a. Desensitisasi Sistematis SD
Joseph Wolpe menggambarkan desensitisasi sistematis sebagai salah satu teknik terapi perilaku yang pertama. Diambil dari penelitian eksperimental pada proses belajar,
SD diterapkan untuk pengobatan pada situasi yang terkait pola kecemasan dan fobia terutama yang spesifik. Menggunakan metodologi seri klinis, di mana prosedur
pengobatan yang sama ditawarkan berurutan untuk banyak klien, Wolpe 1958 melaporkan hasil yang sangat menguntungkan untuk systematic desensitization ini dan
terkait berdasarkan metode pengobatan pada 210 klien dengan berbagai gangguan. SD lebih efektif daripada tidak ada pengobatan, sebagaimana diukur dengan beberapa
langkah yang mencakup tes menghindari ketakutan terkait perilaku. Dalam sebuah studi metodologis canggih, Paulus 1966 memberikan bukti yang
meyakinkan tentang efektivitas SD untuk kecemasan berbicara di depan umum dengan membandingkannya dengan metode psikoterapi tradisional yang telah disampaikan oleh
klinisi yang berpengalaman. Sebelum dan setelah peserta terapi berbicara di hadapan panel penilai yang terlatih, yang menilai pengurangan performance akibat kecemasan
menggunakan protokol observasi perilaku berstruktur. Pada pengukuran berurutan, SD menghasilkan peningkatan yang secara signifikan lebih dari psikoterapi tradisional dan
plasebo dan tidak ada kontrol kondisi perawatan. Sebuah studi lanjutan dua tahun kemudian menegaskan bahwa efek dari SD abadi dan tidak muncul gejala baru Paul,
1967.
b. Graduated Real-Life Practice
Kadang-kadang disebut sebagai praktek penilaian atau pendekatan berturut- turut, klien diproses pada setiap tahapan sepanjang hirarki rangsangan yang semakin
lebih menantang, menghadapi situasi yang sebenarnya tanpa berhenti. Seperti di SD, klien dapat menarik diri dari situasi untuk berkumpul kembali pada titik awal jika
kecemasan muncul. Dalam laporan awal terhadap dua klien fobia, Meyer 1957 menggambarkan pengobatan gejala agoraphobic sukses dengan menggunakan metode ini.
Seperti Wolpe, Meyer beralasan bahwa prinsip yang paling penting adalah bahwa generalisasi stimulus-respons kecemasan klien akan hilang jika ia menghadapi stimulus
yang menyerupai stimulus fobia namun dengan intensitas yang jauh lebh sedikit, yang membangkitkan kecemasan minimum. Selanjutnya, klien dapat belajar untuk mengatasi
situasi berkelanjutan yang dinilai serupa.
3
c. Imaginal Flooding and Exposure in vivo