DINA PERILAKU SEKSUAL REMAJA

3.3. DINA

Dina berumur 21 tahun. Dia bekerja sebagai seorang SPG salah satu produk kecantikan. Dina adalah sahabat saya sejak SMP. Sekarang Dina tinggal dan menetap di Sibolga karena tuntutan pekerjaan dan alasan keluarga. Awal saya mengenal Dina, saat kami duduk di bangku SMP tepatnya di kelas VIII. Dina sebagai siswa baru pindahan ke sekolah kami SMP Negeri 1. Setelah kehadiran Dina sebagai anak baru kami berlima saya, Dina, Riska, Santi, dan Hardiyanti memutuskan untuk memberi nama kepada kelompok kecil kami ini, kami sebut kami MTZ genk atau sebutan untuk nama geng yang memiliki anggota terdiri dari 2 orang lebih. Saat kami SMP sedang booming kebiasaan untuk membuat nama geng agar terlihat keren. Tapi kami terkumpul sebagai geng yang asik, heboh dan gokil di masa itu. Pertama mengenal Dina, dia adalah perempuan yang feminim penampilannya, Dina memiliki rambut panjang nya yang bergelombang berwarna hitam dan wajah nya yang terlihat terawat. Ternyata setelah beberapa bulan mengenal nya, Dina adalah sosok perempuan yang agak tomboy, penampilannya seperti perempuan feminim namun cara dia berbicara dan bergaul dianggap oleh orang-orang seperti tomboy. Dina menggunakan kata kasar seperti kata memaki pantek dan gandek sebagai gaya bicaranya kepada kami. Dina memukul laki-laki di kelas bila tak senang atau pun saat bercanda. Dina ceplas-ceplos berbicara. Semakin lama berteman, kami masing-masing semakin tau watak sahabat kami di MTZ. Mulai dari latarbelakang keluarga, mengenai asmara hubungan percintaan, dan pengalaman hidup masing-masing. Universitas Sumatera Utara Kami nongkrong atau kumpul di salah satu rumah di antara kami ber lima. Tapi lebih sering di tempat Riska. Sesekali di tempat Dina bila ingin menjemput dia ataupun sebelum kami ke gunung Aiai tempat kami biasa berenang, lokasi nya tak jauh dari rumah Dina. Saat itu hampir setiap hari Senin, kami masing-masing bercerita mengenai pengalaman malam minggu. Dina, Santi dan Riska sudah memiliki lebih dari 3 orang mantan pacar. Sedangkan Hardiyanti hanya memiliki satu orang mantan pacar sama seperti saya. Dihari Senin ketika awal masuk sekolah, kami ribut di kelas membahas mengenai pengalaman malam minggu masing- masing bila kami tak berjumpa di malam minggu. “ih,lamak bana ya he kamarin tu” kata Dina mengenai malam nya bersama bang Seto pacar nya yang duduk dibangku SMA itu. Dulu Dina memiliki beberapa pacar maupun mantan pacarnya yang kamiMTZ kenal. Dina bercerita sudah berciuman, dan di pegang payudara nya oleh bang Seto semasa kami duduk di bangku SMP. Saya masih ingat cara Dina yang sangat senang bercerita mengenai indahnya malam minggu mereka. Dina termasuk orang yang terbuka, terutama kepada kami. Dina merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara. Ibu nya sudah lumpuh sejak 2 tahun lalu. Ayah nya seorang pemain musik yang sudah berumur 59 tahun, bapak bekerja di salah satu tempat karaoke di Sibolga. Saat masih SMP Dina dan keluarga tinggal di lingkungan kelurahan Aek Habil dan merupakan salah satu “etnik pesisir”. Dina suka bernyanyi terutama lagu dangdut. Untuk menambah uang jajan ia sering diajak bernyanyi oleh ayahnya, misalnya untuk acara-acara yang diundang oleh pejabat ke kantor atau pun acara di rumah dinas, namun sekarang Dina sudah bekerja dan hampir tidak pernah lagi dibayar bernyanyi di panggung untuk acara resmi itu. Salah satu orang yang tidak setuju dengan pekerjaan Dina sebagai penyanyi adalah pacar Dina sekarang, Baha. Baha melarang Dina untuk bernyanyi karena dianggap murahan yakni wanita Universitas Sumatera Utara yang tidak benar apabila bernyanyi untuk kaum pria, terutama karena lagu dangdut yang di diharuskan untuk bergoyang agar terlihat lebih menarik. Sekarang ini pacar Dina adalah Baha. Baha merupakan orang asli Padang Sidempuan Pasid. Dina mengenal Baha semenjak dirinya melanjutkan Sekolah Menengah Atas SMA di Padang Sidempuan. Baha berasal dari keluarga yang lumayan keuangan mereka menurut Dina karena ayah dan ibu Baha memiliki usaha Rumah Makan yang sudah cukup laris dan sudah terkenal di Pasid. Semua anggota keluarga Baha yakni kakak dan abang nya adalah lulusan Perguruan Tinggi, mereka semuanya adalah sarjana, Baha juga baru menyelesaikan perkuliahan nya dari salah satu Sekolah Tinggi di Pasid sebagai sarjana hukum agama. Dina ditentang oleh keluarga Baha terutama ibu Baha. Karena memperhatikan bibit bebet bobot keluarga Dina yang memiliki latarbelakang keluarga yang bukan berasal dari keluarga berada dan merupakan keluarga pas-pasan dan menurut mereka keluarga Dina termasuk keluarga miskin. Dina juga mengakui akan hal itu. Dari cerita Dina. Dulu keluarga mereka termasuk keluarga berada, dulu saat Dina masih kecil mereka sudah memiliki mobil pribadi. Ibu Dina adalah wanita yang berasal dari keluarga kaya dan memiliki gaya hidup yang highclass di masa itu. Sedangkan ayah Dina memang tidak berasal dari keluarga kaya namun dulunya masih memiliki pekerjaan tetap dan gaji yang lumayan setiap bulan nya untuk menghidupi keluarga mereka. Dulunya, bapak juga memiliki banyak job di dunia musik dan masih di pakek oleh beberapa agen tertentu yang menyalurkan pemain musik untuk acara bergengsi di dalam maupun luar kota Sibolga. Sekitar tahun 2006 hingga 2007 saya mengenal dekat Dina, keuangan keluarga mereka sudah sangat buruk sejak pertama saya mengenal nya di masa kami sekolah. Saat kami sering Universitas Sumatera Utara mampir kerumah Dina, mama Dina meminta uang kepada kami yakni salah satu diantara kami. Apabila kami mengatakan sedang tidak ada uang, mama Dina memaksa walaupun hanya meminta Rp.2.000 saja. Saat itu mama Dina merokok, dan badan nya sangat gemuk. Mama Dina kami panggil Etek. Etek mengenakan penutup kepala seperti topi kupluk, rambutnya sudah putih dan wajahnya mirip Dina. Beberapa tahun terakhir ini sejak Etek sakit, saya tidak pernah bertemu. Dari cerita Dina, Etek sudah semakin parah sakit nya dan sudah di vonis dokter tidak bisa berjalan. Namun dari beberapa foto yang di unggah Dina ke media sosial, Etek tersenyum dan ada juga foto yang memperlihatkan Etek sedang memasak bersama Dina apabila dihari tertentu seperti hari raya Idul Fitri. Dina adalah anak ke empat dari empat bersaudara. Dina memiliki 1 orang kakak perempuan dan 2 orang lagi abang laki-laki. Kakak Dina sekarang tinggal di kota Medan. Dulunya kakak pernah menjadi TKW di Malaysia saat kami masih duduk dibangku SMP. Semenjak saya mengenal keluarga Dina hingga sekarang, Dina bersama seorang abang laki-laki nya yang selalu berada di rumah bersama kedua orangtuanya. Abang Dina itu mengalami gangguan kejiwaan sejak kami masih sekolah dulu. Dina pernah bercerita bahwa abangnya pernah mengintip Dina saat sedang mandi, abang menghancurkan gelas dan piringkaca dirumah. Abang sudah pernah di bawa berobat ke Medan namun karena kurangnya uang untuk membeli obat-obat rutin untuk abang, sebabnya hingga saat ini abang Dina masih mengalami gangguan kejiwaan yang saya tidak tau persis apa penyebabnya. Abang memiliki beberapa tattoo di tangan dan kakinya, rambutnya gondrong dan beberapa kali dicukur habis botak. Dina pernah mengeluh mengenai kondisi abang yang tak berguna di rumah. Sejak mama sakit dan lumpuh, keadaan rumah semakin memburuk. Mama Dina lumpuh, rumah berantakan Universitas Sumatera Utara dan kotoran ibu terkadang berserak dimana-mana karena ibu sulit ke kamar mandi. Papa Dina di pagi hari sudah pergi ke Aira tempat karaoke itu untuk bekerja dan kembali kerumah apabila tempat karaoke sudah tutup tengah malam. “walaupun gaji yang dikasi orang tu gak seberapa tapi papa masih mau kerja, padahal sebenarnya gak diperlukan lagi nya papa disitu, tapi karena teman papa dulu yang punya makanya papa masih di pakkek kerja disitu” kata Dina. Setelah kami tamat dari bangku SMP di tahun 2007, Dina berangkat ke Padang Sidempuan untuk meneruskan sekolah nya. Disana, Dina tinggal dirumah tante nya. Dina bangun pagi, dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah sebelum dirinya pergi ke sekolah. Dina sering bercerita kalau dia jadi terkenal di sana karena dikenal cantik dan ramah. “ndak tau ambo mangapo banyak bana yang sukko kadia ambo” kata Dina. Laki-laki siswa sekolah Dina banyak mengenalnya dan mengajak nya berkencan. Disana juga Dina banyak memiliki beberapa mantan pacar. Mulai dari yang ganteng dan yang hanya sekedar dimanfaatkan Dina untuk keperluan tertentu. Beberapa perempuan siswa sekolah beberapa ada yang tak menyukai nya karena kecantikan Dina yang di puji oleh banyak laki-laki. Beberapa kali Dina bekerja di Pasid untuk mendapat uang jajan, walaupun hanya bekerja di toko sembako yang diberi gaji Rp.500.000bulan. “gak tau kenapa ya put, aku kalo lagi sedih, nangis aku dimana pun gak peduli, di tempat kerjaku pun dulu sambil ngebungkus gula pun nangis aku itu put kalo bertengakar sam a Baha” kata Dina. Setelah Dina kembali ke Sibolga sekitar tahun 2013 kami kembali bertemu, ketika saya sedang berada di Sibolga. Bersama Santi saya memiliki topik pembicaraan tertentu, bersama dengan Riska juga begitu, bersama dengan Hardiyanti juga saya memiliki topik pembicaraan yang berbeda. Bersama dengan Dina kami sering membahas mengenai pacar, keluarga, cara dia berhubungan seks dengan pacar nya, dia Universitas Sumatera Utara juga sering curhat. Namun menariknya menurut saya bahwa Dina tidak pernah meminjam uang kepada saya, kecuali dia sering minta di traktir makan dan diajak jalan. Setelah Dina kembali dari Pasid, saya merasa Dina sangat berbeda. Baik dari penampilan, cara berbicara, dan cara berpikir Dina, terutama dari sikap Dina yang sudah sangat berbeda. Saya masih ingat betul bagaimana ketika kami pergi ke pasar atau tempat jualan. Dina mencuri beberapa barang. Pernah, saat kami pergi ke pameran yang diadakan di Lapangan Simare-mare, saat kami melihat-lihat baju dan salah satu stand yang menjual pakaian untuk remaja dan dewasa. Saat kami berlima pulang dan sudah berada di angkot, Dina mengeluarkan celana pendek yang diambil nya dari stand itu, sontak saya kaget dan sangat takut dengan kejadian itu, tapi akhirnya kami hanya tertawa dan merasa konyol dengan perbuatan Dina. Beberapa kali saat pulang sekolah juga di gerobak yang menjual gelang, ikat rambut, dan aksesoris remaja itu dina mengambil gelang tanpa membayar nya. Pernah lagi saat kami pergi kerumah teman yang juga siswa baru di sekolah. Dina mengambil anting-anting yang terletak di kamar Ucha. Pernah, saat kami sedang membahas mengenai sikap Dina yang sering mencuri barang orang lain, kami mulai resah. Kami Saya, Riska, Yanti, dan Santi membahas mengenai sikap Dina yang terkadang tidak menyenangkan karena berhubungan dengan materi dan hampir tak pernah Dina memiliki uang jajan di sekolah. Sore itu saat kami sedang les, kami menggosip mengenai Dina. Kami tak menyangka Dina mendengar pembicaraan kami berempat dari samping kelas. Dina menangis saat masuk ke kelas, “ngeri bana munak ya, baikko memang hidup ambo” kata Dina sore itu. Sontak kami terdiam dan menyesali perkataan kami, segera kami minta maaf kepada Dina, dan kami berusaha mengerti perbuatan Dina sejak itu, walaupun beberapa diantara kami sangat tidak menyukai sikap buruk Dina yang sering mencuri. Universitas Sumatera Utara Sejak awal tahun 2013 sayakami awal bertemu kembali, saat itu saya merasa Dina berubah dan sangat berubah seperti saya katakan sebelumnya. Terutama dari penampilan, Dina kembali menjadi feminim, Dina mengenakan Jilbab, Dina bekerja kesana-kemari untuk menafkahi keluarga nya, dan Dina hanya memiliki satu orang pacar yakni tidak playgirl. Dina berubah dari cara berbicara nya yang sudah bisa serius dan berbicara dengan suara lembut. Saat tertawa dia menutup mulut nya. Dina memakai make-up, parfum, dan banyak produk kecantikan perempuan, tapi badan nya terlihat semakin gendut. Sejak 2013 hingga sekarang, Dina berpindah-pindah pekerjaannya. Pernah dia bekerja di FIF sebagai customer service, pernah sebagai SPG makanan Indofood Dina mencek barang ke toko-toko tertentu di Sibolga dan sekitar nya, dan sekarang Dina bekerja sebagai SPG salah satu produk kecantikan. Beberapa kali Dina bercerita mengenai keluh kesah dirinya dalam pekerjaan. Tahun 2014 kemarin Dina mengkredit sepeda motor Yamaha berwarna merah. Dina selalu mengeluh mengenai cicilan kreta nya. Tahun 2014 kemarin Dina masuk sebagai mahasiswa di salah satu Sekolah Tinggi di kota Sibolga, yakni STIE. Dina kuliah sebagai mahasiswa ekonomi di kampus itu. Dina mengaku bahwa dirinya kuliah hanya untuk meningkatkan harga dirinya di mata keluarga pacar nya Baha. Pertengahan tahun 2016 kemarin saya mengajak nya bertemu khusus untuk membicarakan mengenai penelitian untuk skripsi saya. “din, boleh aku tulis soal kau di skripsi ku soal perilaku seksual din?” tanya ku sore itu saat Dina datang ke rumahku. “boleh put, apa aja yang kau perlukan tanya aja sama ku ya” jawab Dina. “iya janggal tapi kalo serius kali, kalo pas kita cerita aja la ku selipkan di skripsi ku soal ob rolan kita ya” jawab ku sore itu di teras rumah. Universitas Sumatera Utara Malam itu saya berjumpa dengan Dina, Dina menjemput saya ke rumah dengan sepeda motor Yamaha nya. “kemana kita?” tanya ku. Dina mengenakan celana jeans hitam dan kemeja lengan panjang nya. “ayok la, nanti ditengok tante” jawabnya. Dina memanggil tante ke mamak saya. Mamak terkadang merepet bila saya keluar rumah terutama hingga tengah malam. “traktir aku makan nasgor pasbel ya” ujar Dina kepada ku. “ayok la” jawab ku. Kami bergerak menuju pasar belakang yang sedang ramai pengunjung malam itu. “aku nasgor sama sop buah” kata Dina. “aku juga” jawabku. Kami duduk di bangku kayu panjang berwarna putih itu, dibawah lampu nan terang berwarna putih. Setelah makanan dan minuman kami di hidangkan, kami langsung menyantapnya ditemani dengan sedikit cakap-cakap lucu kami di malam itu. Malam itu Dina bercerita mengenai diri nya yang mengalami „becek‟ kemaluannya bila bertemu dengan Baha dan terkadang bila hanya memikirkan Baha dan sesuatu yang berhubungan dengan sek s Dina juga pernah „becek. Namun dirinya tidak mengetahui bagaimana caranya masturbasi sehingga sulit baginya bila sedang pengen dia harus berjumpa dengan Baha yang tidak berada dalam satu kota dengannya. Bila Baha datang ke Sibolga, Dina mengajak Baha ke Pondok Goyang untuk bercumbu. Beberapa perkataan Dina dari obrolan kami adalah “Kau put, becek gak kalo lagi sama si Hendra?” “aku becek loh put, kalo mau jumpa aja pun kadang awak becek. Mikirin dia juga becek awak kadang” “tapi aku gak tau masturbasi itu gimana” Universitas Sumatera Utara “tau la kau kan kalo aku suma sama pacarku berhubungan seks kayak gitu, makanya susah kali nya kalo udah lagi pengen aku put, padahal si Baha di sidempuan nya” “kalo udah datang dia paling aku bawa ke pondok, gak tau lagi kalo disini makanya bawa kesitu” “yaaah, si Baha ini menurut ku, pande kali la put” “dia mau nunggu aku sampe gelik” “pande bana mancipok ya he” “pernah juga di nyuruh aku istong, tapi gak mau aku kayak jijik gitu put. tapi dia gakpapa kok kalo aku nolak gitu” “menurut ku gak pala besar itu nya. Standar la put” “maunya setiang kan, sanggup put?, haha” “kau sukak nya semana put?” Malam minggu kami kembali janjian untuk jumpa berdua. Kami berencana karaoke di Aira tapi Dina meminta untuk saya jemput ke tempat dia bekerja di Pandan karena sepedamotor nya sedang dipakai om saya memanggil om kepada papa Dina. Dina bekerja di salah satu swalayan yang letaknya tepat dipinggir jalan lintas. Dina bekerja sebagai SPG, dia memiliki tempat tertentu di bagian produk kecantikan sejajar dengan SPG produk lainnya. Dina langsung naik ke dalam mobil saya sesaat setelah saya kabari sudah di depan swalayan. Badan Dina bertambah gemuk namun pakaian seragam yang dikenakan nya terlihat longgar di beberapa bagian. Dina mengenakan sepatu highheels kira-kira 3cm berwarna hitam. Sambil membawa tas nya, saya melihat ada beberapa coretan di tas nya yang berbahan kain itu. Dia mengenakan Universitas Sumatera Utara kemeja berwarna coklat dengan kalung dan celana berwarna hitam berbahan kain. “lamo bana yah” ujar ku ke Dina. Sambil dia masuk kedalam mobil “iya e, biasa la banyak kali kerjaan tadi” jawab Dina. Kami langsung menuju ke Aira. Sebelumnya Dina sudah menghubungi papa nya menanyakan ruang karaoke yang kosong. Selama perjalanan menuju Aira, banyak cerita yang kami b ahas. Salah satunya Dina bercerita mengenai masalah nya dengan pacar Baha. “lagi galau ambo e” kata Dina. “kenapa?” tanya ku. “biasa la si Baha put” jawabnya. Sesampai kami di Aira. Papa Dina sedang berdiri dan mengobrol dengan teman nya dekat parkiran. Kami langsung masuk ke ruang karaoke itu. Dina memilih lagu dan bernyanyi. Dina menyuruh saya memilih juga. Beberapa lagu yang di pilih Dina adalah lagu-lagu melow disebutnya sebagai lagu galau. Dia memilih lagu Rossa, Siti Nurhalizah, Terry dan lainnya. Tak lupa Dina menyelipkan lagu dangdut untuk kami bernyanyi bersama. Satu jam kami karaoke, Dina minta untuk saya antar. Saya mengantar Dina ke rumah nya yang sekarang sudah berada di dekat SMA Negeri 2 Sarudik. Saya mengantar Dina hingga kedepan gang rumahnya. Saya langsung pamit pulang karena sudah larut malam. Dina bekerja di swalayan sejak pukul 10.00 WIB hingga swalayan tutup di malam hari sekitar pukul 22.00 WIB. Bahkan di hari sabtu dan minggu pun terkadang Dina masuk kerja, tergantung pada jumlah kehadiran Dina. SPG juga di beri waktu untuk cuti, atau izin sakit. “aku gini-gini banyak kali pengeluaran put, bayar kontrak rumah, cicilan kreta, belum lagi aku nabung put untuk persiapan nikah” ujar Dina kepada ku malam itu ketika kami berjumpa di hari kamis. “kata mama, walaupun susah harus ada nya pegangan kita sebelum pergi jadi istri, makanya kayak Happy Call itu ku beli pun walaupun harga nya sejutaan, ambal juga yang 500an ku beli untuk disimpan dirumah” jawab Dina sambil tertawa. “hmm gaya bana yo, bayari la ambo Universitas Sumatera Utara makkan dulu” jawab ku. Kami pergi makan nasi goreng di daerah Pasar Belakang tapi tidak di tempat kemarin. Tempat nasi goreng ini disebelah kiri mesjid Agung. Tempat ini adalah tempat langganan saya untuk membeli makanan di malam hari. “ndak lamak put, enakan yang disana” bisik Dina padaku. Rasa nasi goreng nya seperti basi dan hambar. Dina memesan capucinno dingin untuk minumannya. Kembali membahas mengenai hubungan Dina yang berangsur membaik dengan Baha. Dua hari sebelumnya Baha datang ke Sibolga untuk bertemu dengan Dina. Mereka menyelesaikan masalah mereka kemarin itu. Dina bercerita mengenai satu hari nya bersama dengan Baha. Dina kembali membawa Baha ke pondok di sore hari. “ih put, lamak bana ya he” “ada aja cara-cara baru si Baha ini put” “dijilati nya nenen ambo yaaah” “ambo sukko memang di isap nyo nenen ambo put, daripada di jilat pepek ambo” “kalo ala di jilat nyo nenen ambo, ndak tahan bana ambo yaaaah” “nandak ambo masukkan sajo ka punyo nyo” “pande bana mancipok, sukko bana ambo, haha” Di hari kamis minggu depannya, Dina mampir ke rumah di sore hari karena sedang off kerja sebelum dia berangkat ke kampus. Dihari senin-kamis Dina diperbolehkan pulang lebih awal karena dia harus kuliah. Dina meminta izin kepada manajer agar memberi keringanan pekerjaan nya sambil kuliah. Namun, Dina harus masuk di hari weekend yakni sabtu dan minggu. Entah anginapa yang membawa Dina datang di sore itu ketika mamak sedang berada di rumah. Memang mamak saya friendly dengan Dina, karena mamak merasa Dina cantik dan perlu Universitas Sumatera Utara diberikan pengarahan mengenai kehidupan nya kelak. Mamak menasehati Dina mengenai pasangan hidup nya, Mamak berpesan agar Dina mencari laki-laki yang sudah bekerja dan mau menerima keadaan Dina. “memangkan put, aku susah kali nya hidup ku put, nanti lagi kalo udah nikah aku harus ku bawa la mama dan papa ikut sama ku, karna kakak ku semua lepas tangan. Pernah put sangking kesal nya aku sama mama, ku telfon kakak ku di Medan, sama kalian la mama itu, biar Dina yang urus papa, tapi kakak ku lepas tangan put, gak mau dia, makanya kalo gimana pun aku jarang dirumah, jarang urus mama, mama udah gak pernah cerita ke kakak” ujar Dina kepada ku. “kau la dulu put gimana mau pisah sama Hendra udah pacaran lama, aku juga cinta sama Bah a put, tapi ada betulnya juga yang dibilang tante itu” kata Dina kembali kepada ku. Dina termasuk jarang mengunggah foto bersama Baha di media sosial, seperti Dina aktif di BBM, Facebook, dan Instagram. Terkadang Dina upload foto ketika Baha sedang berada di Sibolga atau Dina beberapa kali datang ke Sidempuan untuk sekedar berjumpa dengan Baha. Pernah Dina bercerita dia pergi ke Sidempuan seorang diri dengan menggunakan sepeda motor miliknya. Sering Dina membuat status di facebook mengenai kehidupan nya, mengenai diri nya dianggap dia lemah, dan mengenai hubungan nya dengan Baha. Dina dan Baha termasuk sering tidak ada komunikasi, sebelumnya Dina yang selalu menghubungi Baha bila perlu. Namun makin hari Dina berusaha tidak terlalu memikirkan mengenai Baha dan menunggu Baha yang mulai menghubungi nya terlebih dahulu. “ambo ala malas put, kemarin itu iya la memang aku nasing- nangis setiap dia gak angkat telfon ku, berdoa aku put menyerahkan hubungan kami sama Allah sambil nangis, gak tau lagi harus gimana sama di Baha ini aku put, dia malas kali membujuk aku, Universitas Sumatera Utara minta maaf sama ku, memuji aku, jarang kali put, itu yang buat aku sedih sama sikap egois nya itu, padahal aku terlalu berlebihan sama di” ujar Dina. Terakhir berjumpa dengan Dina di Sibolga dibulan agustus kemarin sebelum saya kembali ke Medan. Kami berjumpa dengan Riska. Kami mencari tempat untuk berfoto. Kami putuskan untuk ke lapangan simare-mare duduk sambil bercerita. Dina kembali curhat mengenai hubungannya dengan Baha. Sedangkan Riska kemarin itu baru putus dengan pacar nya Poenda, mereka sudah berpacaran 5 tahun dan akhirnya Riska memutuskan hubungan mereka karena alasan Poenda tidak memiliki pekerjaan. “ambo ndak masalah apa dikeccek kan urang tentang ambo, selama ambo masih perawan, gak masalah ambol kalo di Poenda ala bacinto kini sama padusi tu” ujar Riska. Kami membahas mengenai masalah Riska dan sesekali Dina memberi contoh mengenai hubungan nya dengan Baha. Di tanggal 15 november 2016 kemarin, Dina mengunggah foto ke Instagram. Foto itu, foto mobil avanza berwarna hitam. Dina dan rekan nya SPG yang sedang mengikuti event dari kantor mereka di Berastagi. Sepulang dari sana mereka mengalami kecelakaan parah. Sehingga Dina diharuskan untuk menjalani perobatan rutin ke Rumahsakit dan pengobatan tradisional. Dada Dina terbentur dan tulang rusuk nya bergeser, salah satu jari nya juga patah tulang sehingga harus menjalani pengobatan serius. Dina mengambil cuti dari pekerjaan nya. Universitas Sumatera Utara

3.4. Kehamilan Remaja