Teknik Belajar Operan a. Reinforcement Positif dan Negatif

c. Imaginal Flooding and Exposure in vivo

SD dan real-life practice melibatkan bagaimana cara menghadapi kecemasan dan membangkitkan rangsangan yang hati-hati, satu langkah pada satu waktu. Confrontive exposure, kadang-kadang disebut flooding, melibatkan hubungan dengan rangsangan membayangkan atau rangsangan nyata pada intensitas penuh. Teknik confrontive exposure pertama semacam ini merupakan implosive therapy Stampfl Levis, 1967, menggunakan rangsangan yang dibayangkan. Teori pemadaman akan lebih efektif ketika klien terkena situasi pengkondisian asli yang memunculkan ketakutan terbesar. Teknik ini melibatkan klien yang menghadapi fantasi yang relevan untuk periode yang berkepanjangan. Menggunakan “avoidance serial cue hierarchy” berasal dari keprihatinan saat ini, klien diberikan suatu masalah, terapis menggambarkan adegan ditakuti menggunakan berbagai cara yang dramatis untuk membangkitkan kecemasan intens dan terus menerus untuk menyajikan suatu materi, panjang lebar jika diperlukan, sampai kecemasan klien menurun. Confrontive Exposure terhadap rangsangan yang ditakuti di kehidupan nyata dikenal sebagai Exposure in Vivo Marks, 1981a, yang telah dipelajari secara ekstensif dalam aplikasi untuk agoraphobia, fobia spesifik, dan obsesif-kompulsif. Exposure in Vivo dipandang sebagai metode klinis empiris yang mungkin melibatkan pemadaman, pembiasaan, atau bentuk lain dari aklimatisasi terhadap rangsangan yang awalnya ditakuti. Belum ada kepastian bahwa penjelasan pengkondisian fobia telah terbukti secara ilmiah, Marks menghindari istilah pengkondisian, menggambarkan situasi yang ditakuti sebagai Evoking Stimulus ES dan perilaku yang ia bisa lakukan, seperti menghindari fobia atau ritual kompulsif, sebagai Evoking Respon ER. Teknik ini melibatkan identifikasi ES dan mempresentasikannya sampai ER berkurang.

2. Teknik Belajar Operan a. Reinforcement Positif dan Negatif

Reinforcement mengacu pada prosedur dan proses yang terlibat ketika sebuah perilaku tertentu diperkuat atau dipertahankan oleh kontingensi belajar instrumental. Sebagai contoh, reinforcement positif terjadi ketika tingkat percobaan merpati mematuk lebih meningkat ketika biji-bijian diberikan bergantung pada terjadinya perilaku itu. Reinforcement positif biasanya pemberian perilakusesuatu tertentu secara berulang kali selama proses pembelajaran, dan penelitian telah menunjukkan bahwa reinforcement 4 secara langsung lebih efektif dalam mempromosikan pembelajaran Logue, 1995. Tugas belajar dibagi menjadi bebrapa tahapan. Ketika langkah pertama yang telah dipelajari berhasil, tugas yang lebih sulit disajikan. Misalnya, langkah pertama dalam sebuah program dapat membentuk untuk menyajikan makanan setiap kali merpati memasuki setengah dari ruangan ke dekat piringan. Selanjutnya, makanan dapat diberikan hanya ketika paruh merpati sampai ke piringan. Meskipun reinforcement disampaikan hanya ketika merpati mematuk di piringan. Perilaku dapat diperkuat atau dipertahankan dengan cara lain daripada dengan menghadirkan rangsangan yang diinginkan, seperti makanan atau uang. Menghapus stimulus yang tidak diinginkan juga dapat memperkuat perilaku. Misalnya, minum aspirin untuk meredakan sakit kepala akan menjadi sebuah reinforcement jika sakit kepala tersebut hilang. Penguatan perilaku dengan cara menghilangkan stimulus aversif secara berkesinambungan disebut reinforcement negatif. a Hukuman Ketika perilaku menurun sebagai hasil dari kontingensi perilaku, maka dimungkinkan memberlakukan beberapa bentuk hukuman. bebrapa kemungkinan adalah bahwa perilaku hilang setelah reinforcement positif, atau suatu kontingensi secra positif memperkuat tingkat respon yang rendah sebagi efek Contoh paling jelas hukuman ditemukan ketika tingkat respon menurun setelah diberikan stimulus kontingen sesuai respon . Istilah lain untuk hal ini adalah respon-contingen aversive stimulation RCAS. Jika seorang anak menyentuh kompor panas dan jarinya terbakar, dan jika anak tersebut berhenti menyentuh kompor merupakan hasilnya, maka memberlakukan RCAS, atau hukuman. Bentuk lain dari hukuman terjadi ketika efek dari respon adalah untuk menghilangkan stimulus, dan diikuti oleh tingkat respons berkurang. Hal ini disebut respon cost. Jika pengemudi mengurangi tingkat melakukan pelanggaran lalu lintas ringan maka mereka juga akan membayar denda lebih sedikit, respon cost adalah contingency oprating. b Pemadaman Pemadaman mengacu pada prosedur melepaskan kontingensi penguatan dan efek dari perilaku ini. Untuk contoh pemadaman yang mengikuti reinforcement positif, bayangkan bahwa merpati itu mematuk piringan telah diperkuat dengan makanan untuk beberapa waktu, namun peneliti menghentikan mekanisme pemberian makanan. 5 Mematuki piringan tidak lagi memiliki efek apapun. Merpati akhirnya mematuk lebih sedikit, sampai, akhirnya, tidak ada respon lebih lanjut. Pemadaman suatu respon operan memiliki beberapa elemen yang sama dengan pemadaman respon kondisional klasik. c Tahapan Reinforcemen Dalam contoh percobaan merpati, reinforcement berkekelanjutan terjadi ketika setiap respon diperkuat. Setelah reinforcement terus menerus, efek dari pemadaman biasanya cukup cepat. Dalam kehidupan nyata, reinforcement biasanya intermiten. Perilaku tidak selalu menghasilkan konsekuensi tertentu secara konsisten. Merpati tidak selalu mendapatkan makanan setiap kali mereka mematuk obyek, dan driver tidak didenda setiap kali mereka menambah kecepatan. Dimulai dengan penelitian Ferster dan Skinner 1957, peneliti operant learning membuat studi ekstensif dari efek pada perilaku berbagai alternatif untuk reinforcement terus menerus dikenal sebagai tahapan reinforcement. Salah satu konsekuensi praktis dari tahapan reinforcement intermiten adalah efek dari pemadaman yang tertunda, dan tanggapan lebih banyak dibuat di bawah pemadaman Angermeier, 1994. d Pengaturan Perilaku Rule-Governed Behavior Skinner 1953, 1966 berpendapat bahwa perilaku kita pada akhirnya dikendalikan oleh kontingensi operan yang sebenarnya, bukan dengan kata-kata. Keuntungan metodologi operant learning adalah bahwa hal itu dapat berlaku tidak hanya pada perilaku verbal individu tapi juga dengan hewan, praverbal anak-anak, dan orang- orang dengan kesulitan komunikasi. Teori belajar operan menyadari pentingnya pengaturan perilaku ketika perilaku dikendalikan oleh stimulus yang menentukan contingency operating Pierce Epling, 1995. Contoh seperti kontingensi-rangsangan yang menetapkan aturan, petunjuk, saran, dan hukum, dan mereka dapat dilihat sebagai discriminative stimuly yang menetapkan kesempatan untuk prilaku adaptif. Sebaliknya teori Rule-Governed behavior dengan contingency-shaped behavior, seperti dalam kasus percobaan merpati, atau pasien dalam program reinforcement positif untuk mendorong agar dapat berbicara dengan tepat. Salah satu perbedaan antara dua jenis perilaku adalah bahwa aturan mempengaruhi bagaimana perilaku dilakukan, sedangkan reinforcement contingency mempengaruhi tingkat respon dan kemungkinan perilaku yang berlaku Pierce Epling, 1995.

3. Analisis Perilaku Terapan