Latar Belakang Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia tengah melakukan pembangunan di segala bidang dengan menggunakan berbagai peraturan-peraturan yang diformalisasikan untuk melindungi masyarakat sekaligus memberikan ruang yang bebas bagi iklim investasi, ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi selanjutnya disebut UU Jasa Kontruksi yang berpengaruh pada penerapannya baik di tingkat provinsi bahkan tingkat kabupatenkota, sesuai dengan paham negara kesejahteraan yang dianut oleh Indonesia, fungsi utama pemerintah bukan sekedar pemberi ketertiban dan keamanan, melainkan sebagai penyelenggara kesejahteraan umum dan keadilan sosial yang mana dapat dicapai melalui usaha-usaha pembangunan. Artinya, pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam pengadaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur. 1 Bentuk kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan adalah seperti pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana, rehabilitasi jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, perumahan, perkantoran dan sebagainya. 2 Tebing Tinggi sebagai salah satu KabupatenKota yang ada di Sumatera Utara yang mempunyai potensi alam dan pertanian yang cukup baik. Salah satu 1 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Setara Press, Malang, 2013, hal. 22 2 http:www.hukum online.co. id, diakses tanggal 21 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara sektor pendukung untuk sektor pertanian yang ada di Kota Tebing Tinggi adalah adanya dukungan infrastruktur yang berupa sistem irigasi yang menunjang. Ketersediaan sistem irigasi yang ada di Kota Tebingi Tinggi sangat diperlukan sebagai urat nadi pemberdayaan pertanian di Kota Tebing Tinggi. Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan sistem irigasi yang ada di Kota Tebing Tinggi ini pada dasarnya sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan perannya tersebut Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi melaksanakan rehabilitasi sistem irigasi yang ada di daerah Kota Tebing Tinggi. Pelaksanaan pembangunan insfrastruktur pemerintah ini, disamping melibatkan berbagai pihak selain pihak pemerintah, namun juga melibatkan masyarakat atau pihak swasta. Pemerintah bertindak sebagai pemberi pekerjaan bouwheer, dan pihak swasta sebagai pemborong annemer. Oleh karena itu, masing-masing pihak memiliki hubungan hukum yang akan dituangkan dalam bentuk perjanjian terstulis yang dikenal dengan perjanjian pemborongan pekerjaan. Pelaksanaan perjanjian pemborongan, dijumpai beberapa masalah dalam sebuah kontrak. Sebuah perjanjian pemborongan sampai saat ini belum mencapai predikat adil dan sejahtera bagi kedua belah pihak, karena dalam perjanjian pemborongan yang dilakukan dengan pemerintah di dalam kontrak tidak ada kebebasan berkontrak dari para pihak, karena perjanjian telah ditentukan oleh pemerintah dalam bentuk perjanjian standar. Langkah rehabilitasi sistem irigasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi ini ditujukan untuk dapat Universitas Sumatera Utara meningkatkan potensi pertanian yang ada di Kota Tebing Tinggi. Maka dari itu, diperlukan adanya perlindungan hukum yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa Perencana Konstruksi, Pelaksana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Mengingat adanya berbagai kerusakan yang ada di beberapa daerah di Kota Tebing Tinggi, maka Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dengan CV. Raut Agung Group melakukan kerjasama untuk melakukan rehabilitasi irigasi yang ada di daerah Kota Tebing Tinggi yang disebut dengan Perjanjian Kerjasama. Contoh kasus pada Proyek pemborongan yang dilaksanakan oleh pemerintah dilaksanakan dengan cara memborongkan pekerjaan tersebut kepada pihak swasta, karena tidak dapat dilaksanakan oleh pemiliknya sendiri. Dalam rangka pemberian pekerjaan ini, diperlukan hubungan kerja yang menyangkut tentang hukum yaitu perjanjian Perjanjian kerja erat kaitannya dengan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Dari segi hukum perjanjian pemborongan pekerjaan harus tunduk kepada aturan-aturan hukum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III dan peraturan-peraturan lainnya seperti Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Keppres No. 80 2003 jo Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 Perpres No. 322005 untuk mencegah terjadinya sengketa dikemudian hari, karena adanya kesalahpahaman antara pihak pemberi pekerjaan dengan pihak yang melakukan pekerjaan. Maka kegiatan yang demikian lazimnya dituangkan dalam bentuk perjanjian pemborongan kerja, yang mana dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kabupaten Toba Samosir DPU KIMPRASWIL bertindak sebagai pihak yang memborongkan Universitas Sumatera Utara sedangkan CV. Bagas Belantara CV. Bagas bertindak sebagai pihak yang menerima pemborongan kerja Annemer untuk pekerjaan Peningkatan Saluran Irigasi Bondar Sitoman Sosor Pandan sepanjang 75m. Pelaksanaan proyek pemborongan ini, para pihak yang terlibat tidak boleh mengabaikan akta perjanjian. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya harus selalu berpatokan pada isi perjanjian yang telah disepakati bersama antara pemborong dengan yang memborongkan, karena apabila terjadi penyimpangan dapat dijadikan alasan untuk menyatakan telah terjadi wanprestasi, danisi perjanjian harus memperhatikan asas keadilan dan keseimbangan. Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata dinyatakan perjanjian adalah satu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih yang melahirkan bukti tentang adanya hak dan kewajiban. Perjanjian kerjasama termasuk perjanjian perkumpulan, yaitu suatu kesepakatan dalam melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang bersifat non-ekonomis, dengan bentuk dan cara meletakkan anggaran dasar. 3 Hubungan antara para pihak dalam perjanjian kerjasama adalah hubungan timbal-balik karena adanya perjanjian, yaitu suatu hubungan saling memberi dan menerima. Pasal 1314 ayat 1 KUH Perdata dinyatakan bahwa suatu persetujuan dapat diadakan dengan percuma, yaitu menurut ayat 2 pihak yang memberikan hasil kepada pihak lain, sedang ia sendiri tidak menerima hasil, kemudian menurut Pasal 1314 ayat 3 KUH Perdata 3 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.hal. 1 Universitas Sumatera Utara dinyatakan bahwa masing-masing ada kewajiban menyerahkan hal sesuatu, untuk melakukan suatu perbuatan. 4 Pelaksanaan kontrak kerjasama antara pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan CV. Raut Agung Group Dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi, selamanya berjalan baik, namun ditemukan beberapa kendala-kendala dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja tersebut berjalan kurang sesuai dengan tujuan. Sesuai dengan hasil wawancara pra penelitian kepada pimpinan CV. Raut Agung Group dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja dalam kegiatnnya mengalami kendala. 5 Hambatan yang terjadi dalam perjanjian kerjasama karena ada salah satu pihak yang kurang memenuhi syarat dan melalaikan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. Kurangnya persyaratan dan melalaikan kewajiban membuat pelaksanaan perjanjian kontrak kerja kurang berjalan lancar. Untuk itu, perlu penanganan secepatnya sehingga tujuan dari perjanjian kontrak kerja berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Empat syarat dalam suatu perjanjian diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata, dinyatakan bahwa: 6 1. Adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. 2. Adanya kecakapan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan. . 3. Adanya suatu hal tertentu. 4. Adanya suatu sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang. 4 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Jakarta, 2000, hal. 9 5 Hasil wawancara dengan H. Abdul Rahman Siahaan, selaku Direktur CV. Raut Agung Group, tanggal 2 Februari 2016 6 Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2006, hal 281 Universitas Sumatera Utara Syarat pertama sepakat dua belah pihak dan syarat kedua kecakapan untuk membuat perikatan merupakan syarat subjektif dalam perjanjian, karena apabila syarat 1 dan 2 tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan. Syarat ketiga syarat hal tertentuobjek dan syarat keempat suatu sebab yang halal tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum yang berarti perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada karena syarat tersebut merupakan syarat yang objektif. Untuk syarat 1 dan 2 dari pihak yang tidak cakap dapat meminta pembatalan perjanjian. Keempat syarat dalam perjanjian tersebut harus ada dan tidak ada unsur- unsur lain yang dapat merugikan salah satu pihak. Apabila ada unsur lain yang menyertai dalam perjanjian dan merugikan salah satu pihak, maka perjanjian tersebut dinyatakan batal. Ini dengan Pasal 1321 KUH Perdata dinyatakan, bahwa “Apabila dalam perjanjian itu adanya unsur penipuan, maka perjanjian itu batal”. 7 Suatu perjanjian tidak terlepas dari kontrak dan menganut asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak mengartikan bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian apa saja dengan berbagai bentuk, dengan ketentuan kontrak yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak ini dapat disimpulkan berdasarkan pada Pasal 1338 KUH Perdata, dinyatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal ini 7 Ibid Universitas Sumatera Utara dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa setiap perjanjian bersifat “mengikat” kedua belah pihak, disertai adanya asas kebebasan berkontrak. Sebagai suatu rencana manusia, tentunya tidak semua dari rencana tersebut tercapai sesuai dengan apa yang di rencanakan. Demikian juga dengan rencana pembangunan suatu proyek yang dituangkan dalam kontrak tentu tidak selamanya tercapai. Banyak hal yang dipengaruhi oleh kehendak manusia atau di luar kehendak manusia, yang mempengaruhi jalannya suatu kontrak yang dapat menyebabkan rencana tersebut dapat diubah di tengah jalan atau kemudian bahkan rencana tersebut batal sama sekali. Selain itu dalam pelaksanaannya, tidak tertutup kemungkinan adanya keterlambatan maupun kelalaian dari salah satu pihak wanprestasi, baik secara sengaja maupun karena keadaan memaksa force majeurovermacht. Dalam keadaan demikian berlakulah ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi yang timbul akibat wanprestasi, yaitu kemungkinan pemutusan perjanjian, penggantian kerugian atau pemenuhan kewajiban. 8 Wanprestasi dapat berupa debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi, debitur tidak sempurna memenuhi prestasi. Pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, sehingga harus dilakukan penambahan waktu pekerjaan, maka atas persetujuankesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, yang tertuang dalam isi perjanjian tersebut, adalah dengan memberikan ganti kerugian maupun dendasanksi. 8 Sri Soedewi Masjchun Sofyan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan Liberty, Yogyakarta, 2003, hal. 82 Universitas Sumatera Utara Kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian inilah yang kemudian menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, yang sebelumnya telah diuraikan secara umum bahwa setiap ketentuan dalam KUH Perdata agar diartikan sebagai pedoman dalam kaitannya terhadap ketentuan lain yang terdapat dalam hukum perdata dengan tidak mengartikannya secara individual atau parsial. Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik menulis dalam bentuk skripsi dengan judul tinjauan hukum pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

1 21 106

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 0 7

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 0 1

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 0 17

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 0 27

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi Chapter III V

0 0 31

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 0 3

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 9

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 1

Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah ) Labuhanbatu Dengan CV. Raut Agung Group

0 0 16