ke bandara Pinang Sori sekitar 40 km, pesawat yang disediakan yakni Garuda Indonesia, Wings air, Hercules dan pesawat kecil lainnya untuk keberangkatan menuju Gunung Sitoli. Penerbangan
ke Jakarta disediakan oleh Garuda dan wingsair melalui transit dikota Medan, kisaran biaya penerbangan dengan pesawat wings air Sibolga-Medan sekitar Rp.Rp.300.000 biasanya Garuda
miliki harga yang berbeda dengan wings air. Perkembangan masa ini yang semakin heboh dengan keindahan alam terutama yang sangat di gemari kaum anakmuda yakni explore wisata
alam. Sibolga mulai di lirik oleh wisatawan luar daerah. Selain transportasi udara, para pengunjung juga dapat melalui jalur darat dengan menggunakan mobil ataupun sepedamotor,
biasanya melalui kota Medan sepanjang Jalan.S.M.Raja banyak transportasi seperti bus atau pun mobil travel dengan trayek Medan-Sibolga, biasanya dengan mobil travel biaya nya sekitar
Rp.140.000. Selain transportasi yang dapat digunakan menuju ke kota Sibolga, di Sibolga sendiri
terdapat transportasi darat yang dapat digunakan pengunjung seperti Angkutan Kota angkot, beccak masin
atau becak bermotor, dan masih ada beberapa becak yang tidak menggunakan mesin atau becak dayung. Terminal Sibolga juga memiliki banyak loket angkutan darat seperti
bus yakni Bintang Utara, Makmur, Idola trayek ke Pekanbaru, Jambi, Padang, dan lainnya.Beberapa nelayan di kota Sibolga menyediakan jasa kapal untuk menyebrang ke pulau-
pulau yang sering sebagai destinasi wisata, seperti kapal kutuk-kutukyang membanrol harga ± Rp.1.000.000 untuk biaya pulang-pergi trayek Pulau Putri Sibolga.
2.3. Sejarah Singkat Kota Sibolga
Universitas Sumatera Utara
Kota Sibolga dahulunya adalah Bandar kecil di Teluk Tapian Nauli dan terletak di Poncan Ketek. Pulau kecil ini letak nya tak jauh dari kota Sibolga yang sekarang ini. Diperkirakan
Bandar tersebut berdiri sejak abad depan belas dan sebagai pengusaha adalah “Datuk Bandar”. Kemudian pada zaman kolonial Belanda, pada abad Sembilan belas didirikan Bandar
Baru yaitu kota Sibolga yang sekarang, karena Bandar dari pulau Poncan ketek dianggapnya tidak akan dapat berkembang, disamping pulaunya terlalu kecil juga tidak memungkinkan
menjadi Kota Pelabuhan yang fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar muat barang tetapi juga akan berkembang sebagai kota Perdagangan. Akhirnya Bandar pulau Poncan Ketek mati
bahkan bekas-bekasnyapun tidak terlihat lagi saat ini. Sebaliknya Bandar baru yaitu kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi kota Pelabuhan dan Perdagangan.
Pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia kota Sibolga menjadi ibukota Keresidenan Tapanuli dibawah kepemimpinan seorang Residen dan membawahi beberapa luka
atau Bupati. Pada zaman Revolusi fisik, Sibolga juga menjadi tempat kedudukan gubernur Militer Wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur bagian Selatan, kemudian dengan dikeluarkannya
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 102 tanggal 17 Mei 1946, Sibolga menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas wilayahnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen
Tapanuli Nomor : 999 tanggal 19 Nopember 1946 yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Desa-desa sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omme Landen menjadi atau
masuk Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956, Sibolga ditetapkan
menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja Sibolga yang di Pimpin oleh
Universitas Sumatera Utara
seorang Walikota dan daerah Wilayahnya sama dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor : 999 tanggal 19 Nopember 1946.
Selanjutnya dengan Undang-Undang nomor 18 Tahun 1965, Daerah Swatantra Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutanya menjadi Daerah Tingkat II kota Sibolga yang pengaturan
selanjutnya ditentukan oleh Undang-undang Nomor : 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah yang di pimpin oleh Walikota Kepala Daerah. Kemudian, hingga sekarang
Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II kota yang dipimpin oleh Walikota Kepala Daerah.
2.4. Letak Geografis dan Iklim