Metode Spektrofotometri Kromatografi Secara Kuantitatif

dititrasi dengan ammonium tiosianat dan ammonium fero sulfat digunakan sebagai indikator .

2.4.6.2 Secara Kuantitatif

1. Metode Spektrofotometri

a. Spektrofotometri UV Kloramfenikol dalam larutan air menunjukan spektrum absorbansi yang lebar pada panjang gelombang maksimal 278 nm. Absorbansi ini disebabkan oleh gugus p-nitrofenil, karenanya hasil peruraiannya juga memberikan spektrum yang serupa sehingga karena alasan ini metode spektrofotometri banyak digunakan terhadap senyawa murni atau digunakan untuk menetapkan kadar hasil pemisahan secara kromatografi. Kloramfenikol dalam air pada 278 nm adalah sebesar 298. Kloramfenikol dalam etil asetat 15 dan dalam Kloroform menunjukan absorbansi maksimum di 272 nm. Pada senyawa yang telah tersimpan lama, sebaiknya diuji terlebih dulu dengan KLT untuk melihat apakah ada peruraian atau tidak. Bila setelah diujidengan KLT terdapat 1 bercak maka kloramfenikol belum mengalami peruraian, jika lebih satu bercak berarti telah terjadi peruraian. Jika kloramfenikol telah terurai maa metode penetapan kadarnya yang sesuai adalah metode kromatografi. Cara penetapan kadar kloramfenikol secar spektrofotometri : lebih kurang 30 mg kloramfenikol yang ditimbang seksama dilarutkan dalam etanol mutlak secukupnya lalu diencerkan dengan air hingga 100 ml. Larutan ini diukur absorbansinya menggunakan kuvet 1 cm pada panjang gelombang 278 nm. Universitas Sumatera Utara b. Spektrofotometri Sinar Tampak Visible atau Kolorimetri Kloramfenikol juga dapat ditetapkan secara kolorimetri setelah gugus nitronya direduksi menjadi amin primer aromatis kemudian dilanjutkan dengan diazotasi dan direaksikan dengan N-1-naftil-etilendiamin seperti telah dijelaskan pada sulfonamida.

2. Kromatografi

a. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Metode spektrofotometri tidak dapat membedakan antar kloramfenikol dan produk degradasinya. Metode KCKT telah dikembangkan untuk mentapkan kadar kloramfenikol. Fase gerak digunakan adalah campuran buffer Kalium Monobasik fosfat 0,01 Metanol dengan perbandingan 58: 42 dan dihantarkan secara isokraktik dengan kecepatan alir fase gerak.1,5 mlmenit. Semua larutan diinjeksikan dengan 5 volume µL. Larutan baku kloramfenikol yang mengandung standart internal dari larutan stok dalam labu takar dan dibuat sampai volume dengan metanol. Waktu retensi tergantung pada pH fase gerak. Pemisahan optimum dari kloramfenikol dan bahan-bahan tambahan lain diperoleh pada pH fase gerak. b. Kromatografi Gas Kloramfenikol dalam produk farmasi dapat ditetapkan dengan kromatografi gas-cair dengan asetamid membentuk eter sebelum diinjeksikan ke kromatografi gas dengan standar internal m-fenilen dibenzoat. Metode ini sukses baik untuk kloramfenikol murni atau kloramfenikol dalam sediaan farmasi. Universitas Sumatera Utara

2.5 Lambung

2.5.1 Pengertian Lambung

Lambung adalah tabung elastis, yang lebar dan lunak dengan isi kosong volumenya 1-1,5 liter, sesudah makan lambung dapat membesar sampai 30 cm dan panjangnya dengan volume 3-4 liter, dindingnya terdiri dari 3 lapisan otot yang dari selaput-lendir dan dari luar oleh selaput-perut. Otot-otot ini berfungsi menggerakkan peristaltik yang meremes makanan menjadi bubur. Fungsi lambung adalah sebagai penampung makanan dan ditempat inilah makanan diaduk secara intensif dengan getah lambung dan terjadi absorpsi dari bahan makanan tertentu, mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirubah menjadi polipeptida Thay dan Rahardja, 2010. Adapun 3 bagian utama lambung adalah: 1.Cardia bagian atas pintu masuk makanan yang berasal dari kerongkongan. 2.Fundus bagian tengah untuk mengakomodasi makanan tanpa banyak meningkatkan tekanan dalam lambung dan membentuk kantong udara gas-gas teakumulasi dan berbentuk bulat. Di dalam fundus pula makanan yang tidak dicerna disimpan selama kurang lebih satu jam. 3.Pylorus bagian bawah pintu pembuka lewatnya isi lambung kedalam organ berikutnya yaitu duodenum. Di bagian pilorus inilah proses pencernaan secara kimia terjadi. Apabila pH makanan asam, maka otot-otot pilorus mengendor sehingga menyebabkan pintu pilorus terbuka dan sebaliknya jika makanan basa, maka otot-otot pilorus akan berkontraksi yang menyebabkan pintu pilorus menutup devissaguet,1993. Universitas Sumatera Utara