Gangguan Kecemasan Umum GAD Teori Kondisional-Kecemasan

napas, perasaan tersedak; nyeri dada, mual, rasa lemah, pusing, kunang-kunang; adanya perasaan ketidaknyataan, takut kehilangan kontrol atau menjadi gila; takut mati selama serangan panik datang; sensasi tubuh yang tidak biasa, dan menggigil atau demam. Agropohobia melibatkan kecemasan ketika berada di situasi yang tidak akan membiarkan individu itu dengan mudah menghindarinya seperti jauh dari rumah, berada di tempat umum yang penuh sesak, dan ketika menggunakan transportasi publik.

2. Fobia dan Gangguan Obsesif Kompulsif

Fobia adalah ketakutan irasional dari situasi tertentu atau objek, sehingga adanya keinginan yang kuat untuk menghindarinya. Individu mengakui bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak masuk akal, tapi tetap merasa tidak mampu mengendalikan fobia. Pada fobia sosial klien tertekan oleh kecemasan yang diamati secara kritis oleh orang lain, ditambah dengan rasa takut melakukan sesuatu yang memalukan. Orang hampir selalu mengalami kecemasan dalam situasi seperti itu dan sering menghindari mereka. Kategori ini pada dasarnya adalah pengelompokan fobia spesifik yang memiliki kesamaan tema sosial- evaluatif kecemasan. Contoh umum adalah takut berbicara di depan publik, wawancara pekerjaan, atau makan di restoran. Dalam fobia spesifik klien memiliki fobia dari setiap objek atau situasi perticular selain situasi fobia agoraphobic atau sosial. Fobia kekhawatiran spesifik seperti hewan kecil atau serangga, ketinggian, kegelapan, atau kurungan, dan darah, cedera sakit. Masalah yang penting dalam Obsessive-Compulsive Disorder adalah a. Kekhawatiran, gangguan berfikir, ide atau gambar b. Mengulang suatu perbuatan, sementara menyadari bahwa adalah tidak masuk akal dan tidak perlu

3. Gangguan Kecemasan Umum GAD

Generalized anxiety disorder mengacu pada pola membesar-besarkan kecemasan dan kekhawatiran tentang orang dengan keadaan hidup yang biasanya. Klien merasa sulit untuk mengontrol kecemasan dan memperlihatkn beberapa simptom seperti gelisah, susah berkonsentrasi, tekanan otot dan sulit tidur. Pola kecemasaan dikarenakan kesedihan atau kerusakan dalam hubungan sosial. 20

4. Teori Kondisional-Kecemasan

Proses classical conditioning memberikan penjelasan tentang beberapa fenomena kecemasan. Asumsinya adalah bahwa ketakutan objek yang berlangsung lama atau situasi berbahaya yang tidak bisa diperoleh melalui asosiasi yang disengaja dengan stimulus yang memicu rasa takut seperti yang terjdi pada fase alarm Barlow, 1988. Dalam hal ini, kecemasan merupakan respon terkondisi yang diduga akan padam ketika stimulus terkondisi conditioned stimulus dan objek fobia, dihadapkan berulang kali tanpa adanya stimulus berkondisi tidak menyenangkan. Prosedur desensitisasi sistematis Wolpe 1958 memungkinkan kecemasan yang diderita klien hilang ketika klien menghadapi situasi takut tanpa menyebabkan stress. Penjelasan classical conditioning tentang kecemasan bisa diterapkan ketika klien takut akan sesuatu objek khusus, seperti pada gangguan fobia dan gangguan obsesif-kompulsif. Tapi hal ini lebih sulit bagi prinsip-prinsip classical conditioning untuk mengakomodasi gangguan panik panic disorder dan gangguan kecemasan umum, karena tampaknya gangguan-gangguan ini tidak melibatkan rangsangan tertentu. Selanjutnya, pengkondisian klasik tidak menjelaskan gangguan kecemasan yang bersifat terus-menerus. Mowrer 1947, 1960 mengajukan teori dua faktor atau dua proses a two factor or two process theory untuk menjelaskan mengapa kecemasan tampaknya tidak padam atau hilang dengan cara yang diprediksi oleh prinsip-prinsip pengkondisian klasik. Dia mennyatakan bahwa pengkondisian klasik bekerja secara beriringan dengan proses kedua untuk mempertahankan kecemasan klinikal. Proses kedua adalah belajar operan operant learning pada perilaku melarikan diri dan perilaku menghindar. Dengan kata lain, pertama, kecemasan diperoleh oleh pengkondisian klasik, ketika stimulus yang sebelumnya tidak berbahaya dipasangkan dengan peristiwa aversif yang tidak disukai dengan sengaja. Kedua, karena situasi mendapatkan respon terkondisi dari kecemasan sehingga memberikan dorongan untuk selalu menghindari. Menghindari dari situasi yang ditakuti ditakuti secara terus-menerus, mencegah ketakutan untuk hilang. Dan melarikan diri dengan cepat saat berhadapan dengan obyek yang 21 ditakuti sangat membatasi keterbukaan klien hanya sesaat, dan waktu ini tidak untuk memungkinkan menghilangkan kecemasan yang dialami Wilson, 1973. Rachman 1971, 1976 berpendapat bahwa obsesif-kompulsif mirip dengan fobia, dan teori dua-faktor berlaku untuk keduanya. Pikiran obsesif mirip dengan fobia dalam menjadi rangsangan yang menimbulkan kecemasan yang terkondisi. Perilaku ritual klien atau perilaku kompulsif berfungsi sebagai respon pelarian yang membuat obsesi sulit untuk menghilang. Argument Seligman 1971 yang menyatakan bahwa walaupun seseorang memiliki rasa takut akan beberapa hal lebih dari hal yang lain, pengkondisian klasik masih bisa beroperasi ketika fobia muncul. Ia mengemukakan konsep kesiapan biologis yang menunjukkan bahwa rangsangan yang menonjol dalam fobia dan obsesi adalah hal-hal yang selalu akan berpotensi mengancam manusia. Koneksi stimulus-respon yang disiapkan secara biologis adalah penting, mudah dikondisikan, dan lama untuk dihilangkan. Marks 1981a berhasil mengembangkan perawatan untuk agoraphobia dan gangguan obsesif kompulsif dengan menggunakan studi blocking dari gambar Baum, atau pencegahan respon response prevention, pada hewan. Teknik ini sangat sukses dalam mempromosikan teknik untuk menghilangkan kecemasan yang dikondisikan. Prosedur blocking yang setara secara klinis adalah metode paparan exposure method, exposure in vivo dalam kehidupan nyata dan paparan dengan respon pencegahan exposure with response prevention--klien tetap dalam kontak dengan rangsangan yang sangat ditakuti tanpa melarikan diri, untuk waktu yang lama jika diperlukan, sampai pada tahapan penurunan kecemasan.

5. Teori Kognitif-Kecemasan