Persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru dalam pembelajaran di MTs Asy-Syukriyyah

(1)

Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan padanya. Untuk itu disiplin dalam bentuk pelaksanaan peraturan sangat diperlukan bagi seorang guru, karena Disiplin adalah faktor yang esensial dalam mengembangkan potensi individu. Faktor terpenting dari seorang guru adalah kedisiplinan kerjanya. Berawal dari disiplin kerja yang dimiliki oleh seorang guru, maka akan lahir loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap suatu pekerjaan dan proses inilah yang nantinya akan mengantarkan pada kesuksesan guru dalam mewujudkan hasil belajar yang maksimal bagi para siswanya.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru dalam pembelajaran di MTs Asy-Syukriyyah Tangerang. Penulis hanya membatasi pada permasalahan yang terkait dengan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun tujuan penelitian ini yaitu : untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru di sekolah.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis tipe penelitian frekuensi (persentase) yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu yang ada pada masa sekarang, kemudian dijelaskan, dianalisis dan disajikan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambaran yang jelas dan sistematis. Metode ini penulis lakukan dengan cara pengumpulan data dengan tekhnik observasi, angket, dan wawancara. Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus persentase.

Hasil penelitian ini menunujukan bahwa persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru dalam pembelajaran di MTs Asy-Syukriyyah Tangerang menunjukan cukup baik.


(2)

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebenaran.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan pada penulis selama menyusun skripsi ini.

Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para stafnya

3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan saran dan kritikan sehingga penulisan skripsi ini bisa selesai

4. Dra. Eri Rosatria, M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, pengarahan, ilmu dan waktu serta motivasinya kepada penulis semoga kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Kependidikan Islam progran studi Manajemen pendidikan, tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah sabar dan ikhlas mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat bertambah dan bermanfaat.

6. Kedua orang tua tercinta bapak H. Halimi Mansyur dan mama HJ. Nasriah yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada saya dalam kehidupan.


(3)

sayang untuk bisa menyelesaikan skripsi secepatnya

8. Teman-teman satu perjuangan anak KI-Manajemen pendidikan angkatan 2005, Ujang Syahid, Siti Eva Shafiyah, Khairul Sholeh, Rahmat Hidayat, dan semua kawan-kawan angkatan 2005 yang telah membantu dan memberikan doa, semangat serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

9. Mamat Rakhmat kepala sekolah MTs Asy-Syukriyyah Tangerang serta dewan guru yang mengizinkan saya untuk melakukan penelitian dan Akhmad Fadillah karyawan bagian Tata Usaha yang suka rela memberikan informasinya kepada peneliti.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatsan ilmu yang dimiliki, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Jakarta, Juni 2010


(4)

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebenaran.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan pada penulis selama menyusun skripsi ini.

Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada. M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Drs. Rusydy Zakaria,M.Ed. M.Fil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam beserta para stafnya

3. Drs. Mua’rif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan saran dan kritikan sehingga penulisan skripsi ini bisa selesai 4. Dra. Eri Rosatria M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, pengarahan, ilmu dan waktu serta motivasinya kepada penulis semoga kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Kependidikan Islam progran studi Manajemen pendidikan, tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah sabar dan ikhlas mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat bertambah dan bermanfaat.

6. Untuk kedua orang tua tercinta bapak saya H. Halimi Mansyur dan mama saya HJ Nasriah yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada saya dalam kehidupan.


(5)

memberikan motivasi, d’oa dan kasih sayang untuk bisa menyelesaikan skripsi secepatnya

8. Untuk seseorang yang saya sayangi (LuMuNu), bunda Deden Shalihatun Nida S.Pd.I yang selama ini selalu mencurahkan cinta, kasih dan sayangnya dan juga rela berkorban apa saja demi selesainya skripsi ini, semoga 4JJ SWT selalu memberikan kesehatan kepadanya.

9. Untuk teman-teman satu perjuangan anak KI-Manajemen pendidikan angkatan 2005, Ujang Syahid. Khairul Sholeh, Rahmat Hidayat, dan semua kawan-kawan angkatan 2005 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan doa, semangat serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

10.Terima kasih kepada bapak Mamat Rakhmat kepala sekolah MTs Asy-Syukriyyah Tangerang serta dewan guru yang mengizinkan saya untuk melakukan penelitian dan kepada bapak Akhmad Fadillah karyawan bagian Tata Usaha yang suka rela memberikan informasinya kepada peneliti.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatsan ilmu yang dimiliki, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Jakarta, Juni 2010


(6)

Datar Isi………iv

Daftar Tabel………..v

Bab I Pendahuluan……….1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Identifikasi Masalah………4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….4

D. Manfaat Penelitian………..………....4

Bab II Kajian Teori………6

A. Disiplin Kerja Guru………6

1. Pengertian Disiplin Kerja Guru ……….6

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru……….11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Keja Guru………16

B. Persepsi Siswa………...18

1. Definisi Persepsi………18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa………...20

Bab III Metodologi Penelitian………..23

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...……….…………23

B. Tujuan Penelitian……….……...…...23

C. Metode Penelitian……….…….23

D. Populasi dan Sampel……….…….23

E. Instrumen Pengumpulan Data……….…..24

F. Pengolahan data……….…...26

G. Tekhnik Analisis Data………..…….27

Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian……….28

A. Hasil Penelitian……….….…28

1. Gambaran Singkat Mengenai MTs Asy-Syukriyyah………..28


(7)

B. Saran-saran………...….59 Daftar Pustaka……….….….60 Lampiran...61


(8)

Tabel Keadaan Guru dan Karyawan...33

Tabel Struktur Organisasi………..34

Tabel Disiplin dalam Waktu...35

Tabel Displin dalam Melaksanakan Tugas………38

Tabel Disiplin dalam Suasana Kerja………..48

Tabel Displin dalam Melayani Masyarakat………...50

Tabel Disiplin dalam Sikap Tingkah Laku dan Penampilan………..51

Tabel Deskripsi Data Disiplin Guru………...57


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dan tidak dapat terlepas dari pengaruh pesatnya perkembangan ilmu teknologi global yang sedang melaju pesat dewasa ini. Bidang pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk sumber daya manusia yang terampil guna berpartisipasi dalam hal pembangunan dan pengembangan pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sarana yang paling vital dalam pengembangan sumber daya manusia, terutama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia yang terampil di bidangnya.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat pengembangan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap yang diberikan secara lengkap kepada generasi muda untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan diri agar bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Lembaga pendidikan formal antara lain dalam bentuk sekolah sebagai organisasi/kelompok kerjasama sekelompok orang, memerlukan kegiatan pengendalian untuk mencapai tujuannya, kegiatan-kegiatan itu antara lain bersifat kebijakan atau penentuan policy dalam melakukan kegiatan operatif atau kegiatan profesional. Undang-undang sistem pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi


(10)

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

Setiap guru mempunyai kewajiban yang sama dalam menyusun rencana kegiatan atau program sekolah di bawah kepemimpinan seorang kepala sekolah yang harus berusaha menarik dan memanfaatkan kerja sama yang kreatif dan positif dari setiap guru di lingkungannya. Begitu juga komponen guru dan siswa merupakan komponen yang saling timbal balik dalam pencapaian hasil pendidikan.

Guru merupakan tenaga pendidik terdepan dalam melaksanakan tugas pokok lembaga pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam membimbing dan mendidik para siswa untuk mencapai prestasi serta mengatasi kesulitan belajar, juga mempunyai andil yang besar untuk mewujudkan saebuah masyarakat yang berkualitas dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Terlepas dari semua masalah yang ada, guru mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai pendidik. Siswa akan berhasil dalam belajar apabila ia cukup mendapatkan bimbingan belajar baik dari guru maupun orang tua. Untuk itu disiplin dalam bentuk pelaksanaan peraturan sangat diperlukan bagi karyawan, guru dan peserta didik sebagai wujud nyata dari pengawasan dalam menciptakan tata tertib organisasi sekolah.

Disiplin adalah faktor yang esensial dalam mengembangkan potensi individu, faktor terpenting dari seorang guru adalah kedisiplinan kerjanya, disiplin kerja besar peranannya bagi keberhasilan proses pembelajaran, berawal dari disiplin kerja guru, maka akan lahir loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap suatu pekerjaan, dan proses inilah yang nantinya akan

1


(11)

mengantarkan pada kesuksesan guru dalam mewujudkan hasil belajar yang maksimal bagi para siswanya.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan, dan gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik, peran dari guru dan murid di dalamnya akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan alat bantu pembelajaran sebagai medium. Oleh karena itu semua komponen harus diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumya. Dengan adanya rasa kesadaran diri untuk melaksanakan disipilin kerja diharapakan semua kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sehari-hari dapat membuahkan hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Memberdayakan dan membiasakan kedisiplinan dalam proses pembelajaran menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan tersebut. Dengan disipilin kerja guru yang baik diharapkan proses pembelajaran dan program-program kegiatan yang lainnya akan lebih terarah dan lebih baik.

Keberhasilan belajar pada anak didik, merupakan tujuan utama dari rangkaian pendidikan. Untuk itu, maka diperlukan guru yang disiplin dalam proses pembelajaran agar anak didik ikut termotivasi dengan apa yang dicontohkan guru kepada anak didiknya.

Seperti pada sekolah formal lainnya, MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang berusaha untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang lebih baik terutama dalam meningkatkan kedisiplinan kerja guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, fenomena yang terjadi MTs Asy-Syukriyyah ini terletak pada kurang disiplinnya para guru dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru tidak hanya harus datang tepat waktu di sekolah maupun di kelas dan mengisi absen saja, akan tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam proses pembelajaran di kelas. Seringkali terjadi di MTs Asy-Syukriyyah ini, guru meninggalkan kelas begitu saja pada waktu jam belajar masih berlangsung dan hanya memberikan tugas-tugas pada siswanya. Sedangkan guru meninggalkan


(12)

kelas tanpa mempunyai urusan yang penting dan terlihat hanya mengobrol dengan guru lain dikantor. ketika jam belajar akan habis barulah guru kembali ke kelas dan memerintahkan pada siswanya untuk menyerahkan tugas-tugas yang telah diberikan.

Berdasarkan masalah yang terjadi, penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang masalah tersebut yang ditunjukan dalam penelitian dengan judul : ”Persepsi Siswa Terhadap Disiplin Kerja Guru Dalam Pembelajaran di

MTs Asy-Syukriyyah Tangerang ” B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka masalah-masalah yang timbul adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya motivasi kerja menimbulkan kurang disiplin dalam bekerja 2. Kurangnya tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan tata

tertib sekolah

3. Kurangnya penerapan disiplin kerja guru

4. Pemahaman guru tentang disiplin kerja sebagai pengajar dan pendidik C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasi di atas, penulis hanya akan membatasi pada permasalahan yang terkait dengan disiplin kerja guru, yang dimaksud disiplin kerja guru dalam penelitian ini adalah disiplin kerja yang dilakukan oleh guru yang dibatasi pada disiplin waktu dan tanggung jawab pada tugas yang diberikan

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru di MTs Asy-Syukriyyah dalam proses pembelajaran ?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat :


(13)

1. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagaì cermin untuk melihat dan memperbaiki kelemahan diri sendiri sehingga ada usaha untuk meningkatkn disiplin kerja.

2. Bagi kepala sekolah : dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kedisiplinan guru.

3. untuk menambah khazanah keilmuan dan dapat memberikan informasi kepada pihak yang akan melaksanakan penelitian lanjut tentang kedisiplinan guru.


(14)

BAB II KAJIAN TEORI A. Disiplin Kerja Guru

1. Pengertian Disiplin Kerja Guru

Disiplin sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena itu, kedisiplinan harus ditanamkan secara terus menerus terhadap individu, dengan penanaman yang terus menerus maka disipilin akan menjadi kebiasaan. Orang-orang yang sukses dengan pekerjaannya, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang-orang yang gagal umumnya tidak disipilin.

Untuk dapat memahami apa itu disiplin kerja guru, penulis mengemukakan terlebih dahulu pengertian disiplin. Disiplin berasal dari akar kata “disciple“ yang berarti belajar.1 Menurut Sumedi ysng dikutip oleh IG Wursanto kata disiplin sebenarnya berasal dari kata dispel yang berarti pengikut. Pengertian lain dari kata disiplin ialah melatih dan mendidik orang-orang terhadap perturan-peraturan agar ada kepatuhan dan kemudian supaya dapat berjalan dengan tertib dan teratur dalam organisasi2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “disiplin adalah ketaatan, aturan yang ketat, tata tertib yang harus dipatuhi.3 Sedangkan menurut Ali Imron disiplin merupakan suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung

1

http://www.google.co.id,Kmpk.UGM.ac.id/data/SPMKK/3c-DISIPLIN(revPeb'03).doc

2

I.G. Wursanto, Pokok-pokok Pengertian Human Relations dalam Manajemen, (Jakarta: Pusaka Dian, 1995), Cet I, h 33.

3

J.S. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indoenesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1994), Cet II, h,349.


(15)

dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.4

Dengan demikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang tersebut karena disiplin merupakan suatu arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.

Jadi, dispilin merupakan proses latihan dan belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam bertindak, berfikir dan bekerja yang aktif dan kreatif. Disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dari orang-orang dalam suatu organisasi terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan keadaan yang tertib.

Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu : pertama, pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, kriteria atau standar yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan. Kedua, sikap mental yang merupakan sikap taat dan tata tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.5

Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu :

a. Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen.

b. Disiplin korektip adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggara-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan

4

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya), Cet I, h, 182.

5


(16)

korektip sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. 6

Ali Imron membagi disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian, permissive, dan kebebasan yang terkendali atau tanggung jawab (demokratis).7

1). Disiplin Otoritarian.

Disiplin otoritarian ini guru di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat atau pembina tanpa banyak menyunbangkan pikiran-pikiranya. Guru wajib menuruti semua yang dikehendaki oleh pejabat atau pembina dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, pejabat atau pembina bebas memberikan tekanan kepada guru sehingga guru takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh pejabat atau pembina disekolah.

2). Disiplin Permissive.

Menurut konsep ini, gurulah harus diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas maupun di sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada guru, guru dibiarkan berbuat apa saja sepanjang menurutnya itu baik, dengan demikian dampak dari konsep ini akan menimbulkan kebimbangan dan kebingungan karena tidak tahu mana yang dilarang dan tidak dilarang.

3). Disiplin Demokratis

Disiplin demokratis memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada guru untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan di tanggung sendiri

Berikut ini penulis mengemukakan pengertian kerja. Menurut Dhimas “Kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.” Selanjutnya Dhimas mengatakan bahwa, “kerja adalah pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.”8 Menurut JS Badudu, “kerja merupakan apa yang dilakukan, mata pencaharian.”9

6

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusi, (Yogyakarta: Anggota Ikapi 2001), cet, 15, hlm, 208

7

Ali Imron, Pembinaan Guru...,hlm.183.

8 http://www.google.co.id.Dhimaskasep.File. Wordpress.com/2008/03/10-arti-kerja.Ppt 9


(17)

Beradasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu ketaatan kepada peraturan di dalam melakukan segala sesuatu pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai baik di dalam masyarakat maupun ditempat kerja.

Selanjutnya mengenai guru Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Hamzah. B. Uno bahwa guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan.10 Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, yang berati guru bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam melaksanakan bidang pekerjaanya agar dapat berhasil, guru dituntut untuk memiliki disiplin kerja.

Masih berkaitan dengan disiplin kerja guru, menurut Ali Imron disiplin kerja guru adalah Suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, terhadap sekolah secara keseluruhan11. Oleh karena itu ada beberapa prinsi-prinsip yang dapat menumbuhkan disiplin kerja guru yaitu :

a) Pemimpin mempunyai prilaku positif

Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.

b) Penelitian yang Cermat terhadap Pelanggaran

Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.

c) Kesegeraan

10

Hamzah. B. Uno, Profesi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2008), cet. III, h, 15. 11


(18)

Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus diatasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila dibiarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.

d) Lindungi Kerahasiaan (privacy)

Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang. Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi masa depannya .

e) Fokus pada Masalah.

Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.

f) Peraturan Dijalankan Secara Konsisten

Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar. g) Fleksibel

Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang pegawai telah di analisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan yang lalu, tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi

h) Mengandung Nasihat

Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima. File pegawai yang berisi catatan khusus dapat digunakan sebagai acuan, sehingga mereka dapat memahami kesalahannya.

i) Tindakan Konstruktif

Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan kembali pentingnya peraturan untuk staf maupun organisasi. Upayakan agar staf dapat merubah perilakunya sehingga tindakan indisipliner tidak terulang lagi.

j) Follow Up (Evaluasi)

Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.12


(19)

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dalam pembagian disiplin kerja. Secara umum disiplin kerja dibagi atas dua aspek, yaitu disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap perbuatan.13

a) Disiplin waktu, yaitu disiplin yang berhubungan dengan ketepatan waktu, datang dan pulang mengajar, mengelola waktu dengan baik, mengawali dan mengakhiri proses belajar mengajar dan melaksanakan program kegiatan sekolah

b) Disiplin perbuatan, yaitu suatu pekerjaan yang selalu dibebankan kepada guru yang harus segera diselesaikan, karena bila tidak akan menimbulkan penumpukan pekerjaan dan dapat menghambat pekerjaan lainnya yang merupakan mata rantai suatu proses.

Selanjutnya ada tiga indikator lagi untuk melihat sejauh mana tingkat disiplin kerja guru dalam menjalankan tugas-tugasnya, adalah :14

a. Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungan sekolah, menjalin hubungan yang baik, dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

b. Disiplin di dalam melayani masyarakat yang meliputi: melayani peserta didik, melayani orang tua siswa, dan melayani masyarakat sekitar

c. Disiplin terhadap sikap, tingkah laku dan penampilan yang meliputi, memperhatikan sikap, memperhatikan tingkah laku, cara berpenampilan dan memperhatikan harga diri.

Pembagian disiplin kerja guru di atas akan sangat mempengaruhi keberhasilan mengajar sehingga kedua indikator di atas saling mempengaruhi. Misalnya dalam proses pembelajaran, seorang guru diwajibkan menyiapkan satuan pelajaran, jika guru tersebut lalai dalam melaksanakan kewajibannya maka yang akan menjadi korbah adalah peserta didik.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan pembelajaran saja,

13

A.S. Munir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Kepegawaian, (Jakarta : CV Massagung 1992), h. 65-66.

14

http://www.google.co.id.bpkpenabur.or.id/files/Hal.0116%20Kompensasi%20 Kerja.pdf


(20)

akan tetapi juga bertugas sebagai, demonstrator, mediator, fasilitator, evaluator dan lain-lain.

Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” diantaranya adalah15

a) Guru Sebagai demonstratorr. Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar guru hendaknya senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

b) Guru Sebagai Pengelola Kelas. Melalui peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager ) guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarahkepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan

c) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memilki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses pembelajaran, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d) Guru Sebagai Evaluator. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan akan dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. sebagai seorang guru perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab dalam menagajar agar guru dapat

15

. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2003), Cet. 15, h. 9.


(21)

melaksanakan tugasnya secara professional, menurut Hamzah B. Uno tugas dan tanggung jawab guru adalah :16

a) Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.

b) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan. c) Guru harus membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan

penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik

d) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi) agar peserta didik tidak menajdi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.

e) Dalam prinsip repetisi dalam proses pembelajara, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang sehingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.

f) Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan /atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari

g) Guru harus tetap menjag konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.

h) Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas.

i) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai perbedaanya tersebut. Selanjutnya Hamzah B.Uno mengemukakan tentang tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran17 :

1. Tugas Pengajar sebagai pengelola pembelajaran

a. Tugas Manajerial, menyangkut tugas administrasi (memimpin kelas) baik internal maupun eksternal, termasuk didalamnya yang berhubungan dengan peserta didik, alat perlengkapan kelas dan tindakan-tindakan profesional

b. Tugas Eduksional menyangkut fungsi mendidik yang bersifat motivasional, pendisiplinan dan sanksi sosial (tindakan hukuman)

16

Hamzah. B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2008), Cet. III, h, 16.

17


(22)

c. Tugas instruksional termasuk fungsi mengajar yaitu penyampaian materi, pemberian tugas-tugas pada peserta didik serta mengawasi dan memeriksa tugas

2. Tugas Pengajar sebagai Pelaksana

Secara umum tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas dan kondusif bagi kegiatan bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.

Dalam pendidikan, tugas dan tanggung jawab guru tudak hanya sebatas pada penyampaian materi pembelajaran saja, tetapi lebih dari itu, guru pun mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendisiplinkan peserta didik dalam hal apapun, dan itu harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan wibawa, karena guru adalah contoh bagi siswa-siswinya,. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan dan berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan perhatian. Guru mempunyai kemampuan mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin diri. Untuk itu guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk dirinya

b) Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya

c) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin18

Selanjutnya menurut Reismen dan Payne yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik, yaitu :19

1) Konsep Diri, strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri peserta didik merupakan faktor penting dari setiap prilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah

18

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007), Cet I, h.123.

19


(23)

2) Keterampilan berkomunikasi, guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

3) Konsekuensi- konsekuensi logis dan alami, prilaku-prilaku yang salah terjadi karena pesertas didik telah megembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya prilaku-prilaku salah. Untuk itu, guru disarankan menunjukan secara tepat tujuan prilaku yang salah, sehinnga membantu peserta didik dalam mengatasi prilakunyadan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari prilaku yang salah.

4) Klarifiaksi nilai, strategi ini untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri

5) Analisis transaksional, disarankan agar guru bersikap dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah

6) Terapi realitas, guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah, dan melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran

7) Disiplin yang terintergrasi, guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan da mempertahankan peraturan, dan tata tertib sekolah, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berprilaku menyimpang

8) Modifikasi prilaku, guru harus dapat menciptakan iklim belajar yang kondusif, yang dapat memodifikasi peserta didik

9) Tantangan bagi disiplin, guru harus cekatan, terorganisasi dan tegas dalam mengendalikan disiplin peserta didik

Lain halnya dengan Oemar Hamalik dalam bukunya “Kurikulum dan Pembelajaran”, ia mengemukakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai berikut :20

a) Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan keinginan belajar

b) Sebagai pembimbing yang membantusiswa menagatasi kesulitan dalam proses pembelajaran

c) Sebagai penyedia lingkunganyang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar d) Sebagai komunikatoryang melakukan komunikasidengan siswa

dan masyarakat

20

Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara 1999), Cet. II, h. 9.


(24)

e) Sebagai model yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya agar berprilaku yang baik

f) Sebagai evaluator yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa

g) Sebagai inovator yang turut menyebarkan usaha-usaha pembaruan kepada masyarakat

h) Sebagai agem moral politik yang turut membina moral masyarakat, peserta didik membangun upaya-upaya pembangunan

i) Sebagai agen kognitif yang menyebarkan ilmu pengetahuan pada peserta didk dam masyarakat

j) Sebagai manajer yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tugas guru tidak terbatas pada penyampain materi pembelajaran atau menagajarkan ilmu yang dimilki serta mengelolanya, tetapi lebih dari itu, guru sebagau contoh/suri tauladan yang baik bagi siswa-siswinya dalam bersikap dan bertingkah laku. Dengan cara demikian akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang baik sebagai bekal dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, yaitu agar apa yang disampaikan betul-betul dimiliki oleh peserta didik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Displin Kerja Guru

Agar seseorang dapat melaksanakan disiplin kerja dengan baik maka seorang pemimpin harus memperhatikan beberapa faktor. Menurut IG Wursanto ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan disiplin kerja guru yaitu, meliputi :

1) Faktor Kepemimpinan, kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain.

Kepemimpinan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan mengawasi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain, dalam mencapai tujuan yang efektif, kepala sekolah sebagai pemimpin harus berusaha dengan


(25)

segala potensi yang dimiliki untuk menggerakan dan mempengaruhi guru-gurunya agar dapat bekerja deng an tingkat disiplin yang tinggi 2) Faktor kebutuhan, guru/pegawai tidak hanya menuntut terpenuhinya

kebutuhan ekonomi, tetapi kebutuhan sosial dan psikologis perlu diperhatikan pula. Gaji/penghasilan yang besar belum tentu memberikan rangsangan kerja yang tinggi bagi guru/pegawai apabila kebutuhan sosial dan psikologisnya tidak terpenuhi

Pada umumya yang diingkan guru/pegawai adalah sebagai berikut : a) Pemimpin yang baik (mampu memberikan bimbingan dan arahan) b) Ingin diakui layaknya manusia (harga diri)

c) Kesempatan untuk mengembangkan karirnya d) Lingkungan kerja yang menyenangkan e) Adanya jaminan Keamanan

f) Perlakuan adil dan jujur g) Gaji yang layak

h) Jaminan hari tua yang baik i) Hubungan kerja yang harmonis 3) Faktor Pengawasan

Faktor pengawasan atau controlling sangat penting dalam usaha mendapatkan disiplin kerja yang baik. Pengawasan hendaknya dilaksanakan secara efektif, jujur, dan objektif.21

Untuk menerapkan disiplin kerja guru perlu adanya pelaksanaan pengawasan yang sifatnya dapat membantu setiap guru agar selalu melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terbentuknya suatu sikap disiplin kerja yang dimiliki oleh guru akan tumbuh tidak hanya dari faktor kesungguhan dalam dirinya untuk terus mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, akan tetapi disiplin kerja itu akan tumbuh diikuti dengan faktor-faktor dari luar dirinya atau lingkungannya yang secara langsung atau tidak langsung akan mengubah pola prilakunya dalam mentaati semua

21

Istianah, “Persepsi Siswa Terhadap Disiplin Kerja Guru.” Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007), hlm 18,t.d.


(26)

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh suatu instansi atu lembaga yang bersangkutan sehingga pada akhirnya akan menumbuhkan etos kerja yang disiplin dan bertanggung jawab.

B. Persepsi Siswa 1. Definisi Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu ”Perseption, yang berarti pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu”22. Secara etimologi dalam kamus umum bahasa Indonesia persepsi berarti tanggapan atas sesuatu.23

Sedangkan menurut definisi para ahli mengemukakan berbagai pengertian. Menurut Irwanto, “persepsi merupakan proses di terimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti”.24 Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh, “persepsi merupakan kemampuan membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang”.25 Sedangkan menurut Sarlito, “persepsi merupakan kemampuan untuk membedakan atau mengelompokkan atau memfokuskan objek-objek”.26 Sedangkan M. Alisuf Sabri mendifinisikan, “persepsi atau pengamatan sebagai aktifitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau individu mengambil lingkungan hidupnya.”27 Selanjutnya menurut Davidoff, “persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang

22

.Jhon M Echols dan Hasan Sadilly, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia 1990), 424

23

J.S. Badudu, Kamus Umum..., h.1048 24

Irwanto, dkk., Psikologi Umum, (Jakarta: PT Gramedia 1989) Cet. I, h. 71. 25

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: 2004), Cet I, h. 89

26

Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang,1991) Cet.6, h.39

27

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h, 45


(27)

terintegrasi dalam diri individu. Menurut Bower persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu. Sedangkan menurut Gibson, persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.

Lebih rincinya Walgito menyatakan bahwa, ”persepsi merupakan suatu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun, proses tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi diteruskan ke pusat susunan syaraf, yaitu otak kemudian terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dirasa dan sebagainya. Proses pengindraan tidak terlepas dari proses persepsi dan proses pengindraan merupakan proses pendahulu persepsi”.28 Persepsi menurut Jalaludin Rakmat ialah pengalaman tentang objek dan peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.29

Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas Miftah Toha mengatakan bahwa, “persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik oleh penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, maupun penciuman. Persepsi juga merupakan pandangan terhadap realita dan kenyataan.”30 Dengan demikian seseorang yang berada di suatu lingkungan dan melakukan kegiatan pengamatan di sekeliling lingkungannya maka akan tumbuh suatu persepsi tentang lingkungan tersebut.

Persepsi atau yang disebut juga dengan kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan dan memfokuskan. Definisi yang lain tentang persepsi adalah proses diterimanya rangsang (obyek, kualitas hubungan antar gejala atau

28

http://www.google.co.id. Ayi Setiabudi, Definisi Persepsi, artikel diakses tanggal September 06, 2008

29

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Rosdakarya, 2004), Cet 21, h.64

30

Miftah Toha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Organisasinya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 121


(28)

peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Dan ada juga yang mendefinisikan sebagai the interpretation of experience (penafsiran pengalaman).31

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah pengamatan yang dilakukan oleh manusia dengan alat-alat inderanya, seperti halnya indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan kemudian selanjutnya dimasukkan dan diposes didalam otak sehingga setiap individu dapat mengenal objek-objek dan fakta-fakta objektif tentang suatu objek atau benda. Jadi persepsi siswa adalah pengamatan atau tanggapan terhadap kemampuan guru dalam mengelola kelas melalui alat-alat inderanya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri dan datang begitu saja akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam atau di luar dirinya. Setiap orang atau individu mempunyai persepsi yang berbeda terhadap suatu objek. Perbedaan tersebut disebabkan beberapa faktor. Menurut Singgih, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang di antaranya adalah :

a. Motif, yaitu faktor internal yang dapat merangsang perhatian. Adanya motif dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu dan sebaliknya

b. Kesediaan dan harapan, hal ini akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan diinterpretasi.

c. Intensitas rangsang, kuat lemah rangsang yang diterima akan sangat berpengaruh bagi individu.

d. Pengulangan, suatu rangsang yang muncul akan terjadi secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh.32

Selanjutnya menurut Zikri Neni Iska faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang di antaranya adalah :

31

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahanan Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet I, h. 54

32

Singgih Dirgagunansa, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 1993), Cet. 4, h.107


(29)

1) Perhatian, memfokuskan perhatian pada satu atau dua obyek mengakibatkan terjadinya perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lain

2) Set, adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul 3) Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan menetap pada diri seseorang

akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi.

4) Sistem nilai, sisitem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pada persepsi

5) Ciri kepribadian

6) Gangguan jiwa, gangguan jiwa dapat menimbulkan kesalahan persepsi, yang disebut dengan halusinasi. Halusinasi bersifat individual yang hanya dialami oleh penderita skizofrenia penderita mendengar suatu suara-suara atau melihat benda-benda yang tidak terdengar atau terlihat oleh orang lain.33

Berbeda dengan pendapat di atas, Agus Syafi’i membagi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kepada 2 aspek yaitu faktor personal dan faktor situasional

a. Faktor personal. 1) Pengalaman

bagi orang yang telah hidup bersama kita, jika dalam hidup kita konsisten dalam kebaikan, maka orang tidak akan percaya terhadap gosip-gosip negatif tentang kita, begitu pun sebaliknya jika dalam hidup kita selalu melakukan kejahatan dan orang mengetahuinya maka orang tidak akan percaya ketika kita melakukan kebaikan

2) Konsep diri

konsep diri adalah pandangan dan perasaan orang terhadap diri sendiri, konsep diri ini juga sangat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi, orang yang mempunyai konsep diri yang positif, ia akan tetap yakin dan percaya diri dalam berkomunikasi sehingga memperteguh citra baik yang telah dimilikinya, sebaliknya orang yang konsep dirinya negative terlalu memperhitungkan respon orang sehingga kredibilitas dirinya justru tidak nampak

b. Faktor situasional

1) Cara menyebut sifat orang

Jika kita diperkenalkan sebagai orang yang sedikit ilmunya tetapi banyak amalnya, maka orang akan mempersepsi kita sebagai orang baik, tetapi ketika orang memperkenalkan orang kita sebagai orang yang banyak amalnya tetapi sayang tidak berilmu, maka citra yang terbangun adalah negatif

33


(30)

2) Jarak

Jarak fisik, jarak keakraban, jarak sosial maupun jarak pemikiran. orang yang bergaul akrab dengan ulama biasanya dipersepsi sebagai ahli agama, yang bergaul dengan presiden dianggap orang penting

3) Gerakan tubuh

Berkacak pinggang atau membusungkan dada sering dipersepsi sebagai sombong, menundukan kepala sering dipersepsi sebagai sopan atau rendah hati, mengangkat muka sering dipersepsi sebagai berani dan betopang dagu sering dipersepsi sebagai sedih

4) Petunjuk wajah

Wajah adalah cermin jiwa, berseri-seri dipersepsi sebagai gembira, kusut muka dipersepsi sebagai stress

5) Cara menggunakan lambang verbal

Perkataan manis yang diucapkan oleh orang marah bermakna lebih tajam dibanding kata-kata kasar yang diucapkan dengan wajah ceriah

6) Penampilan

Penampilan fisik, pakaian, kendaraan, rumah, bisa dapat menggambarkan citra seseorang, tetapi bagi orang yang kredibilitasnya akhlaknya sudah teruji, penampilan fisik tidak akan mengubah citranya, dalam hal ini orang yang sudah terkenal keluhuran akhlaknya, maka orang akan melihat siapa yang memakai, bukan apa yang dipakai.34

Senada dengan itu Jalaludin Rakhmat juga mengatakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasional.35

a. Faktor-faktor Personal yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.

b. Faktor-faktor Situasional yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor Sruktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditumbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut teori gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan, kita tidak melihat bagian-bagiannya, tetapi seluruhnya lalu menghimpunnya.

34

http//www.google.co.id. Agus Syafi’i, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi, http://osdir.com/ml/culture.religion.healer.mayapada/2007-05/msg00191.html

35


(31)

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Asy-Syukriyyah yang terletak di Jl. KH. Hasyim Ashari Buaran Indah Cipondoh Tangerang. Adapun waktu penelitian ini berlangsung dari bulan September sampai dengan bulan Maret 2010

B. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui secara jelas mengenai persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh.

C. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu yang ada pada masa sekarang, kemudian dijelaskan, dianalisis dan disajikan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambaran yang jelas dan sistematis, karena penulis akan menggambarkan mengenai persepsi siswa tentang disiplin kerja guru dalam pembelajaran di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian yang ada. Populasi merupakan suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I, II dan III MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang berjumlah 60 orang. Penelitian ini menggunakan


(33)

penelitian populasi karena siswa di MTs Asy-Syukriyyah ini kurang dari 100 orang.

Tabel 1 (Tabel Populasi)

No Kelas Populasi

1 I 24 2 II 15 3 III 21

Jumlah 60

E. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang objektif berdasarkan kebenaran yang terjadi dilapangan, penulis menggunkan beberapa tekhnik pengumpulan data diantaranya:

1. Observasi

Observasi adalah mengadakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi ini dilakukan terhadap fenomena-fenomena yang ada sehingga penulis mendapat data-data yang benar. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan langsung di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh.

2. Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengambil informasi dari responden dalam arti lapangan pribadinya ataupun hal-hal yang diketahui.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penelitin menyebarkan angket kepada responden, yaitu siswa Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah. Angket ini berupa 20 butir pertanyaan tentang persepsi siswa tentang disiplin kerja guru dalam pembelajaran.

3. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog langsung yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber (yang


(34)

diwawancarai). Yang akan dilakukan adalah dengan mewawancarai kepala sekolah, wawancara ini dilakukan untuk memperoleh sebuah informasi yang berkaitan dengan sekolah tersebut dan dengan wawancara ini juga berguna untuk memperkuat hasil penelitan melalui angket yang dibagikan pada siswa yang berkaitan tentang persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru dalam pembelajaran

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal yang berupa catatan yaitu data tentang sejarah singkat berdirinya MTs Asy-Syukriyyah, visi dan misi, letak geografis, keadaan siswa guru dan karyawan.

5. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 2

Kisi-kisi Materi Angket

Variabel Indikator Dimensi Item Jum

lah 1. Disiplin

Waktu

a. Menepati waktu tugas

b. Memanfaatkan waktu dengan baik c. Menyelesaikan tugas

tepat waktu

1,2,3,29,30 5

2.Disiplin Tugas

a. Mentaati peraturan kerja b. Menyiapkan

kelengkapan mengajar

c. Melaksankan tugas kerja

4,5,6,7,8,9,10 11,12,13,14,1 6,17,18

14 Disiplin Kerja

Guru

3. Disiplin Suasana

a. Memanfaatkan lingkungan sekolah


(35)

Kerja 4. Disiplin

Melayani Masyarakat

a. Melayani peserta didik

b. Melayani orang tua siswa

27,28 2

5. Disiplin dalam Sikap, Tingkah Laku dan Penampilan

a. Memperhatikan sikap

b. Memperhatikan tingkah laku c. Memperhatikan

penampilan

19,20,21,22,2 3,24,26

7

1 5 13 30 item 30

F. Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data. Mengolah data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk mengolah data pada penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1 Editing

Dalam mengolah data, yang harus pertama kali dilakukan adalah melakukan editing, pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian kuesioner, setiap kuesioner diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan atau keliruan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat

2 Koding

Setelah data di edit, langkah-langkah selanjutnya adalah koding, Koding yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para respoden menurut


(36)

macam-macamnya. Di dalam penelitian ini ada 4 macam alternative jawaban, yaitu a. selalu, b. sering, c. jarang, d. tidak pernah

3 Skoring

Skoring merupakan tahap akhir pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan terdapat dalam angket yang akan dibagikan kepada seluruh siswa MTs Asy-Syukriyyah mengenai persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru dalam pembelajaran. Dalam angket tersebut terdapat empat butir jawaban yang harus dipilih responden dan untuk menentukan skoring dari hasil penelitian, maka pertanyaan dari masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut :

Untuk jawaban A = 4 Untuk jawaban B = 3 Untuk jawaban C = 2 Untuk jawaban D = 1 G. Tekhnik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif, sehingga penelitian ini termasuk penelitian non hipotesis yang bukan untuk membuktikan atau menguji teori, namun hanya ingin menggambarkan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, maka tekhnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tekhnik deskriptif kualitatif. Tetapi dalam beberapa hal penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan menggunakan presentase

Untuk itu rumus yang digunakan adalah : P = F x 100%

N Keterangan :

P : Prosentasi yang diteliti

F : Frekuensi yang dicari Presentasinya

N : Jumlah frekuensi atau banyaknya Individu1 1

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004), Cet 14, h 43.


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Singkat MTs Asy-Syukriyyah

Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyah ini di bangun oleh H. Djaman Bin H. Risin. Dia adalah seorang guru yang mengajar pada sebuah madrasah di desa Poris Plawad, (sekarang Kelurahan Poris Plawad Indah). Sebagai seorang guru sekaligus ulama yang dihormati masyarakat, beliau gigih memberikan pendidikan kepada masyarakat baik diminta maupun tidak. Beliau juga selalu hadir ketika diundang oleh siapapun tanpa mengenal kelompok, golongan, strata pendidikan dan ekonomi.

Keprihatinan beliau terhadap kurangnya pendidikan dan pengajaran agama di masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah, menggugah keinginannya untuk mendirikan sebuah tempat sederhana untuk belajar dan mengaji. Keinginana untuk membangun sekolah tak terbendung lagi. Dengan dukungan dari istrinya Hj. Amah Bin H. Atip, yang mengikhlaskan sebuah dapurnya untuk disulap menjadi ruang kelas untuk belajar, akhirnya berdirilah MTs Asy-Syukriyyah pada tahun 1987. Tidak berhenti pada dapur kesayangannya, akhirnya melalui musyawarah seluruh keluarganya maka tanah seluas 3.400 m2 milik keluarga diwakafkan untuk pengembangan pendidikan di Yayasan Pendidikan Islam Asy-Syukriyyah. (sekarang yayasan Islam Asy-Syukriyyah). Tanah wakaf pendidikan ini diserahakan kepad H. Acep Abdul Syukur selaku nadzir, sesuai dengan bukti otentik dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan/Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf Nomor :W2/009/tahun 1989 tanggal 20 November 2006 Cipondoh, dan ditandatangani H. Abdurachman.


(38)

H. Acep Abdul Syukur, Lc sebagai ketua yayasan sekaligus ulama dan tokoh masyarakat yang sudah sangat dekat dengan masyarakat Tangerang merupakan figur kekuatan Asy-Syukriyyah. beliau tak kenal lelah memperkenalkan Asy-Syukriyyah sebagai lembaga pendidikan kepada semua lapisan masyarakat, sesuai amanah pendiri pertamanya. Sumber Daya Manusia (Humans Resources) yang muda dan terampil didukung profesionalisme dalam semua lini ditambah pembekalan ruhiyah yang konsisten dan manajemen progresif positif menjadikan Asy-Syukriyyah sebagai sebuah lembaga yang diperhitungkan sampai saat ini di Kota Tangerang.

MTs Asy-Syukriyyah ini terletak dipinggir jalan kawasan Cipondoh Raya kota Tangerang yang dekat dengan perumahan Banjar Wijaya. Karena letaknya yang termasuk strategis, menjadikan sekolah ini menjadi salah satu pilihan bagi warga sekitar yang ingin menyekolahkan anak-anaknya.

Adapun Visi dan Misi MTs Asy-Syukriyyah adalah1 : a. Visi Sekolah

Mewujudkan keunggulan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan masyarakat.

b. Misi Sekolah

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara rutinitas dan efektif.

2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah

3) Mendorong siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal, mengetahui informasi dan menggunakan teknologi.

Untuk mewujudkan tercapainya visi tersebut, sekolah memiliki guru dan karyawan yang kompeten. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

1

Wawancara dengan karyawan sekolah bagian Tata Usaha MTs Asy-Syukriyyah pada tanggal 9-10 februari 2010


(39)

Tabel 3

Keadaan Guru dan Karyawan MTs Asy-Syukriyyah Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010

No Nama Jabatan Pendidikan

Terakhir

Bidang Study

1 Mamat Rakhmat Kepala Sekolah S1/PGRI/1982 PPKN 2 Diana S.Pd Wk. Kep.Sek UHAMKA/2001 Biologi 3 Dede Suryati S.Pd Wk. Kep.Sek STKIP/2008 B.Indonesia 4 Abdul Rouf S.Pd.I Wk. Kep.Sek UMJ/2002 Fiqh,SKI 5 Siti Romlah S.Pd Guru STKIP/2007 B.Inggris

6 Sri Sulastri S.Pd.I Guru IAIN/1993 Qur’an/hadist 7 Arsyad S.Pd Guru UHAMKA/1999 Fisika/MTK 8 Farida KD S.Kom Guru Budi Luhur/2002 TIK

9 Sawanih S.Pd Guru STKIP/2008 Penjaskes 10 Ida Farida S.Pd Guru UHAMKA/1999 Sejarah

11 Muchlisoh S.Pd Guru IAIN/2006 B.Arab 12 Akhmad Fadhilah Tata Usaha D3/2003 -

13 Asdi OB SD -

Tabel di atas menunjukan bahwa secara umum guru-guru yang ada di MTs Asy-Syukriyyah berlatar belakang sarjana pendidikan. Kondisi tersebut sangat memungkinkan terwujudnya sebuah proses pembelajaran yang efektif, sehingga pada akhirnya tujuan pada tingkat sekolah akan berjalan dengan baik


(40)

Tabel 4

STRUKTUR ORGANISASI MTS ASY-SYUKRIYYAH TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

Yayasan

Kepala Sekolah

Wakasek Bidang Kesiswaan

Wakasek Bidang Kurikulum

Wakasek Bidang Sarana Prasarana

Anggota Dewan Guru

Staf Tata Usaha

Pembantu Umum

Dari tabel di atas menunjukan bahwa jabatan seorang kepala sekolah dapat dibantu oleh tiga orang wakil kepala sekolah yang mempunyai tanggung jawab pada bidang masing-masing, dengan kondisi tersebut memungkinkan


(41)

pekerjaan kepala sekolah akan terbantu dan pekerjaan akan lebih efektif dan efisien.

B. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk memperoleh hasil data yang diharapkan, penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data yaitu menyebarkan kuesioner kepada siswa. Dari kuesioner yang telah terisi itu kemudian dinalisis dan diinterpretasikan. Untuk memudahkan dalam menganalisis dan menginterpretasikan setiap item disajikan dalam bentuk tabel.

Untuk dapat mengetahui lebih jelas Persepsi Siswa Terhadap Disiplin Kerja Guru Dalam Pembelajaran di MTs Asy-Syukriyyah dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :

1. Disiplin Dalam Waktu

Berkaitan dengan persepsi siswa terhadap disiplin waktu guru dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Hadir Tepat Waktu di Kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

1 a. Selalu 5 8,4%

b. Sering 11 18,3%

c. Jarang 44 73,3%

d. Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa sedikit responden mengatakan guru yang selalu hadir tepat waktu di kelas (8,4%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering yang hadir tepat waktu di kelas (18,3%), dan banyak responden mengatakan bahwa guru jarang yang hadir tepat waktu di kelas (73,3%), namun tidak ada yang mengatakan bahwa guru tidak pernah hadir tepat waktu di kelas (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru jarang hadir tepat waktu di kelas.


(42)

Untuk mengetahui apakah guru mengakhiri pelajaran tepat waktu dapat di lihat pada tabel 6:

Tabel 6

Mengakhiri Pelajaran Tepat Waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

2 a. Selalu 24 40%

b. Sering 12 20%

c. Jarang 22 36,6%

d. Tidak Pernah 2 3,4%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa banyak responden mengatakan guru selalu mengakhiri pelajaran tepat waktu di kelas (40%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering mengakhiri pelajaran tepat waktu di kelas (20%), dan ada sebagian besar lagi responden mengatakan bahwa guru jarang mengakhiri pelajaran tepat waktu di kelas (36,6%), namun sangat sedikit yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengakhiri pelajaran tepat waktu di kelas (3,4%). Hal ini menunjukan bahwa guru selalu mengakhiri pelajaran tepat waktu di kelas, akan tetapi ada sebagian besar responden yang mengatakan guru jarang mengakhiri pelajaran tepat waktu di kelas

Untuk mengetahui apakah guru mengakhiri pelajaran tepat waktu dapat di lihat pada Tabel 7 :

Tabel 7

Istirahat Tepat Waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%) 3 a. Selalu 20 33,4%

b. Sering 16 26,6%

c. Jarang 24 40%

d. Tidak Pernah 0 0%


(43)

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden mengatakan guru selalu mengakhiri pelajaran tepat waktu (33,4%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering mengakhiri pelajaran tepat waktu (26,6%), dan banyak responden mengatakan bahwa guru jarang mengakhiri pelajaran tepat waktu (40%), namun responden tidak ada yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengakhiri pelajaran tepat waktu (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru jarang mengakhiri pelajaran tepat waktu, walaupun ada sebagian besar responden yang mengatakan guru selalu mengakhiri pelajaran tepat waktu.

Untuk mengetahui apakah Guru mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) tepat waktu dapat di lihat pada Tabel 8 :

Tabel 8

Mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) Tepat Waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

4 a. Selalu 45 75%

b. Sering 9 15%

c. Jarang 6 10%

d. Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyak responden mengatakan guru selalu mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) tepat waktu (75%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) tepat waktu (15%), dan sedikit responden mengatakan bahwa guru jarang mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) tepat waktu (10%), namun tidak ada satu pun responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) tepat waktu (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru selalu mengadakan Ujian Tengah Semester (UTS) tepat waktu.

Untuk mengetahui apakah Guru mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) tepat waktu dapat di lihat pada Tabel 9


(44)

Tabel 9

Mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) Tepat Waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

5 a. Selalu 46 76,7%

b. Sering 15 15%

c. Jarang 5 8,3%

d. Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa banyak responden mengatakan guru selalu mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) tepat waktu (76,7%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) tepat waktu (15%), dan sedikit responden mengatakan bahwa guru jarang mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) tepat waktu (8,3%), namun tidak ada satu pun responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) tepat waktu (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru selalu mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) tepat waktu

2. Displin Dalam Melaksanakan Tugas

Berkaitan dengan persepsi siswa terhadap disiplin guru dalam melaksanakan tugas dapat dilihat pada tabel berikut :

Untuk mengetahui apakah guru mengakhiri pelajaran tepat waktu dapat di lihat pada Tabel 10 :

Tabel 10

Meninggalkan Kelas pada saat Mengajar di Kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

6 a. Selalu 7 11,6%

b. Sering 26 43,4%

c. Jarang 25 41,6%


(45)

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden mengatakan guru selalu meninggalkan kelas pada saat mengajar di kelas (11,6%), banyak responden mengatakan guru sering meninggalkan kelas pada saat mengajar di kelas (43,4%), dan sebagian besar responden mengatakan bahwa guru jarang meninggalkan kelas pada saat mengajar di kelas (41,6%), namun sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah meninggalkan kelas pada saat mengajar di kelas (3,4%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian guru sering meninggalkan kelas pada saat mengajar di kelas, namun ada sebagian lagi guru jarang meninggalkan kelas pada saat mengajar

Untuk mengetahui apakah guru mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai dapat di lihat pada Tabel 11 :

Tabel 11

Mengabsen Siswa sebelum Pelajaran dimulai

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

7 a. Selalu 16 26,6%

b. Sering 11 18,4%

c. Jarang 31 51,6%

d. Tidak Pernah 2 3,4%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden mengatakan guru selalu mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai (26,6%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai (18,4%), dan banyak responden mengatakan bahwa guru jarang mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai (51,6%), namun sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai (3,4%). Hal ini menunjukan bahwa guru jarang mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai.


(46)

Untuk mengetahui apakah guru mengisi jurnal kelas dapat di lihat pada Tabel 12 :

Tabel 12 Mengisi Jurnal Kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

8 a. Selalu 12 20%

b. Sering 6 10%

c. Jarang 29 48,4%

d. Tidak Pernah 13 21,6%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengatakan guru selalu mengisi jurnal kelas (20%), sedikit responden mengatakan guru sering mengisi jurnal kelas (10%), dan banyak responden mengatakan bahwa guru jarang mengisi jurnal kelas (48,4%), namun sebagian besar responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengisi jurnal kelas (21,6%). Hal ini menunjukan bahwa guru jarang mengisi jurnal kelas

Untuk mengetahui apakah guru mengikuti upacara bendera setiap hari senin dapat di lihat pada Tabel 13 :

Tabel 13

Mengikuti Upacara Bendera Setiap Hari Senin

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

9 a. Selalu 0 0%

b. Sering 0 0%

c. Jarang 1 1.6%

d. Tidak Pernah 59 98,4%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa tidak ada responden yang mengatakan guru selalu mengikuti upacara bendera setiap hari senin (0%), dan tidak ada juga responden mengatakan guru sering mengikuti upacara bendera setiap


(47)

hari senen (0%), sedikit responden mengatakan bahwa guru jarang mengikuti upacara bendera setiap hari senen (1,6%), namun banyak responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah mengikuti upacara bendera setiap hari senen (98,4%). Hal ini menunjukan bahwa guru tidak pernah mengikuti upacara bendera setiap hari Senin

Untuk mengetahui apakah guru memberi tugas peganti jika berhalangan hadir dapat di lihat pada Tabel 14 :

Tabel 14

Memberi Tugas Peganti Jika Berhalangan Hadir

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

10 a. Selalu 21 35%

b. Sering 19 31,7%

c. Jarang 16 26,7%

d. Tidak Pernah 4 6,6%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyak responden yang mengatakan guru selalu memberi tugas peganti jika berhalangan hadir (35%), sebagian besar responden mengatakan guru sering memberi tugas peganti jika berhalangan hadir (31,7%), dan sebagian kecil responden mengatakan bahwa guru jarang memberi tugas peganti jika berhalangan hadir (26,7%), namun sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah memberi tugas peganti jika berhalangan hadir (6,6%). Hal ini menunjukan bahwa guru selalu memberi tugas peganti jika berhalangan hadir

Untuk mengetahui apakah guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dapat di lihat pada Tabel 15 :


(48)

Tabel 15

Memberikan Pertanyaan-Pertanyaan yang Berkaitan dengan Materi Pelajaran yang akan diajarkan

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

11 a. Selalu 26 43,3%

b. Sering 18 30%

c. Jarang 16 26,7%

d. Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa banyak responden yang mengatakan guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (43,3%), sebagian besar responden mengatakan guru sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (30%), dan sebagian kecil responden mengatakan bahwa guru jarang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (26,7%), namun tidak ada responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan

Untuk mengetahui apakah guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya dapat di lihat pada Tabel 16 :

Tabel 16

Memberikan Pertanyaan-Pertanyaan yang Berkaitan dengan Materi Pelajaran yang sebelumnya

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)


(49)

b. Sering 24 40%

c. Jarang 19 31,7%

d. Tidak Pernah 3 5%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil responden yang mengatakan guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (23,3%), banyak responden mengatakan guru sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (40%), dan sebagian besar responden mengatakan bahwa guru jarang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (31,7%), namun sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya

Untuk mengetahui apakah guru memberikan tes setiap selesai mengajar dapat di lihat pada Tabel 17 :

Tabel 17

Memberikan Tes Setiap Selesai Mengajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

13 a. Selalu 7 11,7%

b. Sering 6 10%

c. Jarang 43 71%

d. Tidak Pernah 4 6,6%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian kecil responden yang mengatakan guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (23,3%), banyak responden


(50)

mengatakan guru sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (40%), dan sebagian besar responden mengatakan bahwa guru jarang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (31,7%), namun sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya (0%). Hal ini menunjukan bahwa guru sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sebelumnya

Untuk mengetahui apakah guru menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang disampaikan dapat di lihat pada Tabel 18 :

Tabel 18

Menggunakan Alat Bantu (Media Pembelajaran) sesuai Materi yang disampaikan

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

14 a. Selalu 1 1,7%

b. Sering 5 8,4%

c. Jarang 37 61,6%

d. Tidak Pernah 17 28,3%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa sedikit responden yang mengatakan guru selalu menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang disampaikan (1,7%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang disampaikan (8,4%), dan banyak responden mengatakan bahwa guru jarang menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang disampaikan (61,6%), namun ada sebagian besar responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang disampaikan (28,3%). Hal ini menunjukan sebagian guru jarang menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang


(51)

disampaikan, tetapi ada sebagian lagi responden yang mengatakan guru tidak pernah menggunakan alat bantu (media pembelajaran) sesuai materi yang disampaikan

Untuk mengetahui apakah guru melakukan evaluasi secara rutin dapat di lihat pada Tabel 19 :

Tabel 19

Melakukan Evaluasi Secara Rrutin

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

15 a. Selalu 11 18,3%

b. Sering 15 25%

c. Jarang 31 51,7%

d. Tidak Pernah 3 5%

Jumlah 60 100%

Tabel di atas menampilkan bahwa sebagian kecil responden yang mengatakan guru selalu melakukan evaluasi secara rutin (18,3%), sebagian besar responden mengatakan guru sering melakukan evaluasi secara rutin (25%), dan banyak responden mengatakan bahwa guru jarang melakukan evaluasi secara rutin (51,7%), namun hanya sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah melakukan evaluasi secara rutin (5%). Hal ini menunjukan bahwa guru jarang melakukan evaluasi secara rutin

Untuk mengetahui apakah guru menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan dapat di lihat pada Tabel 20 :

Tabel 20

Menyampaikan Pelajaran sesuai dengan Pokok Bahasan

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

16 a. Selalu 33 55%

b. Sering 10 16,7%

c. Jarang 17 28,3%


(52)

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa banyak responden yang mengatakan guru selalu menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan (55%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan (30%), dan sebagian besar mengatakan bahwa guru jarang menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan (28,3%), namun tidak ada satu pun responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan (0%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian guru selalu menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, namun ada pula sebagian lagi guru jarang menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan

Untuk mengetahui apakah guru memeriksa pekerjaan rumah (PR) dapat di lihat pada Tabel 21 :

Tabel 21

Memeriksa Pekerjaan Rumah (PR)

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentase (%)

17 a. Selalu 22 36,7%

b. Sering 12 20%

c. Jarang 21 35%

d. Tidak Pernah 5 5%

Jumlah 60 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa banyak responden yang mengatakan guru selalu memeriksa pekerjaan rumah (PR) (36,7%), sebagian kecil responden mengatakan guru sering memeriksa pekerjaan rumah (PR) (20%), dan sebagian besar mengatakan bahwa guru jarang memeriksa pekerjaan rumah (PR) (28,3%), namun hanya sedikit responden yang mengatakan bahwa guru tidak pernah memeriksa pekerjaan rumah (PR) (5%). Hal ini menunjukan bahwa guru selalu memeriksa pekerjaan rumah (PR), namun ada pula sebagian


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada bab IV dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Persepsi siswa terhadap disiplin kerja guru dalam pembelajaran di MTs Asy-Syukriyyah yang meliputi disiplin waktu, disiplin terhadap tugas, disiplin terhadap suasana kerja, disiplin dalam melayani masyarakat dan disiplin dalam sikap, tingkah laku dan penampilan, termasuk pada kategori cukup baik.

2. Disiplin waktu guru sudah baik (79,85%) yang ditandai dengan menepati waktu tugas, memanfaatkan waktu dengan baik dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Disiplin terhadap tugas cukup baik (66,81%) yang ditandai dengan mentaati peraturan kerja, menyiapkan kelengkapan kerja dan melaksanakan tugas kerja. Disiplin terhadap suasana kerja cukup baik (62,12%) yang ditandai dengan memanfaatkan lingkungan sekolah. Disiplin dalam melayani masyarakat kurang baik (47,50%) yang ditandai dengan melayani peserta didik dan melayani orang tua siswa. Disiplin dalam sikap, tangkah laku dan penampilan kurang baik (49,75%) yang ditandai dengan memperhatikan sikap, tingkah laku dan penampilan


(2)

59

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada guru diharapkan untuk lebih memaksimalkan kedisiplinan kerjanya sebagai seorang pendidik, terutama disiplin dalam sikap, tangkah laku, penampilan dan melayani masyarakat, 2 aspek ini masih terasa kurang baik, maka untuk selanjutnya diharapkan dari semua aspek kedisiplinan dapat terus ditingkatkan.

2. kepada pihak sekolah : agar lebih memperhatikan dan mengawasi disiplin guru dalam mengajar, serta memperhatikan sarana dan pra-sarana yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran secara optimal, serta mengembangkan daya kreativitas dan disiplin guru dengan mengadakan latihan-latihan secara independent sehingga semua guru memiliki pengetahuan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. Prosedur Penelitian Pendeketan Praktek, Jakarta: Bina Aksara, 1986.

Ayi Setiabudi. “Definisi Persepsi”, dari www.google.co.id. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2009

Agus Syafi’I. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi”, dari www.google.co.id. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2009

Badudu, JS. Kamus Umum Bahasa Indoenesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet II, 1994.

Dirgagunansa, Singgih. Pengantar Psikologi, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, Cet.4, 1993

Dhimaskasep. “Arti Kerja”, dari www.google.co.id. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2009

Fadillah, Ahmad, Wawancara, Tangerang, 9 februari 2010

Handoko, T, Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Anggota Ikapi. Cet 15, 2001.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, Cet II, 1999.

Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, Cet. I, 1995

Irwanto, Psikologi Umum, Jakarta : PT Gramedia, Cet I, 1989.

Iska, Zikri Neni. Psikologi Pengantar Pemahanan Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, cet I, 2006

Jhon M Echols dan Hasan Sadilly, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta : PT Gramedia 1990

Kmpk.UGM, “Disiplin”, dari www.google.co.id. Diakses apada tanggal 9 Oktober 2009

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet I, 2007.

Munir, A.S. Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Kepegawaian, (Jakarta : CV Massagung 1992), h. 65-66.

Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, Perpustakaan Nasional RI, PT Sekala Jalmakarya, Cet. I, 1997.

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, Cet 21, 2004

Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta, Cet ke-1, 2004.

Sabri, M. Alisuf. Pengantar Psikologi dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet I, 1993.

Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), cet 14, 2004, h 43

Toha, Miftah. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Organisasinya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Uno, B Hamzah. Profesi Pendidikan, Jakarta : PT Bumi Aksara. Cet III, 2008


(4)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, Jakarta: 2003

Wursanto, IG. Pokok-pokok Pengertian Human Relations dalam Manajemen, Jakarta: Pusaka Dian, Cet I, 1995

Wirawan, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta:Bulan Bintang, Cet 6, 1991.

Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet 15, 2003.


(5)

HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2010

Nama : Mamat Rakhmat

Jabatan : Kepala Sekolah Waktu : 09:30 s/d selesai

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Tanya : Sejak kapan Bapak menjabat sebagai kepala sekolah MTs Asy- Syukriyyah ?

Jawab : Tanggal 2 Januari 1989 sampai sekarang masih dipercaya oleh ketua yayasan Asy-Syukriyyah menjabat sebagai kepala madrasah

Tanya : Apa Visi dan Misi MTs Asy-Syukriyyah ini ?

Jawab : Visi sekolah ini adalah mewujudkan keunggulan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa, menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan masyarakat.

Misi sekolah ini adalah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara rutinitas dan efektif, menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah, mendorong siswa untuk megenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal. Tanya : Bagaimana cara bapak mengelola madrasah ini ?

Jawab : Menjadikan sekolah ini yang berkualitas dan bermutu, dengan guru yang kompeten dan professional

Tanya : Bagaimana respon masyarakat terhadap madrasah ini ?

Jawab : Alhamdulillah sangat baik, karena masyarakat memandang madrasah ini dibawah naungan yayasan Islam Asy-Syukriyyah dan letaknya pun sangat strategis

Tanya : Bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dengan para staf terutama guru?

Jawab : Memberikan teladan yang baik

Tanya : Usaha apa yang dilakukan bapak dalam meningkatkan disiplin guru ? Jawab : Peningkatan tanggung jawab, adanya keseimbangan antara hak dan


(6)

Tanya : Bagaiman proses pengawasan yang bapak lakukan dalam menerapkan disiplin terhadap guru ?

Jawab : Selalu datang tepat waktu jika tidak ada urusan yang menyangkut masalah sekolah, menegur guru yang terlambat.

Tanya : Jenis sanksi apa yang bapak berikan pada guru yang tidak disiplin ? Jawab : Identifikasi masalah terlebih dahulu, jika memang bersalah maka akan

diberikan sanksi sesuai atauran yang berlaku

Tanya : Apa saja kendala bapak dalam menegakan disiplin dan bagaimana cara mengatasinya ?

Jawab : Guru atau murid yang terlambat, murid yang tidak memakai atribut seragam sekolah.

Dengan cara menegur dan mengingatkan kembali.

Mengetahui

Kepala Madrasah

Interviewer MTs Asy-Syukriyyah