heteroseksual, asalkan orang tersebut mempunyai tekad dan keinginan kuat untuk menjauhi lingkungan tersebut Argyo,2013.
4.1.2. Hand To My Self Masturbasi
Masturbasi merupakan salah satu perilaku seksual dan cara orang mengungkapkan seksualitasnya. Menyentuh, meraba, dan mempermainkan alat kelamin tubuhnya sendiri yang
memberikan perasaan nikmat sampai mencapai klimaks, dinamakan masturbasi. Masturbasi dapat menjadi bagian penting dalam hubungan seksual pasangan dan dapat dilakukan tidak saja oleh
mereka yang berstatus lajang, melainkan juga oleh mereka yang telah menikah.
Para peneliti seksualitas pada awal abad ke duapuluh seperti Sigmund Freud dan Henry Havelock Ellis, menganggap tindakan masturbasi sebagai penyebab disfungsi seksual, seperti
impotensi dan ejakulasi dini dan menyebabkan seseorang enggan melakukan senggama. Dipihak lain, professional medis berulangkali telah menyadari bahwa masturbasi tidak akan menyebabkan
penyakit fisik.Ada yang beranggapan bahwa masturbasi bukan merupakan perilaku menyimpang. Tetapi orang yang paling liberal sekalipun cenderung memandang kegiatan masturbasi hanya
layak dilakukan oleh orang yang tidak berpasangan. Masturbasi pada orang dewasa cenderung dipandang sebagai penyimpangan seksual atau sebagai tindakan yang dilakukan oleh orang yang
tidak mempunyai kemampuan sosial atau tidak mempunyai dorongan mencari pasangan seksual. Masyarakat telah mengabaikan, menolak, dan merasa cemas setiap kali membicarakan isyu
masturbasi. Ada sebagian orang yang memadang masturbasi sebagai kegiatan untuk melepaskan ketegangan seksual, tetapi masturbsi pada umumnya dianggap sebagai tindakan seksual yang
aneh bila dilakukan seseorang yang mempunyai pasangan seksual Lola,1997.
Universitas Sumatera Utara
Dilapangan peneliti menemukan kegiatan masturbasi dilakukan oleh seorang remaja perempuan, masturbasiini dilakukan oleh seorang remaja yang memiliki pasangan pacar, namun
mengaku telah melakukan kegiatan masturbasi sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan mulai melakukan kegiatan ini sejak sering mendengar cerita orang dewasa mengenai cara
berhubungan seks pasangan suami istri, informan kunci ini juga mengaku melakukan masturbasi dengan bantuan „film bokep‟ dan setelah menonton film tersebut ada dorongan seksual untuk
melakukan masturbasi, atau pun terkadang jika ia tidak merasa klimaks ketika bercumbu dengan pasangan ia melakukan kegiatan masturbasi.
Dibawah ini beberapa kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan. Informan bernama Ana.
“tau kak, malah udah lama tau. Ceritanya dulu kan kak pas aku masih SD aku bekawan sama kakak-kakakan di dekat rumah ku kak, orang itu sering ceritain soal mamak si Yoyo pas lagi
„marlekket‟ sama suami nya kak, kami sering cerita di rumah kak Erni. Memang aku ngerasa salah kalo dipikir-
pikir sekarang kak, tapi pas kecil dulu aku udah sering menggesekkan „dedek‟ ku k
e bantal guling kak” “sering sih aku gak terlalu puas kali sama bang Dody kak, soalnya kan belum aku dia udah geli.
Kadang kalo dirumah aku juga sering megang „dedek‟ ku sambil menghayal hayal gak jelas lah kak”
“suka kak, pernah sampe dihukum guru kami dikelas karna nonton video klip kayak ada seks nya gitu kak, Cuma aku juga sering copy dari hp kawan ku kak, menurut ku disitu membuat makin
sering aku masturbasi, hampir setiap aku nonton bokep aku sambil pegang „dedekku‟ sampe geli gitu kak, trus becek kay
ak berlendir gitu keluar”
Universitas Sumatera Utara
“aku ngerasa ya kak, perawan itu rusak kalo kita memasukkan sesuatu kedalam, aku juga pernah ngebaca itu di internet kak, selebih nya agak takut nya laing kalo ngeseks sama bang Dody kalo
tiba- tiba di masukkan dia”.
Menurut Dr.Irwan Abdullah dalam buku nya Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.Kerusakan moral, penyimpangan seksual, penurunan kualitas manusia merupakan
implikasi yang tidak terhindarkan dalam masalah pornografi. Akhir-akhir ini pornoaksi telah menjadi bagian dari tingkah laku sosial yang melibatkan kelompok usia yang sangat muda hingga
usia tua dan juga dengan latar belakang sosial yang berbeda. Lebih lanjut Abdullah menyatakan bahwa pornografi merupakan bagian dari proses kapitalisme yang terus terjadi dan tidak mampu
dibendung karena media memberi fasilitas yang hampir tidak terbatas untuk penyaluran berbagai bentuk pornografi, seperti internet, majalah yang berfaliasi global, dan tabloid yang menjual
selera murahan, demikian pula telivisi yang merupakan jendela bagi tamasya pornografi.
4.2. Faktor Pendukung
4.2.1. Tempat Seksual
Dalam melakukan kegiatan seksual „tempat‟ adalah salah satu hal penting yang diperhatikan seorang individu maupun pasangan. Setiap daerah memiliki tempat-tempat tertentu
yang biasa digunakan oleh mereka, pasangan seksual ataupun individu seksual untuk melakukan hubungan seksual berupa perilaku seksual yang meliputi berbagai tahapan. Berbagai nilai dan
norma mengatur individu di lingkungan nya namun lingkungan juga terkadang menyediakan ruang untuk individu melaksanakan hak-
hak seksual nya. Eksistensi „tempat seksual‟ ini dapat
Universitas Sumatera Utara