Persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati Bekasi

(1)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nurhasanih

NIM : 102018224104

Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2010 Penulis


(2)

" Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Masalah terfokus pada persepsi siswa mengenai disiplin kerja guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran dan disiplin dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, disiplin dalam menggunakan waktu agar waktu yang ada dalam satuan mata pelajaran dapat dipergunakan sesuai dengan kapasitasnya. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 25 siswa, dan yang menjadi sampel adalah 20 orang siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 20 siswa dengan 20 item pertanyaan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, adapun penelitian mengenai persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di Mts Al-Khairiyah, jatirahayu Pondok melati ini termasuk pada penelitian deskriptif, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang lain.

Dengan hasil nilai rata-rata dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja guru IPS dapat dikatakan cukup baik. Namun ada beberapa aspek dari disiplin guru yang harus ditingkatkan lagi seperti mengevaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil evalusi dan disiplin dalam bimbingan dan konseling. Sehingga jika seorang guru mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan memotivasi siswa untuk belajar.


(3)

Dengan merendahkan hati Sang Maha Berilmu, puji syukur kepada Allah SWT, Sang Maha Rahman dan Rahim yang telah memberikan segala petunjuk kepada penulis untuk dapat menyelesaikan karya ini. Shalawat serta salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia,Muhammad S A W beserta keluarga, sahabat dan orang shaleh yang senantiasa berjuang menegakkan Islam.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedkit hambatan dan kesulitan yang dihadapi,namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis hanya dapat menyampaikan terima kasih yang terdalam dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diantaranya:

1. Prof. Dr. dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam. 3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang tulus memberikan arahan dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini.

4. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh Petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi skripsi.


(4)

iii

bantuan di dalam pelaksanaan penelitian.

7. Keluarga penulis, Bapak. H.Muhammad (Alm) dan Ibu Hj. Samroh yang dengan ikhlas dan sabar mendo'akan, memberikan kasih sayang, membimbing sehingga penulis bisa menjalani semuanya dengan motivasi yang selalu diberikan, serta kakak-kakak dan sepupu-sepupu yang membantu serta memberi semangat penulis untuk segera menyelesaikan kuliah.

8. Sahabat-sahabat KI-Manajemen Pendidikan tahun 2002 dan pihak-pihak yang tidak dapat disebukan satu persatu, terima kasih atas kontribusinya dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan kebaikan yang berganda dari Allah SWT. Dan akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian kependidikan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, September 2010


(5)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAPTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi Siswa ... 6

1. Pengertian Persepsi ... 6

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

B. Disiplin Kerja Guru ... 10

1. Pengertian Disiplin ... 10

2. Macam-macam Disiplin ... 15

3. Fungsi Disiplin Kerja guru ... 17

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru 18 5. Tugas Guru dan Tanggung Jawab Guru ... 21

C. Hakikat Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru ... 28

D. Kerangka Berpikir……… 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31


(6)

v

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36 B. Deskripsi Data ... 40 C. Analisis dan Interpretasi Data ... 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran-saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

Tabel 1 Daftar guru dan karyawan MTs Al-Khairiyah ... 38

Tabel 2 Data siswa tahun ajaran 2009/2010 ... 39

Tabel 3 Sumber belajar ... 39

Tabel 4 Ruang penunjang ... 40

Tabel 5 Guru IPS tepat waktu hadir di kelas... 41

Tabel 6 Guru IPS memulai pelajaran tepat waktu ... 41

Tabel 7 Guru IPS istirahat tepat waktu ... 42

Tabel 8 Guru IPS mengakhiri pelajaran tepat waktu ... 42

Tabel 9 Guru IPS meninggalkan kelas saat PBM berlangsung... 43

Tabel 10 Guru IPS meminta tambahan waktu ... 44

Tabel 11 Guru IPS mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai... 44

Tabel 12 Guru IPS mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai ... 45

Tabel 13 Guru IPS mengisi jurnal kelas ... 45

Tabel 14 Guru IPS menggunakan alat bantu peraga ... 46

Tabel 15 Guru IPS memberikan tugas bila berhalangan hadir ... 46

Tabel 16 Guru IPS memberikan Pre-test ... 47

Tabel 17 Guru IPS memberikan Post-test ... 47

Tabel 18 Guru IPS menyampaikan materi pelajaran dari berbagai sumber ... 48

Tabel 19 Guru IPS menyampaikan materi dengan menghubungkannya dengan keadaan sekitar ... 48

Tabel 20 Guru IPS menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang ada ... 49

Tabel 21 Guru IPS memberikan teguran dan menasehati siswa yang tidak disiplin ... 50


(8)

vii

Tabel 24 Guru IPS menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah ... 51 Tabel 25 Deskripsi data siswa tentang disiplin guru ... 52 Tabel 26 Nilai rata-rata skor penelitian ... 53


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah membawa kita ke dalam era globalisasi. Pada era ini, sifat kompetitif di segala bidang sangat menonjol. Individu atau pun kelompok tidak dapat lagi bekerja asal-asalan melainkan harus memiliki sikap yang “totality”, termasuk dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak dapat menghindarkan diri dari globalisasi ini. Dunia pendidikan harus menyesuaikan diri dengan era ini agar tidak ketinggalan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan dan kemajuan sebuah bangsa.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Definisi di atas menyiratkan bahwa pendidikan tidak dilaksanakan secara serampangan atau tidak beraturan, hanya dilaksanakan saja tanpa arah tujuan yang jelas. Kemudian, proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu


(10)

mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi pribadi yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki kepribadian yang baik, cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.

Terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran, diantaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.1 Salah satu aspek penting dalam pembelajaran dari beberapa hal tersebut adalah guru. Guru merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa. Oleh sebab itu maka proses pembelajaran yang baik tidak bisa lepas dari peran guru. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Wardiman Djoyonegoro dalam E. Mulyasa bahwa : “… terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yakni (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional.”2

Fakta dalam dunia pendidikan kita terlihat bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi, misalnya gaji guru rendah bila dibandingkan dengan profesi lainnya. Rendahnya gaji ini berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan guru, yang kemudian, seperti yang dikatakan Ki Supriyoko (1999), “kondisi ekonomi para pendidik yang rendah menyebabkan martabatnya di masyarakat pun rendah, serta hilangnya rasa bangga guru terhadap profesinya.”3

Selain itu, beberapa fakta berikut juga menjadi bukti rendahnya mutu pendidikan kita, antara lain:

1. Lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.

2. Mutu akademik antar bangsa melalui Programme for International Student Assesment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat

1

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15

2

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional¸(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 3

3

Syaukani, HR. Titik Temu dalam Dunia Pendidikan, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002),h. 89


(11)

38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39.4

Belum lagi peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah (tahun 2007, Indonesia ada pada peringkat 107 dari 177 negara yang diteliti, dan bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia pada peringkat yang paling rendah).5 Ditambah dengan “data jumlah guru berkualifikasi di bawah S1 dan D IV masih tinggi, yakni 1.457.000 orang atau sekitar 58,3 persen.”6 Hal tersebut di atas berarti masih banyak masalah yang mesti dibenahi dalam pendidikan kita.

Jika data di atas dikaitkan dengan Standar Nasional Pendidikan yang mensyaratkan bahwa guru, baik pada tingkat pendidikan anak usia dini maupun pendidikan menengah atas, harus berkualifikasi minimal Sarjana (S1) atau Diploma IV (D IV). Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hanya 41,7% guru kita yang memenuhi kualifikasi Sarjana (S1) atau Diploma IV (D IV). Maka

Memang diakui bahwa masalah-masalah tersebut bukan tanggungjawab guru semata. Akan tetapi, beberapa fakta tersebut menuntut guru untuk terus mengembangkan diri. Kualitas pembelajaran juga sangat ditentukan oleh kualitas guru. Guru yang baik dan bermutu harus memiliki kompetensi yang baik. Guru yang baik dan bermutu harus disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Guru yang disiplin akan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan termasuk mempersiapkan dirinya sendiri sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan disiplin yang baik, guru tidak lagi kelabakan mencari hal-hal yang diperlukan saat pembelajaran berlangsung. Dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

4

Kunandar, Guru Profesional, Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGarfindo Persada, 2008), h. 1-2

5

Sarjilah, http://lpmpjogja.diknas.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1 &id=232.

6

http://www.klubguru.com/content/filephp?file=pdf-edukasi2.pdf, Pendidikan Memang Butuh Biaya, Tabloid Edukasi Edisi 2, h. 2


(12)

Kenyataan yang terjadi di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati Bekasi tidak jauh berbeda dengan beberapa masalah di atas. Berdasarkan pengamatan penulis, masalah disiplin guru yang masih rendah ada di sana. Hal ini terlihat dari terdapat kelas kosong (tidak ada gurunya) pada waktu proses belajar mengajar, daftar kehadiran guru yang masih terdapat beberapa kali absen. Selain itu, gaji guru juga rendah7 (di bawah upah minimum regional (UMR Bekasi Rp. 1.168.974)8).

Jika demikian, maka tujuan pendidikan sulit untuk dicapai. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan bangsa ini hanya akan menjadi harapan saja. Guru tidak maksimal dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi tidak maksimal.

Atas dasar berbagai uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut melalui skripsi ini dengan judul “Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati -Bekasi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Kualifikasi guru masih rendah karena banyak guru (58,3%) belum S1 atau D-IV.

2. Gaji guru rendah karena pada sebagian sekolah belum sesuai dengan upah minimum regional daerah setempat.

3. Disiplin kerja guru rendah karena tingkat kehadiran guru di sekolah rendah.

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan dana, maka penelitian ini kami fokuskan pada disiplin kerja guru, yaitu ketaatan dan kepatuhan guru dalam mentaati

7

Hasil wawancara penulis dengan salah satu guru pada saat observasi (pra penelitian) di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Bekasi.

8


(13)

tata tertib/aturan yang berlaku dalam proses belajar mengajar, yang mencakup aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, tindak lanjut hasil evaluasi pembelajaran, dan pembinaan peserta didik.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati –Bekasi?”.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan keilmuan kita semua, khususnya bagi penulis. Adapun penelitian ini kami harapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Sekolah sebagai informasi untuk mengembangkan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk meningkatkan disiplin kerja guru.

2. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai sumber bagi fakultas untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pembinaan dan mengembangkan program untuk membentuk calon guru yang memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kelak.

3. Pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan untuk membina dan mengembangkan potensi dan jiwa keguruan, khususnya bagi mahasiswa calon guru dan guru pada umumnya.

4. Masyarakat, memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat bekerjasama dengan lembaga pendidikan Islam dalam mengembangkan dan membina jiwa kedisiplinan kepada para mahasiswa dan guru yang akan kembali kepada masyarakat itu sendiri.


(14)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Persepsi Siswa

1.Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari Bahasa Inggris yaitu"Perseption, yang berarti pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu".1

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di samping itu, persepsi juga adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.2 Istilah persepsi mempunyai bentuk makna seperti yang dikemukakan para ahli berikut ini: 1) Menurut Bimo Walgito, “persepsi merupakan pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu manusia.3

1

Jhon M Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.242

2

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-3, h. 863

3

Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta: 2003), h. 53


(15)

2) Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, “persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan menafsirkan pesan.”4

3) Menurut Rita L. Atkinson dkk, “persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri”.5

4) Menurut M. Alisuf Sabri Mendefinisikan “Persepsi atau pengamatan sebagai aktifitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau individu mengenali lingkungan hidupnya".6

Pada hakikatnya persepsi adalah proses yang dialami oleh setiap orang dalam memahami lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Untuk dapat memahami persepsi adalah terletak pada bahwa persepsi itu suatu penafsiran terhadap sesuatu.

Jadi persepsi adalah proses individu dalam memahami objek lingkungannnya seperti peristiwa, ide atau pola pikir seseorang, perilaku seseorang yang kesemuannya memberi pesan tertentu yang dproses dengan alat indera sehingga individu tersebut dapat mengenali objek serta menjadi pengalaman yang bermakna.

Setiap objek atau informasi yang diterima akan memberi makna yang berbeda pada orng yang berbeda meskipun mereka berada pada situasi yang sama. Hal ini disebabkan karena berbedanya kapasitas alat

4

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 51

5

Rita Atkinson et. all., Psikologi Sosial, (Batam Interaksara: tanpa tahun), Ed. Ke-2, h. 88 6

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,1993), cet. Ke-1, h.45


(16)

indera, pengalaman dan lingkungan.

Persepsi merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya dengan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu terhadap lingkungannya. Persepsi juga merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar kita. Persepsi selalu dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Dengan demikian, setiap persepsi peserta didik akan berbeda terhadap objek yang sama.

Perbedaan persepsi dipengaruhi oleh faktor pribadi. Pribadi seseorang berbeda dengan pribadi yang lain sebagai bukti keunikan manusia, sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap rangsangan-rangsangan yang sama.

Menurut Hamalik, “persepsi sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman dan subjektivitas seseorang.”7 Selain itu, persepsi bukan hanya dari pengalaman tetapi juga objek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh subjek yang berbeda pula. Sebagai bahan acuan dalam penelitian dan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai konsep dari tema penelitian ini, ada baiknya diberikan sebuah gambaran secara konseptual dari judul yang digunakan.

Persepsi merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya, seperti yang dikemukakan olah Slameto, “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan/informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-meners mengadakan hubungan dengan lingkungan, yang dilakukan melalui alat indera”.8

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui penglihatan menilai objek. Bentuk pengungkapan pendapat dari seseorang

7

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 14 8

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Bina Aksara, 1988), h. 39


(17)

sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang dimiliki, pemahaman tersebut berkaitan dengan persepsi.

Dalam menilai suatu gejala, persepsi setiap orang akan berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh daya serap, seleksi dan pengorganisasian seluruh pengalaman yang didapatkan seseorang dari lingkungan untuk kemudian diinterpretasikan juga dengan berbagai perbedaannya.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah” pengamatan yang dilakukan manusia dengan alat-alat inderanya, seperti indera pengelihatan, pendenganran,penciuman, kemudian dimasukkan dan diproses didalam otak sehingga individu dapat mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif tentang suatu objek atau benda.

Jadi, seseorang yang berada di suatu lingkungan dan melakukan pengamatan disekelilingnya, itu merupakan proses yang pada akhirnya melahirkan persepsi tentang lingkungan tersebut.

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada 2 aspek yaitu aspek internal dan aspek eksternal.9 Aspek internal sangat berkaitan erat dengan individu yang mempersepsi sedangkan aspek ekstrnal dapat berupa stimulus dan rangsangan.

Sedangkan menurut Singgih, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang diantatanya adalah:

1. Motif, yaitu faktor internal yang dapat merangsang perhatian. Adanya motif dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatudan sebaliknya

2. Kesediaan dan harapan. Hal ini akan menentukan pesan mana yang

9


(18)

akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan diinterpretasi

3. Intensitas rangsang.kuat lemah rangsang yang diterima akan sangat berpengaruh bagi individu

4. Pengulangan. Suatu rangsang yang muncul akan terjadi secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh.10

Dalam menentukan persepsi seseorang tidak lepas dari pengaruh kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh besar dalam diri seseorang dalam mempersepsi. Bila keadaan atau kondisi orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikirnya juga akan baik.

Berdasarkan pemaparan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, dapat diketahui bahwa persepsi banyak dipengaruhi oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Sebab, diyakini bahwa persepsi seseorang sangat berpengaruh terhadap perilakunya atas sesuatu yang dipersepsi tersebut, dan perilaku tersebut akan berpengaruh pula pada motivasinya.

B. Disiplin Kerja Guru 1.Pengertian Disiplin

Bila mendengar kata “disiplin” maka yang terbayang adalah usaha untuk menyekat, mengawal, dan menahan. Padahal sebenarnya tidak demikian, sebab dalam kamus kita menemukan makna disiplin selain dari yang disebutkan diatas yaitu melatih, mendidik, dan mengatur atau hidup teratur. Dengan kata lain pada kata disiplin itu tidak hanya terkandung makna sekatan, tetapi juga pendidikan dan latihan.

Disiplin adalah faktor yang esensial dalam mengembangkan potensi individu dan menciptakan kehidupan yang harmonis dan menimbulkan hasil dalam proses kelompok. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang

10

Singgih Dirgagunansa, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya. 1993), cet. Ke-4, h.107


(19)

diberikan kepadanya yang mendorong semangat kerja dalam bentuk pelaksanaan peraturan yang sangat diperlukan bagi karyawan, guru, dan peserta didik dalam menciptakan tata tertib organisasi sekolah.

Disiplin sangat erat hubungannnya dengan sikap mental dan moral seseorang. Untuk mewujudkan disiplin perlu adanya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang mengatur disiplin.

Menurut Tatty SB “Sikap diri yang harus dipegang dalam buku Muhammad Nurdin yang berjudul Kiat Menjadi Guru Profesional adalah disiplin”.11 Didalam buku yang sama Muhammad Nurdin mengatakan “Disiplin merupakan sikap diri yang tidak bisa dipaksakan oleh sebuah peraturan. Sebagus apapun peraturan kalau tidak tertanam dalam dirinya, maka peraturan itu tidak akan dilaksanakan. Disiplin erta kaitannya dengan kepribadian seseorang. Bila kita ingin menanamkan sikap disiplin, maka mau tidak mau harus bermula dari hal-hal yang terkecil dahulu.

Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itu ia harus ditanamkan secara terus menerus terhadap individu, dengan penanaman yang terus menerus maka disiplin akan menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil dalam bidang pekerjaanya, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

Disiplin kerja terdiri dari dua kata yaitu disiplin dan kerja. Menurut Soerjono Soekanto”Disi[lin ialah kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib suatu keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu".12

11

Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Prismasipohie, 2004 ), cet. Ke-1, h.149

12

Soerjono Soekanto, Remaja dan Masalah-Masalahnya, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990). Cet. Ke-2, h. 79


(20)

Disiplin berarti,teratur atau tertib, sedangkan kegiatan disiplin bentuk masdarnya yaitu ﺎﻣﺎﻈﻧ yang berarti peraturan.13

Adapun menurut Amir Daien Indrakusuma, disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan,kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar,melainkan kepatuhan yang disadari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnnya peraturan dan larangan tersebut.14 Disiplin merupakan suatu proses latihan dan belajar untuk meningkatkan kemampuan untuk bertindak, berpikir, dan bekerja yang aktif dan kreatif.disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dalam diri seseorang pada suatu organisasi terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan tertib.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh setiap lembaga baik keluarga, sekolah,dan lain-lain. Dimana kesemuanya itu harus dijalankan,ditegakkan dan dipatuhi oleh semua individu yang ada di dalam lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan dapat berjalan dengan baik. Maka segala tujuan yang diharapkan dan dicita-citakan akan tercapai secara maksimal.

Dari definisi tersebut dapat pula diartikan bahwa kerja adalah fungsi hidup manusia untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan bathin. Manusia bekerja adalah untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhannya. Bila kata " Disiplin" dan kata "kerja" digabungkan maka disiplin kerja dapat bermakna suasana batin yang berupa perasaan senang atau tidak senang atau tidak senang,bergairah atau tidak bergairah dan bersemanagt atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.

Disiplin kerja nerupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari

13

Mahmud Yunus, Kamus Arab dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Hildakarya, 1989), h.458 14

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1978), h.142


(21)

suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktifitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.

Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar maka dari itu dalam melaksanakan bidang pekerjaannya agar dapat berhasil, guru dituntut untuk memiliki disiplin kerja.

Untuk menguraikan definisi disiplin kerja guru, setidaknya istilah yang mesti didefinisikan terlebih dahulu adalah disiplin kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah tata tertib, ketaatan (kepatuhan) pada tata tertib dan sebagainya.15 Hodges mengatakan bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. 16 Dari definisi di atas terlihat bahwa disiplin adalah suatu sikap seseorang, misalnya guru untuk mematuhi semua aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dalam hubungannya dengan pekerjaan, maka disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap seseorang untuk mematuhi aturan dalam sebuah organisasi atau perusahaan tempat orang tersebut bekerja.

Menurut Keith Davis, “discipline is management action to enforce organization standard”.17 Sesuai dengan pendapat Keith Davis tersebut, disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan, kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.18

15

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-3, h. 268

16

Avin Fadilla Helmi, Disiplin Kerja, http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/disiplin _kerja_avin.pdf, h. 33

17

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Keempat, h. 129

18

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-2, h. 193


(22)

Dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah organisasi, disiplin sering digunakan pada hal yang “negatif”. Misalnya, ketika seorang pegawai melanggar sebuah aturan yang berlaku maka pegawai tersebut akan dikenai sanksi untuk menegakkan disiplin. Padahal, bila dikaitkan dengan pengertian disiplin seperti di atas, maka sesungguhnya disiplin tidak selalu berkenaan dengan pengertian atau untuk hal yang negatif.

Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.19 Menurut definisi ini, seorang karyawan atau guru akan dikatakan disiplin jika datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan atau tata tertib yang berlaku.

Berdasarkan berbagai uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan disiplin kerja, sebagaimana dikemukakan oleh Avin Fadilla Helmi, merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk menaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi.20

Selanjutnya, definisi tentang guru telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut pandangan tradisional, sesuai pendapat Roestiyah, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.21 Senada dengan pendapat tersebut, Syaiful Bahri Djamarah menulis bahwa guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.22 Definisi-definisi tersebut masih sempit untuk menjelaskan guru secara utuh.

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik

19

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, …, h. 194 20

Avin Fadilla Helmi, Disiplin Kerja, …, h. 34

21

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 6

22

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cetakan Pertama, h. 31


(23)

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Definisi ini lebih luas dan lebih jelas dalam mendefinisikan tentang guru.

Sedangkan pengertian disiplin kerja guru adalah suatu ketaatan kepada peraturan di dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dimiliki oleh seorang guru didalam proses belajar mengajar disekolah agar mendapatkan hasil yang akan dicapai baik sekolah maupun pendidik.

Dengan demikian, disiplin kerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah disiplin kerja guru yang dikaitkan dengan tugas dan kewajibannya sebagai guru, sehingga disiplin kerja guru dapat diartikan suatu kondisi kerja guru yang tertib karena adanya kepatuhan atau ketaatan guru dalam melaksanakan peraturan yang ada, tanpa adanya pelanggaran yang dilakukan dan menimbulkan kerugian, baik langsung maupun tidak langsung.

2. Macam-macam Disiplin

A.S. Moenir membagi disiplin kerja menjadi dua aspek, yaitu disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap pekerjaan.23

a. Disiplin waktu, yaitu disiplin yang berhubungan dengan waktu, datang dan pulang mengajar, melaksanakan pengelolaan administrasi kelas, mengawali dan mengakhiri proses kegiatan dan melaksanakan program kegiatan sekolah.

b. Disiplin pekerjaan, yaitu bahwa segala pekerjaan yang menjadi tanggung jawab guru harus diselesaikan dengan segera, karena bila tidak diselesaikan dengan segera akan menimbulkan pekerjaan yang menghambat pekerjaan lainnya yang merupakan mata rantai atau

23

A.S. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, (Jakarta: CV. H. Mas Agung. 1992), h. 65-66


(24)

proses. Dan bila berlanjut terus, akan merugikan murid karena target kurikulum tidak terselesaikan.

Kedua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan denikian belajar mengajar dapat dicontohkan seperti terlambat mengajar dikelas, mengakhiri sebelum pelajaran selesai, sering tidak masuk kerja dan banyak hal lainnya. Sedangkan tindakan ketidaksiplinan terhadap perbuatan dalam proses kerja guru, dapat dicontohkan seperti jarang mengabsen, mengajar tanpa satuan pelajaran, dan lainnya.

Guru merupakan tenaga pendidik terdepan dalam melaksanakan tugas pokok lembaga pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat besar karena disamping membimbing para siswa untuk mencapai prestasi serta mengatasi berbagai kesulitan belajar.

Sedangkan menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.24

a. Disiplin preventif

Disiplin prefentif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan.

b. Disiplin korektif

Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.

24


(25)

Terlihat bahwa pembagian disiplin menurut A.S. Moenir agak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. Pada pembagian yang pertama, disiplin kerja yang dimaksud adalah sikap ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku sedangkan pada pembagian yang kedua, disiplin kerja yang dimaksud lebih ditekankan pada peneguhan atau penegakan aturan-aturan dalam organisasi, sehingga ada yang preventif (untuk mencegah terjadinya pelanggaran) dan ada yang korektif (untuk memperbaiki pelanggaran yang sudah terjadi).

3.Fungsi Disiplin Kerja Guru

Fungsi disiplin kerja guru sebagaimana dikemukakan oleh A. Tabrani Rusyan, dkk dalam bukunya " Upaya Meningkatkan Kinerja Guru di Sekolah Dasar", Sebagai Berikut:

a. Disiplin membawa proseskinerja kearah produktifitas yang tinggi. b. Disiplin mempengaruhi kegiatan guru dalam proses kinerja.

c. Disiplin memperteguh guru untuk memperoleh hasilkerja yang memuaskan.

d. Disiplin member kemudahan bagi guru dalam memperoleh hasilkerja yang memuaskan.

e. Disiplin memberikan kesiapan bagi guru dalam melaksanakan proses kinerja.

f. Disiplin akan menunjang hal-hal yang positif dalam melakukan berbagai kegiatan dan proses kinerja.25

Dengan demikian betapapentingnya disiplin kerja guru. Telah dipaparkan bahwa produktifitas ditentukan oleh disiplin kerja. Itulah guru yang dapat diharapkan mampu meningkatkan produktifitas kerja.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa antara disiplin dan kerja terdapat hubungan yang sangat erat sehingga satu sama lain sangat mempengaruhi, disiplin yang tinggi akan menimbulkan semangat yang tinggi sebaliknya semangat kerja yang tinggi menghasilkan disiplin yang tinggi pula.

25

A. Tabrani Rusyan, dkk. Upaya meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, (Jakarta : Inti Media Cipta Nusantara, 2001), cet. Ke-2, h.56


(26)

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru

Malayu S.P. Hasibuan menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru, diantaranya: tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi atau hukuman, ketegasan, hubungan kemanusiaan.26 Adapun penjelasan setiap aspek tersebut secara singkat diuraikan pada pemaparan berikut.

Aspek tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan guru ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru. Tujuan yang akan dicapai harus jelas sehingga guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam mengajar. Kemampuan tersebut sebaliknya harus sesuai dengan bidangnya guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Akan tetapi jika kegiatan mengajar berada di luar kemampuan guru atau jauh di bawah kemampuannya dan tidak ada tujuan yang jelas maka kesungguhan dan tingkat disiplin guru menjadi rendah.

Aspek keteladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan guru. Pimpinan , dalam hal ini kepala sekolah dijadikan teladan dan panutan oleh para guru. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, disiplin, jujur, adil, serta harus disesuaikan antara kata dan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, penerapan disiplin kerja guru pun akan ikut baik. Dengan demikian bila ingin menegakkan kedisiplinan pada guru maka hendaknya diusahakan agar kepala sekolah harus lebih dulu menegakkan disiplin.

Aspek balas jasa di sini lebih ditekankan pada aspek gaji dan tunjangan kesejahteraan. Gaji dan tunjangan kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan guru karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan guru terhadap pekerjaannya.

Aspek keadilan ikut mendorong terwujudnya tingkat kedisiplinan guru. Hal ini disebabkan oleh sifat manusia yang selalu merasa dirinya

26


(27)

penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Kepala sekolah yang baik akan selalu berusaha bersikap adil terhadap tenaga pengajar dan staf sekolah, tidak membeda-bedakan anatara guru yang satu dengan yang lain. Dengan demikian maka diharapkan semua guru tidak ada rasa cemburu dengan yang lain karena diperlakukan tidak adil sehingga semangat kerjanya menjadi lebih baik. Dengan begitu diharapkan guru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan penuh semangat dan disiplin.

Aspek waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan guru dalam pekerjaannya. Dengan waskat berarti kepala sekolah harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja guru.

Aspek sanksi atau hukuman berperan penting dalam memelihara tingkat disiplin kerja guru. Adanya sanksi atau hukuman bagi yang melanggar akan membuat guru menjadi ragu untuk melakukan kesalahan atau kekeliruan. Mereka akan mempertimbangkan sanksi yang akan diterima jika melanggar peraturan atau tata tertib yang ada. Dengan begitu maka kedisiplinan guru dalam bekerja dapat tetap terjaga.

Aspek ketegasan pimpinan dalam bertindak akan mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru. Seorang kepala sekolah harus mampu mengatasi para guru yang bermasalah dalam pekerjaannya dengan berani/tegas. Berani bertindak untuk menghukum setiap guru yang tidak disiplin dalam pekerjaannya. Dengan begitu, guru akan semakin menjaga diri agar tetap patuh dan taat (disiplin) pada aturan yang berlaku.

Aspek hubungan kemanusiaan yang harmonis antara kepala sekolah, para guru dan staf, ikut menciptakan tingkat kedisiplinan yang baik. Kepala sekolah harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, baik hubungan vertikal maupun horizontal. Dengan demikian tingkat kedisiplinan para guru dan staf akan meningkat.


(28)

IG Wursanto menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan merosotnya disiplin kerja yaitu : 1). Faktor Kepemimpinan, 2). Faktor Kebutuhan, 3). Faktor Pengawasan.

a. Faktor Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi tingkah laku orang lain. Dalam mencapai tujuan yang efektif, kepala sekolah sebagai pemimpin harus berusaha dengan segala potensi yang dimilikinya untuk menggerakkan dan mempenagaruhi guru-gurunya agar dapat bekerja dengan disiplin yang tinggi.

b. Faktor Kebutuhan

Pegawai tidak hanya menuntut terpenuhnya kebutuhan ekonomis, tetapi kebutuhan sosial dan psikologis perlu diperhatikan pula.

Pada umunya yang diiinginkan para pegawai ialah sebagai berikut : a. Pemimpin yang baik (mampu memberikan bimbingan dan

pengarahan).

b. Lingkungan kerja yang menyenagkan. c. Kondisi kerja yang menyenagkan. d. Gaji yang layak

e. Hubungan kerja yang harmonis c. Faktor Pengawasan.

Faktor pengawasan atu controling sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan disiplin yang tinggi. Pengawasan hendaknya dilaksanakan secara efektif, jujur dan objektif.27 Sedangkan menurut Saroso mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru antara lain : Moril/semangat kerja pegawai, kesejahteraan pegawai, dan suasana kerja yang harmonis.

a). Moril/semangat kerja pegawai

Seseorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah disepakati apabila moril/semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang pegawai mempunyai moril yang

27

IG Wursanto, Dasar-dasar Manajemen Personalia, (Jakarta : Pustaka Dian,1988), cet. Ke-2, h.151


(29)

rendah maka ia akan berbuat tidak sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.

b). Kesejahteraan pegawai

Kesejahteraan merupakan keinginan tetap setiap manusia, kesejahteraan selalu dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan, untuk kesejahteraan pegawai pemimpin wajib intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah mereka berikan kepada perusahaan.

c). Suasana kerja yang harmonis

Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang lancar, pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu pegawai berbuat disiplin.28

5.Tugas Guru dan Tanggung Jawab Guru

Tugas guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja guru juga bertugas sebagai elevator, administrator,konselor dan lain-lain.

Guru adalh figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok aksitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa.

Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdiaan. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Bila dipahami, maka tugas guru sebenarnya tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar dan mengajar saja, guru juga bertugas sebagai administrator,konselor,

Guru yang mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan

28

Suroso, Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, (Jakarta : Lembaga Penelitian IKIP, 1991) h.22


(30)

belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat memuaskan.

Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana Sudjana.29 mengutip pendapat Peters ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yakni; guru sebagai pengajar,guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator dikelas.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.dalam hal ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketentuan teknis mengajar. Disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan.

Guru sebagai pembimbing member tekanan kepada tugas.memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan dan pembentuk nilai-nilai para siswa.

Guru sebagai administrator di kelas pada hakikatnya merupakan jalinan ketatalaksanaan bidang pengajaran, ketatalaksanaan pada umumnya, tetapi ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru.

Selanjutnya penulis dapat menguraikan satu persatu tentang tanggung jawab guru sebagaimana sesuai dengan konsep pendidikan, yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik. 30 adalah sebagai berikut: 1. Guru Harus Menuntun Murid-Muridnya Belajar

Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntun murid-muridnya melakukan kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.

2. Turut Serta Membina Kurikulum Sekolah

29

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), cet. 7, H.15

30

Oemar Hamalik , Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet.4, h. 127-133


(31)

Sesungguhnya guru merupakan seorang yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid, karena itu sewajarnya apabila guru turut aktif dala pembinaan kurikulum disekolah. Untuk mengubah kurikulum itu tentu tidak mungkin, akan tetapi dalam rangka membuat atau memperbaiki proyek pelaksanaan kurikulum, yang mana berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya, tentu sangat diperlukan.

Tentu saja pekerjaan ini akan lebih berhasil jika guru dapat diikutsertakan duduk dalam panitia kurikulum sekolah, dalam biro peragaan, atau dalam bagian bimbingan dan penyuluhan.

3. Melakukan Pembinaan Terhadap Diri Siswa

Memberikan pengetahuan kepada siswabukanlah hal yang sulit, tetapi membina siswa agar menjadi manusia yang berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah. Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya itu adalah menjadi tanggung jawab guru.

4. Memberikan Bimbingan Kepada Murid

Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri,memecahkan masalahnya sendiri,mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan mereka perlu dibimbing kearah terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan temannya dimana perbuatan dan perkataan guru dapat menjadi contoh yang hidup.

5. Melakukan Diagnosis Atas Kesulitan-kesulitan Belajar dan Mengadakan Penilaian Atas Kemajuan Belajar

Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat,latar belakang dan kematangan siswa. Guru juga


(32)

bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan kemajuan belajarserta melakukan diagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa. Karena itu guru harus mampu menyusun tes yang objektif, menggunakannnya secara intelegen,melakukan observasi secara kritis serta melaksanakan usaha-usaha perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu menghadapi masalah-masalah sendiri dan tercapainya perkembangan pribadi yang seimbang.

6. Menyelenggarakan Penelitian

Sebagai seorang yang berkehendak dalam bidang keilmuan bidang pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya, tidak cukup sekedar melaksanakan pekerjaan rutin saja,melainkan harus juga berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian yang kontinu dan intensif.

7. Mengenal Masyarakat dan Ikut Serta Aktif

Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat, apabila hal ini dikerjakan maka guru akan mendapatkan peluang yang baik untuk menjelaskan tentang keadaan sekolah kepada masyarakat sehingga mendorong masyarakat untuk turut memikirkan kemajuan pendidikan anak-anak mereka.

8. Menghayati, Mengamalkan, dan Mengamalkan Pancasila

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari semua sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok social yang terbesar sekolah. Pendidikan bertujuan membentuk manusia pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan diantaranya sekolah, kita berusaha semaksimal mungkin agar tujuan itu tercapai. 9. Turut serta Membantu Terciptanya Kesatuan dan Persatuaan Bangsa

dan Perdamaian Dunia

Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswanya menjadi warga Negara yang baik. Pengertian yang baik ialah antara lain


(33)

memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Perasaan demikian dapat tercipta apabila para siswadidiksaling menghargai, mengenal daerah, masyarakat, adat istiadat, seni budaya, sikap, hubungan social, keyakinan, kepercayaan, dan sebagainya, dengan pengenalan,pemahaman yang cermat maka akan tumbuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka akan saling meng hormati dan menjunjung tinggi bersimpati serta toleransi terhadap masyarakat dari daerah lainnya, di lain pihak guru berusaha mencegah timbulnya gejala ataupun tindakan yang cenderung atau bersifat kedaerahan atau kesukuan.

10. Turut menyukseskan pembangunan

Guru membantu menciptakan parasiswa menjadi manusia seutuhnya, selain dari itu kerjasama dengan lembaga-lembaga atau badan-badan kemasyarakatan lainnya.

11. Tanggung Jawab Meningkatkan peranan Profesional Guru

Guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan profesionalnya tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan disekolah guru mempunyai peranan yang utama dalam membimbing anak didik agar mencapai tujuan yang diharapkan, dimana semuanya sangat menentukan terhadap keberhasilan anak dalam mencapai tujuan, yaitu adanya perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil belajar. Guru mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang memuaskan.

Sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi


(34)

hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.31

Adapun penjelasan mengenai lima tugas pokok guru sebagaimana dikemukakan Sukadi di atas adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk membuat rencana pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Kemampuan merencanakan pembelajaran ini meliputi: menguasai silabus, menyusun analisis materi pelajaran, menyusun program tahunan/semester, menyusun rencana pengajaran.32

Sebelum tampil di depan kelas, guru harus menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Dengan kemampuan guru yang baik dalam penguasaan materi akan mempermudah guru dalam menyusun analisis materi pelajaran, menyusun program tahunan/semester, dan menyusun rencana pengajaran.

b. Melaksanakan Pembelajaran

Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar ini meliputi; kemampuan dalam membuka pelajaran, melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan menutup pelajaran.33 Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan

31

Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), h. 26 32

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 26.

33


(35)

metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan pertanyaan dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus dilaksanakan oleh guru dengan baik agar tercipta kegiatan pembelajaran yang baik.

c. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan untuk melaksanakan evaluasi/penilaian. Kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran ini meliputi; kemampuan dalam melaksanakan tes, mengolah hasil penilaian, melaporkan hasil penilaian, dan melaksanakan program remedial/perbaikan pembelajaran.34 Penilaian/evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah ditetapkan.

d. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran

Program remedial/perbaikan pembelajaran pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan materi mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan materi yang dianggap telah dikuasai oleh peserta didik sehingga tidak perlu dilakukan pendalaman materi.

e. Melakukan Bimbingan dan Konseling

Berbagai latar belakang siswa yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Ada siswa yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan belajar dan psikologis yang stabil dan ada pula siswa yang pertumbuhan dan perkembangan belajar dan psikologisnya tidak stabil. Dari kondisi seperti itu, adakalanya terdapat siswa yang membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis maupun secara psikologis. Guru harus mampu berperan sebagai seorang konselor bagi siswanya. Bimbingan konseling yang dimaksud di sini adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan guru berkenaan dengan

34


(36)

pembelajaran, bukan kegiatan konseling yang khusus ditempuh oleh guru bimbingan dan konseling (konselor).

Dalam melakukan kegiatan bimbingan dan konseling (pembinaan), guru harus berkomunikasi dengan baik, sabar, dan telaten dalam membantu menyelesaikan persoalan siswanya. Guru diharapkan untuk memberikan solusi. Melalui bantuan dan bimbingan dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami siswa dapat diatasi. Dari berbagai uraian teori tentang persepsi dan disiplin, maka yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang disiplin kerja guru adalah pengungkapan pengalaman siswa melalui penglihatan menilai guru yang dikaitkan dengan tugas dan kewajibannya sebagai guru. Disiplin kerja guru ini dapat diartikan suatu kondisi kerja guru yang tertib karena adanya kepatuhan atau ketaatan guru dalam melaksanakan peraturan yang ada, tanpa adanya pelanggaran yang dilakukan dan menimbulkan kerugian, baik langsung maupun tidak langsung. Maka disiplin kerja guru tersebut dapat diukur melalui disiplin kerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran, serta melaksanakan bimbingan dan konseling (pembinaan).

C. Hakikat Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru

Sebagaimana telah diapaparkan di atas, bahwa persepsi merupakan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk mengenali objek dari apa yang dilihat dari lingkungannya. Persepsi ini akan muncul setelah adanya rangsangan (stimulus) dalam diri peserta didik. Persepsi akan berbentuk positif yang diwujudkan dalam bentuk rasa senang.

Kedisiplinan guru dalam proses pembelajaran sangat berkaitan dengan keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Guru yang disiplin akan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan termasuk mempersiapkan dirinya sendiri sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan disiplin yang baik, guru tidak lagi merasa bingung dalam mencari hal-hal yang diperlukan saat pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.


(37)

Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan baik apabila guru dapat mempersiapkan pembelajaran dengan baik sehingga mampu merangsang dan memotivasi peserta didik sehingga peserta didik siap pula menghadapi proses pembelajaran agar berlangsung aktif, efektif, dan efisien. Seperti yang telah ditulis oleh Tabrani Rusyan tentang kesiapan peserta didik yaitu:

Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan sebagai landasan dalam belajar. Kesiapan itu sendiri merupakan kapasitas, baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Bila peserta didik siap untuk melakukan proses belajar, maka hasil akan diperoleh dengan baik, dan sebaliknya, jika tidak siap, maka tidak akan diperoleh hasil yang baik.35 Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan suasana yang nyaman dalam kelas sehingga semua siswa ingin belajar, yana disebabkan oleh ingin tahu dengan sungguh-sungguh hasil belajarnya. Guru yang mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Tugas bukan hanya mengajar, tetapi lebih dari itu mengantar siswa agar menjadi manusia dewasa yang cakap dan berbudi luhur, oleh sebab itu guru harus memperhatikan siswa terutama sikap, tingkah laku, ketertiban, dan kedisiplinan.

Oleh karena itu, proses pembelajaran akan berhasil jika guru memiliki kedisiplinan yang tinggi yang ditandai dengan kesiapannya dalam pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan peserta didik tidak memiliki persepsi negatif terhadap disiplin kerja gurunya.

35

Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1989), h. 84


(38)

D. Kerangka berpikir

Syaodih mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulumk. Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.36 Disini ditekankan peran seorang guru yang begitu beswar dala menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran berlangsung.

Simon dan Alexander telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik; yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas dan kualitas kemampuan guru. 37 Rangkuman beberapa penelitian ini semakin menegaskan bahwa guru adalah faktor yang tidak dapat diabaikan dalam pembelajaran kelas.

Kedisiplinan guru yang baik dalam bekerja akan menghasilkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas baik. Hal ini karena guru yang disiplin akan mempersiapkan hal-hal uang akan diperlukan dalam pembelajaran, guru yang disiplin akan mendesain pembelajaran sedemikian rupa agar pembelajaran yang terlaksana kemudian adalah pembelajaran yang baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang baik dan berkualitas akan bermanfaat bagi peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, siswa akan memperhatikan tingkah laku atau perilaku guru dalam mengajar. Siswa akan mempersepsikan apa yang dilihat sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Persepsi siswa yang baik terhadap gurunya akan berdampak positif terhadap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebaliknya, persepsi siswa yang tidak baik terhadap gurunya dapat berdampak negatif terhadap siswa sehinggga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan susah dicapai oleh siswa.

36

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke-7, h.13

37


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati - Bekasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan secara langsung di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati – Bekasi. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu pada bulan Mei-Juni 2010.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti.. Adapun penelitian persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati – Bekasi ini termasuk pada penelitian deskriptif, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.1

1

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cetakan ke-16, h. 11


(40)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati - Bekasi. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII dari populasi yang ada (sebanyak 20 orang). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penentuan sampel dari kelas VIII ini karena menurut penulis, mereka lebih cocok karena mengetahui kondisi di sekolah. Siswa kelas VII tidak dijadikan sampel karena mereka belum lama berada di sekolah tersebut sedangkan kelas IX juga tidak dijadikan sebagai sampel karena mereka akan berkonsentrasi pada ujian akhir.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan instrumen yang berupa:

1. Angket

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket (tertutup) yang disertai sejumlah jawaban yang sudah disediakan dalam satu variabel yaitu persepsi siswa tentang disiplin kerja guru. Angket tersebut terdiri dari 20 item pernyataan dengan menggunakan empat alternative jawaban siswa. 2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang didokumentasikan oleh pihak sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui tehnik dokumentasi meliputi: data tentang keadaan guru, siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana.


(41)

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen

Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru

Dimensi Dimensi No. Item Jumlah

Persepsi siswa tentang disiplin kerja guru

1. Disiplin dalam melaksanakan pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14,

15, 16, 20

15

2. Disiplin dalam mengevaluasi hasil pembelajaran

12, 13 2

3. Disiplin dalam menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran

18 1

4. Disiplin dalam melaksanakan bimbingan dan

konseling (pembinaan)

17, 19 2

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Kegiatan analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami baik oleh peneliti, maupun oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  

1. Editing

Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap angket yang telah diisi. Setiap angket diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan


(42)

dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan atau kekeliruan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat.

2. Scoring

Scoring mrupakan tahap pemberian skor terhadap setiap pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam menentukan skoring hasil penelitian untuk penyataan positif masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut:

• Untuk jawaban SL = 4 • Untuk jawaban SR = 3 • Untuk jawaban KD = 2 • Untuk jawaban TP = 1

Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, maka masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut:

• Untuk jawaban SL = 1 • Untuk jawaban SR = 2 • Untuk jawaban KD = 3 • Untuk jawaban TP = 4

3. Tabulating

Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus statistik presentase dengan rumus sebagai berikut:

P = N

F

x 100% Keterangan:

F = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya N = Number of cases (banyaknya individu)


(43)

  

P = Angka Presentase2

Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi sesuai yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagaimana telah dikutip oleh Wira Cahya Dimulya, yaitu sebagai berikut:3

1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100% 2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75% 3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55% 4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%

Untuk menentukan persentase, digunakan rumus perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.

2. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.

3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus : P =

NH NS

X 100 %

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), Cet. 1, h. 43

3

Wira Cahya Dimulyo, ’Implemetasi Manajemen Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta, Skripsi KIMP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006,td), h. 33


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Khairiyah Jatirahayu

Pada awalnya MTs Al-Khairiyah bernaung pada Yayasan kecil,yang didalamnya terdiri dari Majelis Taklim, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Raudathul Atfal (RA) yang beralamat di Jalan Raya Hankam Rt.03/07 No.01 Jatirahayu Pondok Melati. Pada tahun 1993 berdirilah Madrasah Tsanawiyah (MTs).

2. Kepemimpinan Yayasan Al-Khairiyah Jatirahayu

Kepemimpinan Yayasan Al-Khairiyah Jatirahayu didirikan oleh KH.Hamim setelah beliau meninggal dunia digantikan oleh anaknya yaitu KH. As’yari Hamim.

Sedangkan Madrasah Tsanawiyah dipimpin oleh Kepala Madrasah bernama Khodir Yadi.

3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Al-Khairiyah Jatirahayu a. Visi Sekolah

Unggul Dalam berprestasi. b. Misi Sekolah

1) Melaksanakan Pembelajaran dan bimbingan secara efektif 2) Terdepan dalam inovasi IPTEK.


(45)

3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. 4) Melaksanakan pelayanan prima.

5) Menumbuhkan semangat keunggulan secara efektif

4. Profil MTs Al-Khairiyah Jatirahayu

Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : MTs Al-Khairiyah Jatirahayu 2. No. Statistik Sekolah : 212321801120

3. No.piagam : D/Wi/Mts/366/94

4. Provinsi : Jawa Barat

5. Kecamatan : Pondok Melati

6. Desa/kelurahan : Jatirahayu

7. Jalan dan nomor : Jl. Raya Hankam Rt03/07 jatirahayu pondok melati Bekasi

8. Kode Pos : 17414

9. Daerah : Bekasi

10.Status sekolah : Terakreditasi 11.Kelompok sekolah : MTs

12.Akreditasi : B

13.Tahun berdiri : 1993 14.Kegiatan BM : Pagi - sore 15.Bangunan sekolah : Milik Sendiri

16.Organisasi penyelenggara : Yayasan Al-Khairiyah 17.Luas bangunan : 700 meter

18.Luas tanah : 1000 meter 19.Status Bangunan : Permanen 20.Status Tanah : Wakaf


(46)

5. Keadaan Guru dan Karyawan

Guru adalah figure sentral dalam pendidikan.tugas guru dalam mendidik,mengajar, membimbing anak didik merupakan bagian dari upayanya dalam mencerdaskan manusia dalam bekal pengetahuan dan penanaman nilai-nilai, seperti nilai agama, sosial, budaya sampai kepribadian.

Modal atau bekal menjadi guru tidak hanya cukup dengan pengetahuan akademis, tetapi juga pengalaman dan keterampilan, seperti kemampuan mengajar, mengelola proses pembelajaran, memiliki wawasan kependidikan, keterampilan komunikasi, juga peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dunia pendidikan.

Selain guru, sumber daya manusia yang ada disekolah adalah tenaga kependidikan yang bertugas diluar proses pembelajaran yaitu melaksanakan administrasi dan pelayanan teknis dalam menunjang proses pendidikan agar berjalan baik.berikut adalah daftar guru dan karyawan Mts Al-Khairiyah.

Daftar Guru dan Karyawan Mts Al-Khairiyah

No Nama Jabatan Pendidikan Bidang studi

1 KH.Asyari Hamim Ketua Yayasan PGA -

2 Khodir Yadi S.Pd Kepala Madrasah S.1 BK

3 Hj.Nurhayati S.Pd.I Wakil Kepala Sekolah

S.1 Qirooat

& Al-quran

4 Hj. Sofiah S.Pd Bendahara S.1 Bendahara

5 Utjang. Marwan BSc kaurtu D3 Tu

6 Sarbinih HS SP.d Kabid Kurikulum S.1 Matematika

7 Drs.Muklis Pembina Osis S.1 Akidah

Akhlak dan Mulok

8 Murdianin, SP.d Guru S.1 IPS

9 Lia Indriyani SP.d Guru S.1 Fisika

10 Vera Farhatun SP.d Guru S.1 SKI dan


(47)

11 Ilyas Guru S.1 Bahasa Arab dan Fiqih

12 Abdul Rosyid Guru PGA Qurdis

13 Muh.Jamil Guru S.1 Orkes

14 Listyo Rumamah Guru S.1 Biologi

15 Amelia Guru S.1 Pkn

16 Oman Guru S.1 Komputer

17 M.Nasrullah Guru S.1 Bhs. Inggris

18 Abdul Sobur Guru S.1 Bahasa

Indonesia

19 dedi Penjaga sekolah SMP -

6. Data Siswa

Tabel 2

Data Siswa Tahun Ajaran 2009/2010 Jenis

Kelamin Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jml L

P

15 13

13 12

17 13

45 38

Jml 28 25 30 83

Tabel 3 Sumber Belajar

No Jenis Sumber Belajar Jumlah ruangan Baik Kurang baik

1 Ruang Belajar 3 9


(48)

3 Lab. Komputer 1 9

4 Lapangan olahraga 1 9

5 Masjid 1 9

6 Ruang kesenian 1 9

Tabel 4 Ruang Penunjang

No Jenis Ruangan Baik Kurang

1 Ruang Kamad dan Wakamad

9

2 Ruang Guru 9

3 Ruang tata usaha 9

4 Toilet (3) 9

5 Lapangan Upacara 9

Dari tabel diatas dapatdiketahui bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki MTs Al-Khairiyah dapat dikatakan cukup baik. Untuk ruang perpustakaan masih kurang baik karena koleksi bukunya masih kurang banyak.

Sedangkan laboratorium komputer memiliki 8 unit komputer. Untuk lapangan memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat olahraga dan upacara.

Ruang kesenian digunakan sebagai tempat latihan dan menyimpan alat-alat kesenian seperti marawis, hadroh, dan marching band.


(49)

B. Deskripsi Data

Hasil penelitian diperoleh dari angket yang telah diisi oleh responden. Angket yang penulis sebarkan kepada 20 responden meliputi variabel persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu.

Tabel 5

Guru IPS Tepat Waktu Hadir di Kelas

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 1 5,0 5,0

Kadang-kadang 11 55,0 60,0

Sering 7 35,0 95,0

Selalu 1 5,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 55,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang tepat waktu hadir di kelas dan 35,5% responden yang menjawab guru IPS sering tepat waktu hadir di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS kadang-kadang tepat waktu hadir di kelas. Hanya 5 % (1 orang responden) yang menyatakan bahwa guru IPS selalu tepat waktu hadir di kelas.

Sebelum pelajaran di mulai guru hendaklah telah bersiap-siap untuk masuk kelas sehingga kehadiran guru di kelas tepat waktu. Dengan hadirnya guru di kelas tepat pada waktunya maka diharapkan waktu yang telah disediakan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Di samping itu juga untuk menghindari penambahan waktu diluar waktu mengajar yang telah disediakan.

Tabel 6

Guru IPS Memulai Pelajaran Tepat Waktu

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 10 50,0 50,0

Sering 10 50,0 100,0


(50)

Dari data di atas menunjukkan bahwa 50,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang memulai pelajaran tepat waktu dan 50,0% responden yang menjawab guru IPS sering memulai pelajaran tepat waktu.

Sebelum guru memulai pelajaran hendaklah mempunyai kedisiplinan waktu dalam proses belajar mengajar. Disamping itu untuk menghindari kekosongan dalam pelajaran.

Tabel 7

Guru IPS Istirahat Tepat Waktu

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 2 10,0 10,0

Kadang-kadang 15 75,0 85,0

Sering 3 15,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 75,0% responden yang menjawab kadang-kadang guru IPS istirahat tepat waktu dan 15,0% responden yang menjawab guru IPS sering istirahat tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS kadang-kadang istirahat tepat waktu. Hanya 10 % (2 orang responden) yang menyatakan bahwa guru IPS istirahat tepat waktu.

Tabel 8

Guru IPS Mengakhiri Pelajaran Tepat Waktu

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 13 65,0 65,0

Sering 7 35,0 100,0


(51)

Dari data di atas menunjukkan bahwa 65,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang mengakhiri pelajaran tepat waktu dan 35,5% responden yang menjawab guru IPS sering mengakhiri pelajaran tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS kadang-kadang mengakhiri pelajaran tepat waktu.

Sebelum kegiatan belajar mengajar selesai, guru hendaklah mengulang pelajar yang telah disampaikan.

Tabel 9

Guru IPS Meninggalkan Kelas saat PBM berlangsung

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Sering 11 55,0 55,0

Kadang-kadang 6 30,0 85,0

Tidak Pernah 3 15,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 30,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang meninggalkan kelas saat PBM berlangsung dan sebanyak 55,0% responden yang menjawab guru IPS sering meninggalkan kelas pada saat PBM berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS sering meninggalkan kelas saat PBM berlangsung. Hanya 15 % (3 orang responden) yang menyatakan bahwa guru IPS tidak pernah meninggalkan kelas saat PBM berlangsung.

Pada kegiatan PBM guru diharapkan tidak meninggalkan kelas karena di khawatirkan akan tejadi kegaduhan dalam kelas.


(52)

Tabel 10

Guru IPS Meminta Tambahan Waktu

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Sering 7 35,0 35,0

Kadang-kadang 12 60,0 95,0

Tidak Pernah 1 5,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 60,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang meminta tambahan waktu, dan 35,0% responden yang menjawab guru IPS sering meminta tambahan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS kadang-kadang meminta tambahan waktu. Hanya 5 % (1 orang responden) yang menyatakan bahwa guru IPS selalu meminta tambahan waktu.

Dari hasil penelitian diatas guru IPS kadang-kadang meminta tambahan waktu.

Tabel 11

Guru IPS Mengabsen Siswa Sebelum Pelajaran dimulai

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 1 5,0 5,0

Selalu 19 95,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 95,0% responden yang menjawab guru IPS selalu mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai. Hanya 5 % (1 orang responden) yang menyatakan bahwa guru IPS kadang-kadang mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai. Dalam mengabsen siswa guru IPS sudah maksimal. Sehingga dengan persentase ini dapat diketahui berapa siswa yang masuk atau ada didalam kelas.


(53)

Tabel 12

Guru IPS Mengabsen Siswa Sesudah Pelajaran selesai

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 2 10,0 10,0

Sering 8 40,0 50,0

Selalu 10 50,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 10,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai dan 40,0% responden yang menjawab guru IPS sering mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai. Dan 50,0% responden yang menjawab guru IPS selalu mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai.

Sesudah pelajaran selesai, guru IPS Mengabsen siswa untuk mengetahui apakah ada siswa yang keluar kelas. Dengan adanya absensi siswa, maka akan diketahui jumlah siswa yang hadir selama pembelajaran.

Tabel 13

Guru IPS Mengisi Jurnal Kelas

Frequency Percent

Cumulative Percent Valid Selalu

Sering Total

18 2 20

90,0 10,0 100,0

90,0 10,0 100,0

Dari data diatas menunjukkan bahwa 90,0% responden yang menjawab guru IPS selalu mengisi jurnal kelas dan 10,0% responden yang menjawab guru IPS sering mengisi jurnal kelas.

Dalam kegiatan mengisi jurnal kelas, guru IPS lebih banyak selalu mengisi jurnal kelas, dibanding sering mengisi jurnal kelas.

Diharapkan dengan mengisi jurnl kelas guru akan dapat meningkatkan kedisiplinanannya.


(54)

Tabel 14

Guru IPS Menggunakan Alat Bantu Peragaan

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 10 50,0 50,0

Sering 10 50,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 50,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang menggunakan alat bantu peragaan dan 50,0% responden yang menjawab guru IPS sering menggunakan alat bantu peragaan.

Dengan adanya Alat bantu peragaan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

Tabel 15

Guru IPS Memberikan Tugas Bila Berhalangan Hadir

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang-kadang 9 45,0 45,0

Sering 11 55,0 100,0

Total 20 100,0

Dari data di atas menunjukkan bahwa 45,0% responden yang menjawab guru IPS kadang-kadang memberikan tugas bila berhalangan hadir dan 55,5% responden yang menjawab guru IPS sering memberikan tugas bila guru berhalangan hadir.

Jika guru berhalangan hadir diwajibkan untuk memberikan tugas pengganti agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Disamping itu juga untuk menghindari pelajaran yang kosong.


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di Madrasah Tsanawiyah Al-khairiyah dapat disimpulkan, bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran berkategori cukup baik ini terlihat pada perhitungan nilai rata-rata skor penelitian sebesar 67,75 %, hanya dalam beberapa hal saja guru perlu meningkatkan lagi disiplin waktu dalam mengevaluasi pembelajaran, disiplin dalam menindaklanjuti hasil evalusi pembelajaran, disiplin dalam bimbingan dan konseling. Tetapi sejauh ini disiplin kerja guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran berkategori baik, yaitu pada aspek pelaksananan pembelajaran didalam kelas.

Dengan demikian maka Disiplin Kerja guru dapat mempengaruhi prestasi dan produktifitas kerjanya. oleh karena itu kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola dan mengatur kelas patut dikuasai guru, karena dengan disiplin kerja guru yang baik akan menimbulkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan baik.

Seorang guru yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan memotivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu guru harus senantiasa meningkatkan disiplin kerjanya dan senantiasa melakukan evaluasi terhadap kekurangan apa saja yang ada pada dirinya sehingga dengan demikian apa yang menjadi tujuan dari proses belajar mengajar akan tercapai secara maksimal.


(2)

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah sebagai seorang pengelola hendaknya secara intensif

memberikan motivasi kepada guru dan siswa.

2. Guru hendaknya meningkatkan kedisiplinannnya dan mematuhi

peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar.

3. Siswa agar lebih rajin lagi dalam belajar, bersikap kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga guru dapat terus berkreasi dan beinovasi dan berdisiplin dalam mengajar dan menjawab rasa ingin tahu mereka.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Atkinson, Rita, Psikologi sosial, Batam Interaksa

Dimulyo, Wira Cahya., Implemetasi Manajemen Kurikulum Berbasis

Kompetensi di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta, [Skripsi KIMP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta]. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Dirgagunansa, Pengantar Psikologi, Jakarta : Mutiara Sumber Widya.

1993.

Dirjen Binbaga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan,

Jakarta: DEPAG, 2000.

Djamarah, Syaiful Bahri., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

http://www.klubguru.com/content/filephp?file=pdf-edukasi2.pdf

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi

aksara,1995.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

Kunandar, Menjadi Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2008.

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu., Manajemen Sumberdaya Manusia

Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005.

Moenir, A.S, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan


(4)

_______, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Nurdin, Muhamad., Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta:

Primasophie, 2004.

Nurdin, Syafruddin., Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,

Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, ( Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001.

Rusyan, A Tabrani dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru

Sekolah Dasar, Jakarta : Inti Media Cipta Nusantara, 2001.

Rusyan, A Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.1989.

Sabri, M Alisuf, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya.1993.

Sanjaya,Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:

Kencana, 2008.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :

Bina Aksara. 1988.

Soekanto, Soerjono, Remaja dan Masalah-masalahnya, Jakarta : Balai

Pustaka, 1990.

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar

Baru Algesindo. 2004

Sudijono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2008. Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, Bandung: Kolbu, 2006. Suroso, Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, Jakarta : Lembaga Penelitian IKIP, 1991.

Suryosubroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002).


(5)

Syaukani, HR. Titik Temu dalam Dunia Pendidikan, Jakarta: Nuansa Madani, 2002.

Walgito, Bimo, Psikologi Sosial ( Suatu Pengantar) Edisi Revisi,

Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2003.

Wursanto, IG, Dasar-dasar manajemen Personalia, Jakarta: Pustaka

Dian,1988.

Yunus, Mahmud Kamus Arab dan Terjemahannya, Jakarta: PT

Hildakarya.1989.

UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.


(6)

2 4

3 3 2 3 2 2 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3

3 A3 2 2 2 2 3 3 4 3 4 2 3 3 2 4 3 4 2 2 2 4

4 A4 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 4 3 2 3 2 4

5 A5 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 4 4 2 3 2 4

6 B1 2 2 2 2 2 3 4 3 4 2 2 2 2 4 4 3 2 2 3 4

7 B2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 4 3 3 2 2 2 4

8 B3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 4

9 B4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3

10 B5 3 3 2 2 2 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4

11 C1 2 3 1 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4

12 C2 2 3 1 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4

13

13 C3C3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3

14 C4 3 3 3 2 2 2 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3

15 C5 2 2 2 2 3 4 2 2 4 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 4

16 D1 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 2 3 2 3 2 4

17 D2 2 2 2 3 3 2 4 3 4 2 2 3 2 4 3 4 2 2 3 4

18 D3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 2 2 4 4 2 2 3 4

19 D4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 3 2 3 2 3 4 4 2 3 3 4