BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari hasil uji disolusi diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Uji Disolusi Sediaan Kapsul Kloramfenikol 250 mg Dengan Menggunakan Spektrofotometri UV-Visible
No Bsp mg
Asp Kadar Zat Terlarut
Bst = 69,44 Ast = 40985,333
dalam mg dalam
1 303,340
37847,500 229,288
91,715 2
300,330 39296,500
240,452 96,181
3 301,630
39495,000 240,625
96,250 4
301,240 38071,000
232,249 92,900
5 302,220
40224,500 244,591
97,836 6
300,960 39167,500
239,161 95,664
4.2. Perhitungan
1. Menentukan kadar zat terlarut dengan cara sebagai berikut:
Kzt =
p
x
x p x
x
x Kstd
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Kzt
: Kadar zat terlarut Asp
: Absorbansi sampel nm Ast
: Absorbansi larutan standar nm Bst
: Berat serbuk kloramfenikol pada baku standar mg Bsp
: Berat sampel mg Kstd :Kadar standar kloramfenikol 100,46 sudah ketentuan
Kzt
1
=
, ,
x
, x
, x
x
x
100,46 = 91,715
Dengan hal yang sama dapat dihitung kadar zat terlarut Kzt
2
samapai Kzt
6
,
sehingga diperoleh kadar zat terlarut seperti tabel 4.1.
2. Menentukan kadar zat terlarut rata-rata yaitu:
Kzt rata-rata =
Kz + Kz + Kz + Kz + Kz + Kz
=
, + ,
+ , + ,
+ , + ,
= 95,091
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembahasan
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media dalam satuan waktu. Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik terhadap bakteri dengan
menghambat sintesis protein yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel bakteri. Adapun data uji disolusi kloramfenikol secara spektrofotometri Uv-Vis
diperoleh pada tanggal 16 Februari 2016, hal ini menjadikan data tersebut sesuai dengan standar mutu pada spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pihak PT.Kimia
Farma Persero Tbk.Plant Medan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi V.
Untuk kapsul kloramfenikol 250 mg larutan media yang digunakan yaitu larutan HCl 0.01 N sehingga pH cairan mendekati komposisi lambung buatan pH
1,2. Larutan HCl 0,01 N dibuat semirip mungkin dan disesuaikan dengan keadaan pada lambung dalam tubuh manusia. Jadi seolah-olah obat seakan-akan
terdisolusi didalam lambung. Adapun vessel yang berbentuk silinder dengan dasar setengah bola sebagai wadah untuk volume medium disolusi sebanyak 900 ml.
Dianalogikan sebagai gelembung udara, maka gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan bekerja sebagai barier penghalang pada saat interfase
yang mengganggu proses disolusi obat. Medium disolusi juga harus dipertahankan pada suhu 37°C±0,5°C dimaksudkan untuk menyesuaikan suhu dengan keadaan
suhu fisiologis tubuh manusia, selain itu juga digunakan sebagai pembanding jika obat tersebut berada dalam tubuh manusia. Kecepatan pengadukan menggunakan
alat tipe basket keranjang untuk uji disolusi ditetapkan dengan satuan rpm, untuk
Universitas Sumatera Utara
kecepatan kapsul kloramfenikol 100 rpm, karena kecepatan pengadukan dipengaruhi cepat lambatnya pengadukan. Semakin cepat pengadukan semakin
cepat obat larut dan beredar keseluruh tubuh, dan jika pengadukan lambat maka akan lama proses penghancuran obat dan lama memberikan efek samping ditubuh
manusia. Disini pengadukan dianalogikan sebagai kecepatan gerak peristaltik pada lambung. Gerak peristaltik adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot saluran
pencernaan yang menimbulkan efek menyedot dan menelan makanan yang masuk kedalam saluran cerna. Kapsul kloramfenikol sebagai sampel dimasukkan
kedalam pengaduk alat tipe basket keranjang dianalogikan sebagai obat yang masuk dari mulut yang akan ditelan, dimaksudkan agar kapsul tedisolusi dalam
medium disolusi dapat melarut dan melepaskan zat aktif dari kapsul kloramfenikol.
Penetapan kadar zat terlarut dilakukan dengan metode spektrofotometri Uv- Vis dengan panjang gelombang 278 nm dimana larutan HCL 0,01 N sebagai
blankonya. Spektrofotometri UV-Visible sendiri adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur.
Setelah penetapan kadar dapat dilihat dalam tabel penerimaan kadar, jika jumlah zat aktif kapsul kloramfenikol yang terlarut memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi V yaitu kapsul kloramfenikol tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 120 dari jumlah pada etiket. Obat yang
memiliki kelarutan yang kecil dalam air maka laju pelarutannya akan lambat karena kecepatan disolusi obat tidak larut sehingga zat aktif yang didapat pun
sedikit sedangkan obat yang memiliki kelarutan besar dalam air maka laju pelarutannya cepat dan memberikan efek terapi yang baik untuk tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil uji disolusi sediaan kapsul Kloramfenikol 250 mg yang telah dilakukan diperoleh kadar zat terlarut, yaitu masing-masimg yaitu 91,715,
96,181, 96,250, 92.900, 97,836 dan 95,091 dengan kadar zat terlarut rata-rata kapsul kloramfenikol 250 mg adalah 95,091, dimana jumlah ke-6
kapsul yang diuji pada tahap 1 S
1
memenuhi kriteria penerimaan hasil uji disolusi, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang dari 80. Dari data
diatas dinyatakan bahwa kapsul kloramfenikol 250 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia Edisi V. Jika kadar persen terlarut yang telah ditetapkan dibawah persyaratan yang
telah ditentukan maka obat tersebut tidak memiliki efek apapun untuk tubuh, jika obat tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh Farmakope
Indonesia Edisi V maka obat memberikan efek terapi obat dan khasiat yang lebih cepat diserap keseluruh tubuh manusia. Semakin besar persen yang dihasilkan
maka semakin cepat obat itu bekerja didalam tubuh. Sedangkan jika kadar persen terlarut lebih dari persyaratan yang telah ditentukan maka akan menimbulkan efek
samping yang berbahaya yang tidak diiinginkan oleh tubuh seperti bisa keracunan, gagal ginjal dan kematian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN