anggrek
Harga Jual BEP Harga Produksi Keterangan
RpPot RpPot
1. Dendrobium
73.666 55.263
Layak 2.
Vanda 141.111
59.858 Layak
3. Cattleya
127.857 58.220
Layak 4.
Bulan 100.909
56.015 Layak
Sumber : Diolah dari Lampiran 48-51 Berdasarkan Tabel 34 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata harga jual terbesar
adalah vanda yaitu sebesar Rp. 141.111 per petani. Sedangkan BEP harga produksi terbesar adalah vanda yaitu sebesar Rp. 59.858 per petani. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa harga jual telah melewati titik impas BEP.
Tabel 35. Rata-rata Perhitungan Produksi dan BEP Produksi Usahatani Anggrek Per Petani
No Jenis Anggrek
Produksi BEP Produksi
Keterangan Pot
Pot
1. Dendrobium
619 470
Layak 2.
Vanda 191
82 Layak
3. Cattleya
210 95
Layak 4.
Bulan 203
115 Layak
Sumber : Diolah dari Lampiran 47-50 Berdasarkan Tabel 35 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata produksi terbesar adalah
dendrobium yaitu sebesar 619 pot. Sedangkan BEP produksi terbesar adalah dendrobium yaitu sebesar 470 pot. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produksi
telah melewati titik impas BEP.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan