Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran

13 usahaproyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat benefit, baik dalam arti financialbenefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usahaproyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Sulistiyani 1995 dengan judul “Pengusahaan Anggrek di PT. Lawang Kencana Indah, Cimanggis, Bogor”.Dari penelitian tersebut diperoleh hasil penelitian bahwa Analisis kelayakan usahatani anggrek potong untuk luasan lahan 1.500 m 2 menunjukkan usaha tersebut layak, dengan nilai NPV sebesar Rp 82.526.630 dan Net BC sebesar 1,96. Menurut penelitian Zulkarnain 2009 dengan judul “Analisis Finansial terhadap Budidaya Tanaman Anggrek”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria kelayakaninvestasi terhadap perubahan penawaran segmentasi umur anggrek yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Perubahan segmentasi dilakukan berdasarkan meningkatnya permintaan terhadap anggrek dengan segmentasi umur dewasa danberbunga namun belum dapat dipenuhi oleh Permata Anggrek. Hasil penelitian inimenyatakan perubahan segmentasi umur budidaya yang dilakukan oleh PermataAnggrek telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Adapun interpretasi dariangka-angka tersebut adalah: NPV sebesar Rp 75.320.472, nilai NPV tersebutlebih besar dari nol maka nilai NPV tersebut dinyatakan layak; nilai IRR sebesar51 persen, nilai tersebut dikatakan layak karena nilai IRR tersebut lebih besar daritingkat bunga diskontonya sebasar 14 persen; Net BC sebesar 2,63 menunjukkansetiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya akan mendapatkan manfaatsebesar Rp 2,63 dan dinyatakan layak karena nilainya lebih Universitas Sumatera Utara 14 dari satu; PP yangdiperoleh sebesar 0,32 menunjukkan pengembalian modal investasi selama tigabulan lebih.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani anggrek sebagai pelaksana dalam usahatani mengharapkan produksi yang besar agar memperoleh penerimaan yang besar pula. Produksi akan mempengaruhi penerimaan usahatani tanaman anggrek melalui tingkat harga. Usahatani tanaman anggrek merupakan usaha yang dilakukan oleh petani anggrek dengan mengelola input produksi yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan tanaman anggrek. Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi sesuai yang diharapkan oleh petani diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah input produksi seperti, luas lahan, benih, modal, pupuk, dan tenaga kerja yang akan menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani anggrek. Pada umumnya pengelolaan input yang baik akan menghasilkan produksi yang besar. Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yang diperoleh pemilik usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan. Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil penjualannya. Penerimaan yang besar belum tentu mencerminkan keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya, karena penerimaan merupakan pendapatan kotor dari usahatani selama satu periode. Dalam usahatani biaya usahatani harus diperhitungkan baik biaya tetap maupun biaya variabel. Universitas Sumatera Utara 15 Penerimaan, biaya, dan pendapatan yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam melihat apakah usahatani anggrek tersebut layak atau tidak layak untuk diusahakan. Selanjutnya akan dilakukan analisis kelayakan ekonomis yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman anggrek. Adapun kriteria yang dipakai dalam penelitian ini antaralain NetRC Ratio, BEP. Usahatani anggrek di daerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan dan dikembangkan di daerah penelitian dapat diketahui melalui analisis kelayakan usahatani. Universitas Sumatera Utara 16 Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh Penerimaan Petani Anggrek Usahatani Anggrek Hasil Produksi Pendapatan Analisis Kelayakan Ekonomis Ketersediaan Input Biaya Produksi Harga Jual Input Universitas Sumatera Utara 17

2.4 Hipotesis Penelitian