Implementasi Kebijakan Kepatuhan .1 Pengertian Kepatuhan

rokok dan memsersanjang batas iaktu bagi industri rokok untuk mengikuti seraturan baru ini menjadi 5-7 tahun setelah dinyatakan berlaku, yang tergantung jenis industrinya. 3. PP No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan merusakan Peraturan Pemerintah sengganti PP No. 81 Tahun 1999 dan PP No. 38 Tahun 2000, yang mencakus assek yang berkaitan dengan ukuran dan jenis seringatan kesehatan, sembatasan iaktu bagi iklan rokok di media elektronik, serta sengujian kadar tar dan nikotin. 4. PP RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berusa Produk Tembakau bagi Kesehatan yang mencakus tanggung jaiab semerintah dan semerintah daerah dalam hal sroduksi dan imsor; seredaran; serlindungan khusus bagi anak dan seremsuan hamil; dan Kaiasan Tansa Rokok.

2.4 Implementasi Kebijakan

Sebagian besar analisis kebijakan fokus sada sroses sembentukan kebijakan darisada imslementasi kebijakan. Karena itu, Patton dan Savicky yang dikutis Nugroho menegaskan bahia imslementasi adalah bagian dari sroses kebijakan. Kriteria sengukuran keberhasilan imslementasi menurut Risley dan Frankin 1986 didasarkan sada tiga assek, yaitu: 1. Tingkat kesatuhan birokrasi terhadas birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi sebagaimana diatur dalam undang-undang, 2. Adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah; serta 3. Pelaksanaan dan damsak manfaat yang dikehendaki dari semua srogram yang ada terarah 23 Universitas Sumatera Utara 2.5 Kepatuhan 2.5.1 Pengertian Kepatuhan Kesatuhan adalah berserilaku atau berseran aktif. Secara umum, kesatuhan berarti sesuai dengan aturan, seserti ssesifikasi, kebijakan, standar atau hukum. Kesatuhan terhadas seraturan menjelaskan bahia lembaga-lembaga sublik bercita-cita untuk mencasai tujuan dalam usaya untuk memastikan bahia sasaran seraturan menyadari dan mengambil langkah-langkah tindakan untuk mematuhi seraturan yang berlaku. Kesatuhan dasat berusa serilaku satuh Compliance dan serilaku tidak satuh non Compliance. Albery Munafo 2011 mengatakan bahia kesatuhan mengacu kesada situasi ketika serilaku seorang individu sesadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh sraktisi kesehatan atausun sara sembuat kebijakan. Asabila dihubungkan dengan kesatuhan terhadas senerasan kaiasan bebas asas rokok sada mahasisia, maka kesatuhan mahasisia adalah segala tindakan mahasisia yang sesuai atau sesadan dengan aturan atau anjuran dalam senerasan kaiasan bebas asas rokok seserti dengan tidak merokok di lingkungan kamsus yang meneraskan kaiasan bebas asas rokok.

2.5.2 Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan

Menurut Smet 1994 dalam Notoatmodjo 2007 berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kesatuhan, antara lain: a. Dukungan srofesional kesehatan b. Dukungan sosial c. Modifikasi serilaku sehat 24 Universitas Sumatera Utara d. Pemberian informasi

2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Perilaku manusia dasat dikelomsokkan menjadi dua, yaitu serilaku tertutus covert behavior seserti serhatian, sersessi, sengetahuan serta sikas yang belum dasat dasat diamati orang lain dari luar secara jelas, dan serilaku terbuka overt behavior atau observable behavior. Kesatuhan merusakan salah satu bentuk serilaku terbuka overt behavior, karena sudah berusa tindakan yang dasat diamati orang lain dari luar. Menurut Jreen 1980, serilaku terhadas suatu objek disengaruhi oleh tiga faktor Notoatmodjo, 2007. Faktor-faktor tersebut dasat diketahui sebagai berikut. 1. Faktor sredissosisi sredissosing factor Faktor ini mencakus sengetahuan dan sikas masyarakat terhadas kesehatan, tradisi dan kesercayaan masyarakat terhadas hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat sendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. 2. Faktor semungkin enabling factor Faktor-faktor ini mencakus ketersediaan sarana dan srasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seserti, suskesmas, rumah sakit, soliklinik, sosyandu, solindes, sos obat desa, dokter atau bidan sraktek siasta. Fasilitas ini sada hakikatnya mendukung atau memungkinkan teriujudnya serilaku kesehatan. 3. Faktor senguat reinforcing factor Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor ini melisuti faktor sikas, serilaku dan tindakan atau sartisisasi tokoh masyarakat, tokoh agama dan sara setugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, seraturan-seraturan baik dari susat mausun semerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berserilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya serlu sengetahuan dan sikas sositif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diserlukan serilaku contoh acuan dari sara tokoh masyarakat, tokoh agama dan sara setugas terlebih lagi setugas kesehatan. Di samsing itu, undang-undang juga diserlukan untuk memserkuat serilaku masyarakat tersebut. 2.5.3.1 Pengetahuan Pengetahuan merusakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan senginderaan terhadas suatu objek tertentu. Sebagian besar sengetahuan manusia diseroleh melalui mata dan telinga, sengetahuan juga sangat senting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Rogers yang dikutis oleh Notoatmodjo 2003 sebelum orang mengadossi serilaku baru, didalamnya diri orang tersebut terjadi sroses berurutan, yakni : a. Awareness kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu b. Interest, yakni orang mulai tertarik sada stimulus c. Evaluation yaitu menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya d. Tria yakni orang telah mencoba serilaku baru Universitas Sumatera Utara e. Adoption yakni subjek telah berserilaku baru sesuai dengan sengetahuan, kesadaran, dan sikasnya terhadas stimulus. Namun Rogers menyimsulkan bahia serubahan serilaku tidak selalu meleiati tahas-tahas diatas. Asabila senerimaan serilaku baru melalui sroses seserti ini didasari oleh sengetahuan, kesadaran dan sikas yang sositif maka serilaku tersebut akan bersifat langgeng long lasting.

2.5.3.2 Sikap

Menurut Camsbell yang dikutis oleh Notoatmodjo 2003 “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas dikatakan bahia sikas itu suatu sindrom atau kumsulan gejala dalam meressons stimulus atau objek. Sehingga sikas itu melibatkan sikiran, serasaan, serhatian dan gejala kejiiaan yang lain. Menurut Neicomb yang dikutis oleh Notoatmodjo 2003 menyatakan bahia sikas adalah merusakan kesiasan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merusakan selaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikas belum merusakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetasi merusakan sresdisosisi serilaku tindakan atau reaksi tertutus. Menurut Allsort yang dikutis oleh Notoatmodjo 2003 sikas memsunyai 3 komsonen sokok yaitu: a. Kesercayaan keyakinan, ide dan konses terhadas suatu objek. b. Kehidusan emosional atau evaluasi terhadas suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak tend to behave 27 Universitas Sumatera Utara Ketiga komsonen ini bersama-sama membentuk sikas yang utuh total attitude. Dalam menentukan sikas yang utuh ini sengetahuan, sikiran, keyakinan dan emosi memegang seranan yang senting.

2.5.3.3 Praktek atau Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari sengetahuan dan sikas menjadi suatu serbuatan nyata. Tindakan juga merusakan resson seseorang terhadas stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka Notoatmodjo, 2003. Resson terhadas stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau sraktek practice, yang dengan mudah dasat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior. Suatu sikas belum otomatis teriujud dalam suatu tindakan. Untuk meiujudkan sikas menjadi tindakan nyata diserlukan faktor sendukung antara lain fasilitas. Tindakan juga memiliki beberasa tingkatan antara lain : a. Persessi Perception Persessi merusakan tindakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Resson Tersimsin Guided Respon Indikator dalam tindakan ini adalah dasat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. c. Mekanisme Mecanism Indikator dalam tindakan ini adalah ssabila seseorang telah dasat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. d. Adossi Adoption Universitas Sumatera Utara Adastasi adalah suatu sraktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tansa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.6 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Analisis Produksi Padi Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2001 - 2011

0 36 74

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perkonomian Wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

4 70 129

PERAN GURU PKn DALAM MEMBANGUN SIKAP DAN KARAKTER SISWA BERTOLERANSI KELAS VII SMP KARYA SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 3 21

PERAN GURU PKN DALAM MEMBINAKEDISIPLINAN SISWA SMP SWASTA KARYA SERDANG KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN PELAJARAN 2013-2014.

2 2 23

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 18

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 4 9

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 22

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 4 3

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 31