perjanjian itu dengan iktikad baik.Asas keseimbangan dilandaskan pada ideologi yang melatarbelakangi tertib hukum Indonesia. Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah sumber tata nilai dan mencerminkan cara pandang masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia adalah wakil dan cerminan masyarakat dan juga
menjaga arah perkembangan tertib hukum sehingga tolak ukur tata nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tetatp terjaga sebagai ideal yang setiap kali
hendak diejawantahkan.
41
Asas keseimbangan dalam kontrak dengan berbagai aspeknya telah begitu banyak dikaji dan diulas oleh para ahli, sehingga muncul berbagai pengertian
terkait dengan asas keseimbangan ini. Pengertian “keseimbangan-seimbang” atau “ evenwitch-evenwichtig” Belanda atau “equality-equal-equilibrium” Inggris
bermakna leksikal “sama, sebanding” menunjuk pada suatu keadaan, posisi, derajat, berat, dan lain-lain.
42
D. Akibat Hukum dari Perjanjian Kerjasama
Akibat hukum suatu kontrak pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban. Pemenuhan
hak dan kewajiban inilah merupakan salah satu bentuk dari pada adanya suatu kontrak. Kemudian, hak dan kewajiban ini tidak lain adalah hubungan timbal
balik dari pada para pihak, maksudnya kewajiban di pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu pun sebaliknya, kewajiban di pihak kedua
41
H. Budiono. Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia. Citra Aditya Bakti Bandung,2006, hal. 357
42
Ibid
Universitas Sumatera Utara
merupakan hak bagi pihak pertama. Jadi dengan demikian akibat hukum disini tidak lain adalah pelaksanaan dari pada kontrak itu sendiri.
Untuk melaksanakan suatu perjanjian, lebih dahulu harus ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tesebut, atau dengan kata lain, apa saja hak
dan kewajiban masing-masing pihak. Terkadang orang mengadakan perjanjian dengan tidak mengatur atau menetapkan secara teliti hak dan kewajiban mereka.
Mereka hanya menetapkan hal-hal yang pokok dan penting saja, lupa hal-hal yang menjadi turunan dari hak dan kewajiban tersebut, sebagai contoh dalam jual beli
hanya ditetapkan tentang barang mana yang dibeli, jenisnya, jumlahnya, harganya, namun tidak menetapkan tentang tempat penyerahan barang, biaya pengantaran,
tempat dan waktu pembayaran, bagaimana kalau barang musnah di perjalanan dan sebagainya.
Ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata: Persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal - hal yang secara tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala
sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.
Menurut Pasal 1338 KUHPerdata semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Bahwa suatu
perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu bisa di katakan, sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya perjanjian akan mengikat sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu perjanjian diakui oleh undang-undang haruslah sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1338 KUH Perdata dinyatakan bahwa “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau, karena alasan-alasan yang oleh undang-undang
dinyatakan cukup u ntuk itu. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”
Ketentuan dari Pasal 1338 KUH Perdata tersebut dapat disimpulkan, bahwa perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak adalah mengikat untuk
pihak-pihak yang melakukan perjanjian dan membawa akibat hukum bagi keduanya.
Setiap kontrak dapat saja tidak terlaksanatidak dilaksanakan dengan semestinya seringkali terjadi. Ketidakterlaksanakan kontrak tersebut mempunyai
graduasi yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut : 1.
Tidak terlaksana pada tingkat yang sangat ringan, sehingga tidak perlu diperbaiki sama sekali oleh pihak kontraktor.
2. Tidak terlaksana ringan, sehingga perlu diperbaiki pada saat serah terima atau
pada masa perawatan oleh pihak kontraktor. 3.
Tidak terlaksana yang agak berat, sehingga perlu diperbaiki pada saat sedang berlangsungnya pembangunan tanpa harus mengubah kontrak.
4. Tidak terlaksana yang agak berat, sehingga perlu perbaikan pada saat sedang
berlangsungnya pembangunan dengan dilakukannya penyesuaianperubahan penbangunan dengan dilakukannya penyesuaianperubahan kontrak.
5. Tidak terlaksana yang berat, sehingga pelaksanaan kontrak harus ditunda.
Universitas Sumatera Utara
6. Tidak terlaksana yang sangat berat, sehingga kontrak boleh diputus terminasi
oleh salah satu pihak.
43
Merupakan tindakan yang sangat baik, jika ketidakterlaksanaan kontrak dapat dideteksi sejak dini, sehingga masih mudah untuk diperbaiki atau dapat
dengan segera diperbaiki. Untuk itu, perlu secepatnya dianalisis gejala-gejala ketidakberesan dalam pelaksanaan proses pembangunan proyek tersebut, sehingga
perlu segera dibicarakan dengan pihak kontraktornya. Menurut pasal 1339 KUH Perdata, suatu perjanjian tidak hanya mengikat
untuk hal-hal yang tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan
dan undang-undang. Dengan demikian setiap perjanjian diperlengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat dalam undang-undang, dalam adat kebiasaan di suatu
tempat dan kalangan tertentu, sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan dalam kepatutan harus juga diindahkan, jadi tiga sumber norma sebagaimana
disebut diatas merupakan sesuatu yang penting diperhatikan para pihak dalam mengadakan suatu perjanjian.
Akibat hukum perjanjian yang sah adalah mengikat para pihaknya dan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya. Jika ada yang
melanggar perjanjian itu, maka terhadapnya dianggap sama dengan melanggar undang-undang, yang akan memiliki sanksi hukum. Perjanjian yang sah tidak
dapat dihentikan secara sepihak. Jika salah satu pihak berkeinginan membatalkan maka haruslah mendapatkan persetujuan dari pihak lainnya.
43
Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, edisi revisi Citra Bakti, Bandung, 2008, hal 196.
Universitas Sumatera Utara
E. Berakhirnya Perjanjian Kerjasama