dan penyedia jasa telah melaporkan kejadian tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen, maka Pejabat Pembuat Komitmen
melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas penyedia jasa dengan amandemen kontrak.
4. Penyedia Jasa Lainnya
a. Penyedia jasa diharuskan bekerja sama dan menggunakan lapangan
bersama-sama dengan penyedia jasa lainnya, petugas-petugas pemerintah, petugas-petugas utilitas, dan Pejabat Pembuat
Komitmen.
D. Jenis-Jenis Perjanjian Kerjasama
Jenis-jenis kontrak bisnis dapat dilihat dari hubungan dan kondisi bisnis yang terjadi pada suatu perusahaan. Terlepas dari bidang usaha yang dijalani,
adapun macam-macam hubungan dan kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai berikut:
51
1. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra bisnis
Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu proyek, bisa dalam rangka mengadakan suatu bangunan pabrik dan atau kantor,
dimana perusahaan menjadi pemilik yang memberikan order kerja dan kontraktor menjadi pemborong yang menerima order kerja. Skala dan
kompleksitas proyek dapat sangat beragam. Dari yang proyek kecil hingga yang proyek besar; dari yang sederhana hingga yang canggih. Konsep perikatan
perjanjian-nya pun beragam mengikuti hal-hal tersebut. Dari sekedar Perjanjian
51
http:www.hukumonline.comklinikdetailcl31jenis-jenis-kontrak-bisnis- diakses
tanggal 1 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
Pemborongan hingga Engineering Procurement Construction Contract atau EPC Contract. Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai
kepentingan yang sama dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek, maka kedua belah pihak melakukan: i suatu kerjasama
operasi joint operation; seperti: Joint Operation Agreement atau Production Sharing Agreement, atau ii penyertaan modal saham joint venture dengan
mendirikan suatu perusahaan usaha patungan joint venture company, yang perjanjiannya disebut Joint Venture Agreement.
Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal yang sangat luas dan beragam. Pada umumnya: i ada struktur transaksi
pembiayaan proyek seperti: Build Operate Transfer Agreement atau disingkat BOT Agreement, atau Build Operate Own Agreement atau disingkat BOO
Agreement; ii proses alih teknologi atau pengetahuan tertentu seperti: Technical Assistance Agreement; iii kepentingan pengembanganjaringan bisnis
seperti: Collaboration Agreement; dan iv kepentingan penelitian dan pengembangan serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada
pendapatan yang diperoleh tetapi tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang diutamakan seperti: Research, Development Engineering Agreement; serta v
kepentingan hak milik intelektual seperti: Licence Agreement. 2.
Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi
kepentingan produksi atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya disebut Supply Agreement.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retaileragen penjualan
Singkatnya, dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain
yaitu distributor atau retailer atau agen penjualan. Biasanya disebut Distribution Agreement dan Sales Representative Agreement.
4. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur
Dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan dapat melakukan pembiayaan sendiri terhadap konsumen yang bersangkutan
dengan melakukan perjanjian jual beli dengan cicilan Purchase With Installment atau sewa beli Hire Purchase Agreement.
5. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham
Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang sudah diatur dalam anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi
atau bila ada kesepakatan antara pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu Shareholder Agreement.
6. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas
kredit atau pinjaman Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit
Agreement. Namun dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan macam ragam hubungan atau transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility
Agreement, Convertible Bond Agreement, Put Option Agreement, Middle Term Note Agreemen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA PEMBANGUNAN IRIGASI ANTARA CV. RAUT AGUNG
GROUP DAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TEBING TINGGI
A. Pengaturan Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi Perjanjian kerjasama adalah salah satu bentuk perjanjian yang tidak diatur
secara khusus pada ketentuan Buku III KUHPerdata sehingga tidak memiliki nama khusus innominaat. Perjanjian innominaat ini tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat dan didasarkan pada asas kebebasan berkontrak. Pengaturan hukum tentang perjanjian kerjasama diatur dalam buku III
KUHPerdata Pasal 1233 dinyatakan “Tiap-tiap perikatann dilahirkan baik karena persetujuan baik karena undang-
undang.” Buku III KUHPerdata tidak memberikan suatu rumus dari perikatan. Menurut ilmu pengetahuan hukum,
dianut rumus bahwa perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang
satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Pengadaan
barang ataupun
jasa yang
terjadi antara
orang peroranganbadan hukum dengan perorangan atau badan hukum lainnya, diatur
secara umum dalam KUH Perdata dalam hal terjadi kesepakatan antara para pihak untuk melakukan pengadaan barangjasa harus sesuai dengan persyaratan
perjanjian sebagaimana yang diisyaratkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
59
Universitas Sumatera Utara
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Latar belakang yang mendasari Perpres Nomor 4 Tahun 2015 pertama ialah berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat 1 Republik
Indonesia, maka lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010. Dengan melihat Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka terbentuknya Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan BarangJasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah.Beberapa hal yang baru
dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah:
52
1. Melakukan proses pemilihan penyedia dalam pengadaan langsung,
penunjukan langsung, dan e-purchasing adalah pejabat pengadaan. 2.
Penyedia dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa dipersyaratkan antara lain memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir
52
http:ahmaddamopolii.info2015123perpres-4-tahun-2015-perubahan-keempat- atas-perpres-54-tahun-2010diakses pada tanggal 17 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan pengadaan barangjasa di desa diatur dengan pedoman yang ditetapkan oleh BupatiWalikota yang mengacuh pada pedoman yang ditetapkan
oleh LKPP berdasarkan kepada Kepres Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengadaan BarangJasa pemerintah, pada Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
“Pengadaan barangjasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barangjasa
adalah kegiatan
untuk memperoleh
barangjasa oleh
KementrianLembagasatuan kerja perangkat Daerahinstitusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan untuk memperoleh barangjasa.
Pengaturan hukum Pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tebing Tinggi. Dalam rangka penyaringan pemborong rekanan kontraktor penyedia jasa digunakan metoda pelelangan umum dengan proses pasca
kualifikasi. Adapun tahapan dalam metoda pelelangan umum tersebut terdiri dari: a.
Tahap Pengumuman; b.
Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; c.
Tahap pengambilan dokumen lelang umum; d.
Penjelasan Aanwijziing; e.
Pemasukan penawaran; f.
Evaluasi penawaran; g.
Penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan
teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan; h.
Pengumuman calon pemenang;
Universitas Sumatera Utara
i. Masa sanggah;
j. Penetapan pemenang;
k. Penandatanganan kontrak.
53
B. Faktor terjadinya kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi
Dari hasil penelitian, yang dilakukan oleh penulis di CV. Raut Agung Group, untuk mengetahui kendala yang ada dalam pelaksanaan perjanjian kontrak
kerja pembangunan irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Kendala sekecil apapun harus diselesaikan dengan
baik untuk mencegah kerugian yang lebih besar, baik dari pelaksanaan waktu pekerjaan maupun operasional bangunan kelak.
Perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi mempunyai kekuatan hukum yang mengikat pihak-pihak yang terkait didalamnya. Dengan kata lain pihak
pemberi tugas dan pihak kontraktor harus menaati klausul-klausul yang ada dalam perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi tersebut. Apabila pihak kontraktor
wanprestasi dalam melaksanakan, maka sebagai akibat dari wanprestasi tersebut pihak kontraktor dapat dikenai sanksi sesuai dengan yang tercantum dalam
perjanjian perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi. Rencana pembangunan suatu proyek yang dituangkan dalam perjanjian
kontrak kerja pembangunan irigasi tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti yang direncanakan. Banyak hal yang dipengaruhi oleh kehendak manusia maupun
53
Hasil wawancara dengan Abdul Rahman Siahaan, selaku direktur CV. Raut Agung Group, tanggal 2 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
diluar kehendak manusia yang mempengaruhi jalannya pelaksana perjanjian pemborongan yang dapat menyebabkan rencana tersebut terhambat atau bahkan
kemungkinan rencana tersebut dibatalkan sama sekali. Maka akhirnya berkembanglah teori dan praktek hukum mengenai ketidakterlaksanaan perjanjian
pemborongan dengan berbagai bentuk dan konsekuensinya. Berkaitan dengan itu terdapat dua macam kendala dalam pelaksanan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi yaitu kendala oleh kelalaian manusia dan kendala yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia atau force mejeur. Kendala yang
diakibatkan kelalaian manusia antara lain wanprestasi pihak kontraktor. Wanprestasi tersebut terjadi karena pihak pemborong melaksanakan pekerjaan
tidak sebagaimana mestinya, atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan.
54
Jika dalam jangka waktu pemeliharaan pihak kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan pemeliharaan walaupun telah diberi peringatan tertulis
oleh pihak pemberi tugas, maka pemberi tugas dapat pula menyerahkan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tersebut kepada pihak ketiga.
Namun apabila wanprestasi tersebut dikarenakan instruksi dalam bestek, tidak sesuai dengan apa yang ada dilapangan sehingga mengakibatkan
terkendalanya pelaksanaan pembangunan irigasi atau terdapat perubahan desain sesuai dengan keinginan pihak pemberi tugas, maka pihak kontraktor dapat
meminta toleransi kepada pihak pemberi tugas mengenai jangka waktu perpanjangan penyelesaian proyek tersebut. Mengenai hambatan pelaksanaan
54
Purwahid Patrik. Hukum Perdata I Asas – Asas Hukum Perikatan. Jurusan Perdata
Fakultas UNDIP Semarang, 2008, hal 62
Universitas Sumatera Utara
pembangunan proyek yang dikarenakan terjadinya keadaan memaksa atau overmacht, pemberi tugas biasanya memberikan toleransi kepada pihak kontraktor
dan mendiskusikan kembali perjanjian pemborongan sehingga kerugian dapat ditanggung bersama.
Apabila pihak kontraktor melakukan wanprestasi berupa melaksanakan pekerjaan tidak sesuai kontrak maka kontraktor tersebut dapat dikenai sanksi yang
biasanya berupa:
55
1. Teguran dan peringatan-peringatan tertulis
2. Apabila teguran dan peringatan-peringatan tertulis dua kali berturut-turut tidak
diindahkan maka dilakukan penangguhan pembayaran dan pengulangan atau penggantian pekerjaan baik sebagian atau seluruh pekerjaan.
3. Apabila teguran dan peringatan tertulis tiga kali berturut-turut tidak juga
diindahkan maka dilakukan pemutusan perjanjian kontrak Jika pihak kontraktor tidak melaksanakan tangung jawabnya sebagaimana
yang tercantum dm perjanjian pemborongan sehingga mengakibatkan kegagalan proyek maka dikenai sanksi administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi
administratif yang dapat dikenakan kepada pihak kontraktor sebagai penyedia jasa, menurut Pasal 42 ayat 1 UU No 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
berupa: 1.
Peringatan tertulis 2.
Penghentian sementara pekerjaan konstruksi 3.
Pembatasan kekgiatan usaha dan atau profesi
55
Hasil wawancara dengan H. Abdul Rahman Siahaan, selaku Direktur CV. Raut Agung Group, 2 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
4. Pembekuan izin usaha dan atau profesi
Ketentuan Pasal 43 ayat 2 disebutkan “Barang siapa yang melakukan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan
bangunan dikenakan pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 5 lina persen dari nilai kontrak”. Karena pengaturan hukum di Indonesia sangat minim maka diharapkan para pihak mengatur sendiri
hal-hal tersebut dalam kontrak yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan kedudukan dan peranan dari suatu kontrak konstruksi yang komprehensif menjadi
semakin penting artinya, karena menurut hukum di Indonesia hal-hal yang diatur dalam kontrak menjadi undang-undang atau kekuatannya sama dengan kekuatan
undang-undang bagi para pihak. Maka harus dinegosiasikan satu demi satu pasal dan ayat dari kontrak tersebut secara cermat.
C. Penyelesaian Sengketa Jika Terjadi Perselisihan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung
Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
Pelaksanaan pembangunan fisik dibidang jasa konstruksi cukup banyak melibatkan sumber-sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya alam
berupa bahan bangunan, sumber daya tenaga dan energi peralatan, mekanikal dan elektrikal, serta sumber daya keuangan. Setiap tahapan pekerjaan tersebut
dilakukan dengan pendekatan manajemen proyek, yang prosedurnya telah diatur dan ditetapkan sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan waktu pelaksanaan. Namun demikian, pada setiap
Universitas Sumatera Utara
tahapan-tahapan pekerjaan tersebut, adakalanya mengalami kendala, baik dari faktor manusia maupun sumber-sumber daya yang lain
Berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian kerja sama timbul suatu sengketa. Sengketa tersebut terjadi apabila salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian pemborongan sehingga pihak lain merasa dirugikan. Mengenai hal tersebut bahwa apabila
timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan berusaha untuk
menyelesaikan secara musyawarah.
56
Apabila timbul sengektaperselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan
berusaha untuk menyelesaikan masalahnya kepada Badan Arbitrase yang terdiri dari wakil pihak pemberi tugas dan wakil pihak kontraktor masing-masing satu
orang dan satu orang lagi dari pihak netral yang ditunjuk oleh kedua belah pihak. Penyelesaian perselisihan lewat jalur hukum dapat ditempuh sebagai langkah
terakhir yaitu meminta penyelesaian Pengadilan Negeri Lubuk Pakam di Lubuk Pakam
57
Sebagai akibat dari wanprestasi pemborong, maka bouweer sebagai kreditur dapat mengajukan tuntutan:
58
1. Supaya pekerjaan tetap dilaksanakan
2. Supaya perjanjian diputuskan
3. Ganti kerugian
56
Ibid
57
Ibid
58
Ibid
Universitas Sumatera Utara
4. Pembiayaan selanjutnya karena pekerjaan dilanjutkan oleh pihak ketiga.
Hal kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas gugatan dari
si pemberi tugas dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya beserta segala akibatnya. Yang dimaksud dengan akibat pemutusan perjanjian
disini ialah pemutusan untuk waktu yang akan datang dalam arti bahwa mengenai pekerjaan yang telah diselesaikandikerjakan akan tetap dibayar, namun mengenai
pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang diputuskan. Dengan adanya pemutusan perjanjian demikian perikatannya bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah
tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib dipulihkan ke keadaan semula, melainkan dalam keadaan tersebut diatas si pemberi tugas dapat
menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pemborongan itu sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayar kepada
pemborong atas biaya yang harus ditanggung oleh pemborong sesuai dengan pembayaran yang diterimanya. Jika terjadi pemutusan perjanjian, si pemborong
selain wajib membayar denda-denda yang telah diperjanjikan juga wajib membayar kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian yang diderita dan
bunga yang harus dibayar.
59
Praktek kerjasama ternyata ada yang tidak mengadakan pemisahan antara perselisihan dari segi teknis dan perselisihan dari segi yuridis. Yaitu dengan
mencantumkan dalam perjanjian pemborongan ketentuan-ketentuan yang menyatakan bahwa bila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak penyelesaian
59
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty Yogyakarta. 2002. hal 52
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan secara musyawarah. Jika dengan jalan musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka dibentuk panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak
kesatu dan seorang wakil pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian
perselisihan akan diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut di atas tidak dicapai penyelesaian.
60
Keputusan panitia Arbitrase ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul
bersama. Penyelesaiannya, berdasarkan pada literatur maupun pengalaman lapangan
yang dialami, khususnya untuk proyek pembangunan irigasii. Pada dasarnya, ilmu pengetahuan yang sangat luas itu merupakan bagian dari kebutuhan manusia,
akan tetapi dengan keterbatasan yang dimiliki manusia itu sendiri, mereka hanya mampu untuk menampung beberapa cabang keilmuan saja. Oleh karenanya wajar
apabila setiap pekerjaan profesi yang dilakukan oleh seorang yang profesional, wajib didukung dengan pengetahuan yang cukup untuk melengkapi keilmuan
yang dimiliki. Maksudnya, sudah saatnya para profesional teknik memiliki pengetahuan keilmuan yang bersentuhan dengan bidang pekerjaannya, yaitu ilmu
hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap langkah profesi yang dilakukan oleh profesional teknik, mampu untuk mengantisipasi kemungkinan
yang terjadi apabila bidang pekerjaan profesi teknik tersebut berakibat hukum.
60
Ibid., hal 89
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi disebutkan bahwa : 1.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang
bersengketa. 2.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi sebagaimana diatur dalam KUH Pidana 3.
Jika dipilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. Selanjutnya dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi disebutkan apabila:
1. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi diluar pengadilan dapat ditempuh
untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan
bangunan. 2.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menggunakan pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak.
3. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat dibentuk oleh
pemerintah dan masyarakat jasa konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
Upaya penyelesaian dalam hal penyedia jasa tidak melakukan tanggung jawabnya dalam kontrak karena wanprestasi adalah perdamaian diluar pengadilan.
Adanya penyelesaian perselisihan melalui jalur di luar pengadilan yang didahului dengan adanya surat teguran tersebut dibenarkan oleh para penyedia jasa yang
berhasil ditemui bahwa dalam hal terjadi wanprestasi baik akibat keterlambatan atau tidak sesuainya spesifikasi objek perjanjian tindakan yang paling sering
dilakukan oleh pengguna jasa adalah diberikan teguran agar penyedia jasa melaksanakan kewajibannya.
Prakteknya selama ini, setiap perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat diantara para pihak
dan belum pernah diselesaikan melalui pengadilan. Secara yuridis pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Melalui pengadilan
2. Alternatif penyelesaian sengketa
3. Musyawarah
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan dan
putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengeketa melalui alternatif penyelesaian sengketa ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan diluar pengadilan ahli Pasal 1 ayat 10 UU No.
30 Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Konsultasi
2. Negosiasi
3. Mediasi
4. Konsiliasi
5. Peniliaan Hukum
Selama ini perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi belum pernah
terdapat kasus sampai ke pengadilan ataupun pemutusan kontrak. Hal ini dikarenakan pihak pengguna jasa memberikan kesempatan terlebih dahulu pada
pihak pemborong untuk memperbaiki dan atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang diisyaratkan dalam kontrak. Walaupun penyelesaian secara
musyawarah sering digunakan, namun ada satu hal yang sulit untuk mewujudkan tercapainya musyawarah mufakat dalam suatu sengketa. Hal tersebut adalah para
pihak pada umumnya mengganggap remeh hal-hal yang kelihatannya sepele. Justru hal-hal yang dianggap sepele oleh satu pihak, malah dianggap hal yang
sangat materiil oleh pihak lainnya. Selain itu hal-hal sepele itu apabila tidak segera diselesaikan akan berakibat pada membesarnya masalah tadi, sehingga
terjadilah sengketa yang hampir tidak mungkin diselesaikan dengan musyawarah mufakat.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara suka rela dari para pihak yang
bersengketa, UU Jasa Konstruksi mengaturnya. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku untuk tindak pidana bagi penyelenggaraan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
konstruksi. Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, cara penyelesaian di luar pengadilan diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa disingkat UU Arbitrase. Sengketa melalui pengadilan hanya dapat ditempuh, apabila upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan