Persepsi Masyarakat Terhadap Dinamika Pembangunan Kampung Nelayan Belawan
TESIS
OLEH
DAMOZ HUTAGALUNG
127020001/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik
Dalam Program Studi Teknik Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
DAMOZ HUTAGALUNG
127020001/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
KAMPUNG NELAYAN BELAWAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 20 Agustus 2014
(4)
Nomor Pokok : 127020001
Program Studi : TEKNIK ARSITEKTUR
Bidang Kekhususan : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Bauni Hamid, M.DesS
Ketua Anggota
Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD
Ketua Program Studi, Dekan,
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, M.S.M.E Tanggal Lulus : 20 Agustus 2014
(5)
Panitia Penguji Tesis
Ketua Komisi Penguji : Ir. Bauni Hamid, M.DesS, PhD Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD
2. Ir. Samsul Bahri, MT
3. Salmina Ginting, ST, MT 4. Agus Suriadi, S. Sos, M.Si
(6)
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Namun pada saat yang sama juga terjadi resistensi penerimaan maupun pemanfaatan pembangunan itu sendiri yang mana sebagian dari pembangunan tersebut masih dieksekusi secara
top down tanpa memperhatikan pentingnya terlebih dahulu untuk memahami persepsi
masyarakat akan pembangunan. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan sangat penting karena merupakan salah satu faktor kunci dalam penerimaan pembangunan. Penelitian ini dilakukan pada permukiman nelayan di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Ragam pembangunan di Kampung Nelayan antara lain pembangunan jalan setapak rabat beton, pembangunan sumur bor, pembangunan posyandu kesehatan, pembangunan WC umum dan pembangunan kebersihan sampah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan pola persepsi masyarakat terhadap usaha usaha pembangunan yang sudah pernah dilakukan dan juga menemukan pengaruh faktor pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat berkenaan dengan pembangunan tersebut.
Penelitian bersifat deskriptif kualitatif yang didukung deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data primer berupa observasi lapangan, wawancara, kuisioner dan pengumpulan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif untuk menemukan pengaruh faktor pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat cukup beragam dalam menyatakan pendapatnya terhadap berbagai pembangunan di Kampung Nelayan. Terhadap pembangunan jalan setapak rabat beton dan pembangunan sumur bor terdapat bentukan persepsi yang terbangun secara umum pada masyarakat Kampung Nelayan. Sejumlah 80% masyarakat menyatakan pembangunan jalan setapak rabat beton cukup baik dan demikian juga terhadap pembangunan sumur bor sejumlah 72% masyarakat menyatakan cukup baik. Tidak terdapat bentukan pendapat yang menjadi pola umum persepsi masyarakat terhadap pembangunan posyandu, WC umum dan kebersihan sampah dimana pola persebaran pendapat tersebar cukup merata. Pada analisis hubungan pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat diperoleh hasil, terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan pembangunan jalan setapak rabat beton dan pembangunan sumur bor, terdapat hubungan antara kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan pembangunan posyandu, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan pembangunan WC umum dan kebersihan sampah.
Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Pengetahuan dan Kebutuhan Masyarakat, Pembangunan Masyarakat Nelayan
(7)
attention to the people’s perception on the development. This perception is very important because it is one of the key factors in accepting the development. The research was conducted at Kelurahan Belawan I, Medan Belawan Subdistrict, Medan. The types of development at Kampung Nelayan were concrete rebate
footpath, the construction of drilled wells, the construction of posyadu, the
construction of public toilets, and the construction of garbage dumps. The objective of the research was to find out the pattern of public perception on the development which had been done and to find out the factors of knowledge and need in shaping public perception related to the development.
The research was descriptive qualitative, supported by descriptive quantitative. The data consisted of primary data which were gathered by conducting field observation, interviews, questionnaires, and gathering secondary data and analyzed qualitatively in order to find out the influence of the factors of knowledge and need on the shaping of public perception.
The result of the research showed that there were various public perceptions on the development at Kampung Nelayan. There was general public perception on the construction of concrete rebate footpaths and the construction of drilled wells at Kampung Nelayan. 80% of the respondents stated that the construction of concrete rebate footpaths was good, and 72% of them stated that the construction of drilled wells was good. There was no opinion which became the general pattern of public perception on the construction of public toilets and public toilets since the distributed pattern was distributed evenly. From the analysis of the correlation of knowledge and need with the shaping of public perception, it was found that there was the correlation of knowledge and need with the shaping of public perception on the construction of concrete rebate footpaths and drilled wells, there was the correlation between need and the shaping of public perception on the construction of posyandu, there was no correlation of knowledge and need with the shaping of public perception
on the construction of public toilets and garbage dumps.
Keywords: Public Perception, People’s Knowledge and Need, Development of Kampung Nelayan
(8)
kemudahan bagi penyelesaian tesis ini dengan judul “ Persepsi Masyarakat Terhadap
Dinamika Pembangunan Kampung Nelayan Belawan “ yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan dan menempuh studi pada Program Magister Teknik Arsitektur, dengan konsentrasi Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak melibatkan bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak berupa sumbangan saran dan pemikiran. Pada kesempata ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc selaku Ketua Program Studi, Ibu Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD selaku Sekretaris Program Studi, Bapak Ir. Bauni Hamid, M.DesS, PhD selaku pembimbing utama, Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc selaku pembimbing pendamping, Bapak dan Ibu penguji yang memberikan saran dan kritik membangun, Keluarga yang saya cintai khususnya kepada Ibunda Dr. dr Diana Sinulingga, M.Si dan Istri Nurul Yanni S.Psi yang penulis banggakan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari di dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penelitian ini.
Medan, 20 Agustus 2014
(9)
Merupakan anak kedua dari tiga beraudara. Pendidikan dasar (SD) ditempuh di SD Harapan 1 Medan dan lulus tahun 1992. Jenjang pendidikan selanjutnya ditempuh di SMP Harapan 1 Medan dan lulus tahun 1995, kemudian dilanjutkan ke SMAN 1 Medan dan lulus tahun 1998. Pendidikan tinggi Sarjana (S1) ditempuh di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil dan lulus tahun 2005. Tahun 2005 – 2007 bekerja sebagai karyawan PT. Bank Sumut di Medan. Tahun 2007 – 2009 bekerja sebagai karyawan PT. Bank Danamon di Medan. Tahun 2009 diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dan ditempatkan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya pada tahun 2010 diangkat sebagai Pegawai Negeri dan ditempatkan pada instansi yang sama. Pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti antar lain Diklat Preservasi Bangunan Jembatan, Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Diklat Pengadaan Barang dan Jasa. Pada tahun 2012 berkesempatan unuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) di Universitas Sumatera Utara, Medan pada Program Studi Magister Teknik Arsitektur.
(10)
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Persepsi ... 8
2.1.1 Defenisi ... 8
(11)
2.3.1 Pengertian pembangunan ... 15
2.3.2 Stakeholder dalam pembangunan ... 17
2.3.3 Persepsi masyarakat dalam pembangunan ... 19
2.4 Pengetahuan ... 20
2.5 Kebutuhan ... 23
2.6 Kampung Nelayan ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Lokasi Penelitian ... 29
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.5 Metode Analisa Data ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN ... 36
4.1 Kawasan Penelitian ... 36
4.2 Pembangunan Jalan Setapak Rabat Beton ... 39
4.3 Pembangunan Sumur Bor ... 42
4.4 Pembangunan Sarana Posyandu ... 45
4.5 Pembangunan WC Umum ... 47
(12)
5.3 Kajian Pengetahuan Terhadap Persepsi Masyarakat ... 56
5.3.1 Kajian pengetahuan jalan setapak rabat beton ... 56
5.3.2 Kajian pengetahuan sumur bor ... 58
5.3.3 Kajian pengetahuan posyandu kesehatan ... 61
5.3.4 Kajian pengetahuan WC umum ... 64
5.3.5 Kajian pengetahuan kebersihan sampah dan lingkungan ... 66
5.4 Kajian Kebutuhan Terhadap Persepsi Masyarakat ... 68
5.4.1 Kajian kebutuhan jalan setapak rabat beton ... 68
5.4.2 Kajian kebutuhan sumur bor ... 71
5.4.3 Kajian kebutuhan posyandu kesehatan ... 72
5.4.4 Kajian kebutuhan WC umum ... 74
5.4.5 Kajian kebutuhan kebersihan sampah dan lingkungan ... 76
BAB VI PENUTUP ... 79
6.1 Kesimpulan ... 79
6.2 Rekomendasi ... 81
(13)
2.1 Proses Terjadinya Persepsi ... 10
2.2 Model Penelitian ... 26
4.1 Kampung Nelayan di Propinsi Sumatera Utara ... 36
4.2 Letak Kampung Nelayan di Kota Medan ... 37
4.3 Kampung Nelayan terdiri dari 5 Blok ... 39
4.4 Peta Jaringan Jalan Kampung Nelayan ... 39
4.5 Pembangunan Jalan Setapak Rabat Beton Kampung Nelayan ... 41
4.6 Pembangunan Sumur Bor Kampung Nelayan ... 43
4.7 Peta Lokasi Sumur Bor ... 44
4.8 Pembangunan Posyandu Kampung Nelayan ... 47
4.9 Peta Lokasi Posyandu ... 47
4.10 Pembangunan WC Umum Kampung Nelayan ... 48
4.11 Peta Lokasi WC Umum ... 49
(14)
2.1 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 14
2.2. Simpulan Teori ... 27
5.1 Distribusi Frekuensi Responden ... 53
5.2 Distribusi Pengetahuan Jalan Setapak Rabat Beton ... 56
5.3 Persepsi Terhadap Jalan Setapak Rabat Beton ... 57
5.4 Distribusi Pengetahuan Sumur Bor ... 58
5.5 Persepsi Terhadap Sumur Bor ... 60
5.6 Distribusi Pengetahuan Posyandu Kesehatan ... 61
5.7 Persepsi Terhadap Posyandu Kesehatan ... 63
5.8 Distribusi Pengetahuan WC Umum ... 64
5.9 Persepsi Terhadap WC Umum ... 65
5.10 Distribusi Pengetahuan Kebersihan Sampah Lingkungan .. 66
5.11 Persepsi Terhadap Kebersihan Sampah Lingkungan ... 67
5.12 Distribusi Kebutuhan Kebersihan Jalan Setapak Rabat Beton ... 68
5.14 Distribusi Kebutuhan Sumur Bor ... 71
5.16 Distribusi Kebutuhan Posyandu ... 73
5.18 Distribusi Kebutuhan WC Umum ... 75
(15)
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Namun pada saat yang sama juga terjadi resistensi penerimaan maupun pemanfaatan pembangunan itu sendiri yang mana sebagian dari pembangunan tersebut masih dieksekusi secara
top down tanpa memperhatikan pentingnya terlebih dahulu untuk memahami persepsi
masyarakat akan pembangunan. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan sangat penting karena merupakan salah satu faktor kunci dalam penerimaan pembangunan. Penelitian ini dilakukan pada permukiman nelayan di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Ragam pembangunan di Kampung Nelayan antara lain pembangunan jalan setapak rabat beton, pembangunan sumur bor, pembangunan posyandu kesehatan, pembangunan WC umum dan pembangunan kebersihan sampah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan pola persepsi masyarakat terhadap usaha usaha pembangunan yang sudah pernah dilakukan dan juga menemukan pengaruh faktor pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat berkenaan dengan pembangunan tersebut.
Penelitian bersifat deskriptif kualitatif yang didukung deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data primer berupa observasi lapangan, wawancara, kuisioner dan pengumpulan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif untuk menemukan pengaruh faktor pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat cukup beragam dalam menyatakan pendapatnya terhadap berbagai pembangunan di Kampung Nelayan. Terhadap pembangunan jalan setapak rabat beton dan pembangunan sumur bor terdapat bentukan persepsi yang terbangun secara umum pada masyarakat Kampung Nelayan. Sejumlah 80% masyarakat menyatakan pembangunan jalan setapak rabat beton cukup baik dan demikian juga terhadap pembangunan sumur bor sejumlah 72% masyarakat menyatakan cukup baik. Tidak terdapat bentukan pendapat yang menjadi pola umum persepsi masyarakat terhadap pembangunan posyandu, WC umum dan kebersihan sampah dimana pola persebaran pendapat tersebar cukup merata. Pada analisis hubungan pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat diperoleh hasil, terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan pembangunan jalan setapak rabat beton dan pembangunan sumur bor, terdapat hubungan antara kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan pembangunan posyandu, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan pembangunan WC umum dan kebersihan sampah.
Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Pengetahuan dan Kebutuhan Masyarakat, Pembangunan Masyarakat Nelayan
(16)
attention to the people’s perception on the development. This perception is very important because it is one of the key factors in accepting the development. The research was conducted at Kelurahan Belawan I, Medan Belawan Subdistrict, Medan. The types of development at Kampung Nelayan were concrete rebate
footpath, the construction of drilled wells, the construction of posyadu, the
construction of public toilets, and the construction of garbage dumps. The objective of the research was to find out the pattern of public perception on the development which had been done and to find out the factors of knowledge and need in shaping public perception related to the development.
The research was descriptive qualitative, supported by descriptive quantitative. The data consisted of primary data which were gathered by conducting field observation, interviews, questionnaires, and gathering secondary data and analyzed qualitatively in order to find out the influence of the factors of knowledge and need on the shaping of public perception.
The result of the research showed that there were various public perceptions on the development at Kampung Nelayan. There was general public perception on the construction of concrete rebate footpaths and the construction of drilled wells at Kampung Nelayan. 80% of the respondents stated that the construction of concrete rebate footpaths was good, and 72% of them stated that the construction of drilled wells was good. There was no opinion which became the general pattern of public perception on the construction of public toilets and public toilets since the distributed pattern was distributed evenly. From the analysis of the correlation of knowledge and need with the shaping of public perception, it was found that there was the correlation of knowledge and need with the shaping of public perception on the construction of concrete rebate footpaths and drilled wells, there was the correlation between need and the shaping of public perception on the construction of posyandu, there was no correlation of knowledge and need with the shaping of public perception
on the construction of public toilets and garbage dumps.
Keywords: Public Perception, People’s Knowledge and Need, Development of Kampung Nelayan
(17)
1.1 Latar Belakang
Kampung Nelayan Belawan merupakan perkampungan yang terletak di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Perkampungan ini dihuni sekitar 800 Kepala Keluarga (KK) dengan mata pencaharian utama bekerja sebagai nelayan. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat berbagai proses pembangunan yang menjadi dinamika pembangunan di Kampung Nelayan, baik pembangunan yang merupakan swadaya masyarakat ataupun pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak lain. Pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta biasanya merupakan sumbangan pembangunan sebagai bentuk corporate
social responsibility di Kampung Nelayan ataupun sumbangan dari berbagai kalangan
pengusaha. Sebagian dari usaha pembangunan tersebut belum dipergunakan secara maksimal atau dapat dirasakan manfaatnya, seperti pendirian pos kesehatan masyarakat oleh PT. Pertamina namun sebagian besar masyarakat masih belum menggunakan fasilitas kesehatan tersebut untuk kegiatan berobat atau seperti penyuluhan kebersihan lingkungan yang dilakukan kelompok mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara namun belum terlihat dampak perbaikan yang cukup signifikan dimana saat ini permukiman Kampung Nelayan masih tergolong permukiman kumuh. Hal ini dapat terjadi salah satunya dikarenakan kurangnya penerimaan masyarakat terhadap berbagai pembangunan yang telah dilakukan.
(18)
Persepsi masyarakat terhadap pembangunan sangat penting karena merupakan salah satu faktor kunci dalam penerimaan pembangunan.
Persepsi masyarakat terhadap suatu pembangunan merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan pembangunan tersebut. Makna positif atau negatif sebagai hasil persepsi seseorang terhadap pembangunan akan menjadi pendorong atau penghambat baginya untuk berperan dalam kegiatannya. Persepsi positif masyarakat dapat mendorong terjadinya partisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan sebaliknya persepsi negatif memungkinkan timbulnya partisipasi semu atau bahkan resistensi pembangunan di masyarakat. Keadaan yang demikian itu bila sering terjadi maka akan berakibat kurang lancarnya kegiatan sesuai dengan rencana sehingga menyulitkan usaha pencapaian tujuan pembangunan dan dapat berimplikasi kepada hasil pembangunan yang berkurang manfaatnya.
Pada akhir tahun 2012 PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) menyerahkan bantuan berupa 10 unit sumur bor dan 5 unit WC umum dan pada saat bersamaan juga dilakukan kegiatan bakti sosial perbaikan jalan kayu oleh para ibu ibu IIP BUMN (Ikatan Istri Pimpinan) wilayah Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) turut menyerahkan bantuan berupa papan jalan dan pembuatan lapangan upacara sekolah dasar. Selain itu, perusahaan yang secara kawasan bersinggungan langsung dengan Kampung Nelayan, yaitu PT. Pelabuhan Indonesia (PELINDO), memberikan bantuan berupa beasiswa pendidikan kepada anak anak warga Kampung Nelayan. PT. Pertamina melalui wujud program kepedulian
(19)
kesehatan masyarakat (Sehati) memberikan bantuan berupa pendirian posyandu. Peneliti tertarik untuk melihat berbagai isu persepsi berkembang yang terjadi di masyarakat, apakah berbagai kegiatan pembangunan yang dilakukan telah melalui proses penerimaan di dalam pemikiran masyarakat. Proses penerimaan di dalam pemikiran masyarakat tersebut disebut persepsi, yang merupakan proses bagaimana masyarakat menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan masukan informasi pembangunan yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk memberikan arti dan memaknai gambaran pembangunan di lingkungannya. Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat pengetahuan dan kebutuhan masyarakat mempengaruhi pembentukan persepsi masyarakat berkenaan dengan manfaat pembangunan tersebut. Adanya pengalaman pembangunan, kemampuan berpikir, kerangka acuan yang tidak sama pada masing masing individu dalam masyarakat maka akan memungkinkan untuk menghasilkan persepsi pembangunan yang tidak sama pula.
Meskipun berbagai usaha pembangunan telah dilakukan di Kampung Nelayan, namun di saat yang sama juga terjadi resistensi penerimaan maupun pemanfaatan pembangunan itu sendiri. Contohnya meskipun fasilitas kesehatan dasar posyandu telah didirikan di Kampung Nelayan namun banyak masyarakat yang memilih untuk melakukan pengobatan sendiri atau bahkan memiliki anggapan bahwa tidak perlu sampai pergi ke posyandu untuk mengobati penyakit kecil dan ringan. Hal ini sebagian dikarenakan prosedur pembangunan yang banyak dieksekusi secara top down dimana mengabaikan pentingnya untuk terlebih dahulu memahami tingkat persepsi akan kesehatan yang terdapat pada masyarakat Kampung Nelayan. Persepsi
(20)
akan kesehatan tersebut terbentuk dari tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan maupun tingkat kebutuhan akan hidup sehat pada populasi masyarakat Kampung Nelayan. Meskipun tentunya tingkat pengetahuan dan kebutuhan bukanlah satu satunya variabel faktor dalam membentuk persepsi masyarakat dan persepsi masyarakat juga bukanlah satu satunya faktor dalam menentukan keberhasilan pembangunan, namun penelitian ini penting dilakukan dengan maksud untuk meletakkan komponen persepsi sebagai salah satu dasar pondasi dan dapat menjadi informasi yang berguna bagi berbagai rencana pembangunan di masa depan sehingga tercapainya pembangunan yang dapat diterima oleh masyarakat secara keseluruhan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yang menjadi research question yaitu bagaimana pengaruh faktor pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat berkenaan dengan pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak selama ini.
1.3 Pembatasan Masalah
Meskipun banyak faktor (variabel) yang potensial memengaruhi pembentukan persepsi, namun mengingat dan mempertimbangkan segenap keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini hanya dibatasi pada upaya menemukan pengaruh faktor (variabel) pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat. Perlu ditegaskan bahwa penelitian ini tidak
(21)
melihat sampai sejauh mana keterkaitannya dengan peran serta masyarakat dalam pembangunan sebagai resultan bentuk tindakan ataupun aksi yang dapat timbul setelah adanya dorongan stimulus persepsi.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian
research question yang muncul dengan latar belakang seperti yang diuraikan di atas
yaitu:
1. Menemukan pola persepsi masyarakat Kampung Nelayan Belawan Medan terhadap usaha usaha pembangunan yang sudah pernah dilakukan selama ini oleh berbagai pihak di Kampung Nelayan Belawan Medan.
2. Menemukan pengaruh faktor pengetahuan dan kebutuhan dalam pembentukan persepsi masyarakat berkenaan dengan pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak selama ini.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/kegunaan yaitu antara lain:
1. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan kependidikan serta dapat menjadi masukan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan
(22)
mengambil kancah penelitian yang berbeda. Penelitian lanjutan linear
dapat dilakukan misalnya dengan melihat hubungannya (persepsi) dengan lebih lanjut terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan ataupun penelitian lanjutan expanded dengan melihat faktor variabel lain yang berbeda dalam membentuk terjadinya persepsi.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pemerintah dan berbagai pihak khususnya dalam maksud melaksanakan pembangunan di Kampung Nelayan Belawan Medan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi berbagai rencana pembangunan di masa depan sehingga tercapainya pembangunan yang dapat diterima oleh masyarakat secara keseluruhan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini dibuat untuk mempermudah dalam menyusun tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah yang mendasari pentingnya diadakan penelitian, Perumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
(23)
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi tinjauan teori yang mendeskripsikan pengertian dari persepsi, faktor faktor pembentuk persepsi, dinamika pembangunan dan kehidupan masyarakat nelayan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data yang digunakan, dan Pertanyaan Pertanyaan Penelitian.
BAB IV : GAMBARAN UMUM KAWASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran mengenai kawasan penelitian dan ragam dinamika kegiatan pembangunan yang dilakukan.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Hasil Penelitian, Distribusi Data, dan Pembahasan Hasil Penelitian yang dilakukan.
BAB VI : PENUTUP
Berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.
(24)
2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi
Pengertian persepsi berasal dari Bahasa Inggris, perception yang artinya persepsi, penglihatan, tanggapan; yaitu proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera indera yang dimilikinya atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono dan Gulo, 1987). Kotler (2000) menerangkan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2003) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) menjelaskan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Walgito (1994) berpendapat bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan
(25)
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, maka contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya dari buah itu secara seksama sehingga timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005). Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu masyarakat akan ikut berperan dalam persepsi tersebut (Walgito, 1994). Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu
(26)
sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, maka akan menimbulkan kemungkinan hasil persepsi antara individu dengan individu yang lain tidak sama.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi masyarakat merupakan suatu proses bagaimana masyarakat menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan masukan informasi pembangunan dan pengalaman pengalaman pembangunan yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk memberikan arti dan memaknai gambaran pembangunan. Adanya pengalaman pembangunan, kemampuan berpikir, kerangka acuan yang tidak sama pada masing masing individu dalam masyarakat maka akan memungkinkan untuk menghasilkan persepsi pembangunan yang tidak sama pula.
2.1.2 Proses terjadi persepsi
Mutmainah (1997) menggambarkan proses terjadinya persepsi pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi Sumber: Psikologi Komunikasi (Mutmainnah, 1997)
Objek dan peristiwa
di dunia t
Berupa energi informasi
Pengalaman perseptual
(perceived world)
Diolah dengan peristiwa di
otak (3) Otak Sinyal (2)
(27)
Objek atau peristiwa yang terdapat di dunia nyata real world akan diterima oleh alat indera manusia: (1) Berupa masukan masukan informasi atau disebut stimulus. Stimulus tersebut kemudian diubah oleh alat indera menjadi sinyal yang dimengerti oleh otak; (2) “Komputer” otak akan mengolahnya dengan membandingkannya dengan peristiwa peristiwa relevan yang tersimpan di otak (3) sehingga menjadi pengalaman perseptual. Dunia yang dipersepsi bukanlah “dunia ang nyata” real world. Yang kita persepsi adalah “dunia yang kita pahami” perceived
world (Mutmainnah, 1997).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Darwin P. Hunt, (2003) persepsi terbentuk atas tiga faktor yaitu pengetahuan, keyakinan dan kebutuhan. “It is knowledge, beliefs and needs that structure our perceptions by interpreting the data of our senses”.
Menurut Richard L Gregory (1997), dikatakan bahwa persepsi berkaitan secara tidak langsung dengan objek yang diterima oleh indera manusia dan bahwa pengetahuan manusia dibutuhkan guna menyimpulkan objek yang diterima oleh sensor indera kita sehingga objek tersebut menjadi berarti. “Human perception is but indirectly related to objects, being inferred from fragmentary and often hardly relevant data signalled by the eyes, so requiring inferences from knowledge of the
world to make sense of the sensory signals”.
Adapun menurut Muhyadi (1989), persepsi yang terbentuk sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu orang yang membentuk persepsi itu
(28)
sendiri, stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu, situasi di mana pembentukan persepsi itu terjadi. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern atau karakteristik pribadinya, sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, pengetahuan, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.
Robbins (2003), mengemukakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
1. Pelaku persepsi, yaitu bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari perilaku persepsi itu. Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, pengetahuan, motif atau kebutuhan, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi).
2. Target/obyek, yaitu karakteristik karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan, seperti orang yang keras suaranya akan lebih mungkin untuk lebih diperhatikan dari suatu kelompok mereka yang pendiam. Hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang mirip.
3. Situasi, yaitu unsur unsur lingkungan sekitar kita yang mempengaruhi persepsi, seperti waktu, keadaan/tempat kerja, dan keadaan sosial.
(29)
Menurut Miftah Thoha (1996) faktor faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya adalah:
1. Faktor intern, antara lain perasaan, sikap dan kepribadian individual, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi dari individu.
2. Faktor ekstern, antara lain intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerakan, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.
Mutmainnah (1997) mengatakan faktor faktor personal yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain adalah kebutuhan atau motif, keyakinan, tujuan, kapabilitas yang mencakup hal hal seperti pengetahuan, kegunaan, gaya komunikasi dan pengalaman atau kebiasaan. Mutmainnah juga mengatakan bahwa terdapat faktor stimuli objek yang mempengaruhi persepsi antara lain karakter fisik objek, pengorganisasian pesan, kebaruan, mode dan asal mula informasi. Mutmainnah menggolongkan pengaruh, media dan lingkungan sebagai situasi yang dapat mempengaruhi persepsi.
Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas dapat dibuat pengelompokkan variabel variabel faktor pembentuk persepsi dari berbagai pendapat ahli, secara Tabel 2.1.
(30)
Tabel 2.1. Faktor yang mempengaruhi persepsi Variabel
Darwin P. Hunt
Richard Gregory
Muhyadi Robbins
Miftah Thoha
Mutmainah
Pengetahuan v v v v v
Keyakinan v v
Kebutuhan v v v v v
Pengalaman masa lalu
v v v
Sikap v v v
Kepribadian v
ekspektasi v v v
Target/objek v v v
Situasi V v v
2.2 Masyarakat
Dalam kamus bahasa Inggris, masyarakat disebut society asal katanya socius yang berarti kawan. Arti yang lebih khusus, bahwa masyarakat adalah kesatuan sosial yang mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat dan sebaginya. Sedangkan jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang berasal dari unsur-unsur masyarakat meliputi pranata, status dan peranan sosial. Sehingga para pakar sosiologi seperti Mac Iver, J.L Gillin memberikan pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang
(31)
saling bergaul berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu identitas bersama (Soelaiman, dalam Adrianto, 2006).
2.3 Pembangunan
2.3.1 Pengertian pembangunan
Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan progress, pertumbuhan dan diversifikasi. Para ahli memberikan pengertian pembangunan yang beragam. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1988), pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat bangsa itu. Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Pembangunan adalah proses perubahan yang
(32)
mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya. Portes (1998) mendefenisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh sutau negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu society atau Negara state akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tiap tiap negara selalu mengejar pembangunan dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian. Sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu, walaupun bukan satu satunya. Hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan finansial dalam kehidupan. Pembangunan seharusnya
(33)
diselidiki sebagai suatu proses multi dimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial (Todaro, 2000). Sejalan dengan pendapat tersebut Dudley Seers, menyatakan bahwa pembangunan menuju pada tiga sasaran penting yaitu mengurangi: kemiskinan (poverty), pengangguran (unemployment), dan ketimpangan (inequality).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dinamika pembangunan Kampung Nelayan adalah aktifitas pergerakan pergerakan usaha untuk memperbaiki kondisi yang lebih baik bagi masyarakat untuk menuju ke arah kemajuan di Kampung Nelayan. Maju mundurnya suatu masyarakat dapat dilihat dari hasil hasil pembangunan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat tersebut.
2.3.2 Stakeholder dalam pembangunan
Dalam melaksanakan pembangunan terdapat tiga komponen utama agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik dan berhasil, pertama yaitu pemerintah, kedua masyarakat dan ketiga swasta. Ketiganya memiliki peranan masing masing, tetapi dalam pelaksanaannya ketiga komponen tersebut harus saling berkoordinasi, bekerjasama dan saling melengkapi. Secara lebih jelas peranan ketiga komponen tersebut adalah:
a. Peran Pemerintah
Sesuai dengan peraturan yang berkaitan dengan otonomi daerah maka pemerintah sekarang ini dalam melaksanakan program pembangunannya tidak dapat menerapkan pola-pola yang bersifat arahan, instruksi, binaan
(34)
maupun pedoman pelaksanaan beserta petunjuk teknisnya namun lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guna mempercepat keberhasilan pembangunan prasarana dasar permukiman maka peranan pemerintah dapat berupa pemberian stimulan yang berupa konsultasi dan kemudahan berkomunikasi, material dan dana.
b. Peran Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan pembangunan, karena mereka dapat berperan baik sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Keterlibatan masyarakat akan sangat mendorong terciptanya suatu hasil pembangunan yang baik, karena biar bagaimanapun masyarakatlah yang mengetahui sekaligus memahami kondisi apa yang ada di wilayahnya. Disamping itu, dengan melibatkan mereka dalam proses pembangunan, pemerintah telah memberikan kepercayaan kepada masyarakat sehingga mereka dapat merasa ikut bertanggung jawab dan merasa memiliki program-program pembangunan.
c. Peran Swasta
Secara umum peranan swasta tidak dapat dipisahakan dari peran masyarakat, namun demikian peranan mereka sangat besar terhadap laju pembangunan. Adanya kewenangan suatu daerah untuk mengatur rumah tangganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, akan membuka peluang bagi para investor pemegang modal untuk menanamkan usahanya. Perlu disadari bersama bahwa anggaran pemerintah untuk pembangunan
(35)
sangat terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat yang boleh dikata tidak mempunyai batas. Munculnya investor akan sangat membantu pelaksanaan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Apabila hal ini benar benar bisa terwujud maka pemerintah sangat diuntungkan, karena modal yang akan dikeluarkan akan relatif sedikit dan percepatan pembangunan dapat dicapai dengan merata.
2.3.3 Persepsi masyarakat dalam pembangunan
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan terdapat banyak hal dan aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah keterlibatan masyarakat di dalam pembangunan. Salah satu keuntungan dengan adanya perlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah pembangunan akan berjalan sesuai dengan tanggapan dan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Adrianto (2006) diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat partisipasi masyarakat terhadap persepsi masyarakat, dimana di dalam penelitiannya disimpulkan bahwa pada responden masyarakat yang memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi terhadap pelaksanaan pembangunan prasarana dasar memiliki tingkat persepsi terhadap pembangunan prasarana dasar yang lebih baik pula. Sejalan dengan itu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nugraha (2009) dikatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara partisipasi dan persepsi masyarakat dalam pembangunan kota dimana di dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat yang memiliki persepsi tentang ruang
(36)
terbuka hijau yang lebih baik memiliki tingkat partisipasi pembangunan yang lebih tinggi pula.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan hubungan garis lurus antara persepsi dan partisipasi masyarakat di dalam pembangunan dan perlunya dilakukan pengkajian terhadap tingkat persepsi masyarakat yang dapat berfungsi sebagai tolak ukur ataupun indikator peran serta masyarakat di dalam pembangunan.
2.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan terbagi atas 6 (enam) tingkatan yaitu:
1. Tahu (know) berarti ingat materi dipelajari sebelumnya secara benar. 2. Memahami (comprehension) artinya mampu menjelaskan objek yang
diketahui dan bisa menginterpretasikan materi dengan benar.
3. Aplikasi (Application) berarti mampu memakai materi yang dipelajari dari situasi sebenarnya.
4. Analisis (analysis) berarti mampu menjabarkan materi pada komponen, tetapi dalam struktur organisasi yang masih berkaitan.
5. Sintesis (synthesis) berarti mampu menghubungkan bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.
(37)
6. Evaluasi (evaluation) berarti mampu menilai materi.
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut lebih lanjut dikatakan Arikunto, yaitu:
1. Baik, bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan.
2. Cukup, bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.
3. Kurang, bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan.
Pengetahuan masyarakat Kampung Nelayan tentang pembangunan adalah pengetahuan akan pembangunan yang dimiliki masyarakat Kampung Nelayan yang diperoleh dari berbagai pengamatan melalui unsur inderawi tentang pembangunan itu sendiri. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah, kegiatan diskusi, sosialisasi, pengalaman pembangunan,,dan sebagainya. Misalnya seseorang mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya penggunaan sabun pada saat membersihkan tangan, yang diperoleh melalui penginderaan mata dan telinga ketika melihat dan mendengarkan pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang diberikan guru di sekolah. Ketika masyarakat mampu memakai sabun saat membersihkan tangan, maka berdasarkan pendapat Notoatmodjo masyarakat tersebut terletak pada tingkatan ketiga; aplikasi (application) yaitu mampu memakai materi yang dipelajari dari situasi sebenarnya.
(38)
Dengan berpengetahuan yang baik dapat berimplikasi kepada tindakan yang baik pula. Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003) perilaku terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor). Apabila dikaitkan dengan seorang masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik, maka akan berdampak terhadap tindakan seseorang tersebut sebagai perwujudan sikap menjadi perbuatan nyata sesuai yang diharapkan. Perbuatan nyata membuang sampah pada tempatnya merupakan manifestasi tindakan yang diharapkan dari usaha usaha memberikan pengetahuan tentang kebersihan lingkungan.
Bila proses perilaku ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya bila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Contohnya ibu-ibu menjadi peserta Keluarga Berencana, karena diperintahkan oleh lurah tanpa mengetahui makna dan tujuan Keluarga Berencana, maka mereka akan segera keluar dari keikutsertaannya dalam Keluarga Berencana setelah beberapa saat perintah tersebut diterima (Notoatmodjo, 2007).
Dapat disimpulkan pengetahuan turut berkontribusi dalam menentukan keberhasilan pembangunan meskipun tentu masih terdapat berbagai faktor lain, sehingga dengan terdapatnya berbagai dinamika pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan, variabel pengetahuan menjadi salah satu komponen penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan di wilayah perkampungan tersebut.
(39)
2.5 Kebutuhan
Teori yang cukup terkenal dalam membahas tentang kebutuhan salah satunya adalah teori Abraham Maslow yang mengklasifikasikan kebutuhan ke dalam lima tingkat. Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida kebutuhan. Tingkatan tersebut dimulai dari yang terendah sampai tertinggi yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan mewujudkan jati diri.
Maslow mengatakan bahwa kebutuhan dasar fisik/fisiologis dan keamanan terlebih dahulu harus terpenuhi sebelum memenuhi kebutuhan kebutuhan lainnya. Adapun contoh Kebutuhan fisiologis seperti sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. Kebutuhan keamanan seperti bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya. Kebutuhan sosial misalnya adalah memiliki teman, memiliki keluarga, dan lain lain. Kebutuhan penghargaan meliputi hal hal sepeti pujian, piagam, tanda jasa, hadiah. Terakhir adalah kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
2.6 Kampung Nelayan
Kampung merupakan bentuk permukiman yang unik, dihuni penduduk berpendapatan menengah ke bawah, dapat tersebar di seluruh wilayah kota seperti di pusat kantor dan perdagangan, pusat pemerintah, pusat perbelanjaan, pusat sosial dan
(40)
sebagainya. Kampung juga dapat diartikan sebagai desa atau dusun, dapat pula sebagai kelompok rumah rumah yang merupakan bagian kota, dan biasanya yang rumahnya kurang bagus (Silas, 1998). Masyarakat kampung nelayan adalah masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya di sepanjang hari dengan kehidupan yang dihasilkan oleh laut. Laut adalah tempat dimana mereka mengelola kehidupannya, mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi kelautan. Sumber kehidupan yang berada di laut mempunyai makna bahwa manusia yang akan memanfaatkan sumber hidup yang tersedia di laut tidak mempertentangkan dirinya dengan hukum hukum alam kelautan yang telah terbentuk dan terpola seperti yang mereka lihat dan rasakan.
Salah satu ciri perilaku sosial kehidupan dari masyarakat nelayan dapat disimak dalam pernyataan antropolog Belanda (Boelaars, 1984) “Orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan atau status sosial. Mereka sendiri mengakui bahwa mereka cepat marah, mudah tersinggung, lekas menggunakan kekerasan, dan gampang cenderung balas membalas sampai dengan pembunuhan. Orang pesisir memiliki rasa harga diri yang amat tinggi dan sangat peka. Perasaan itu bersumber pada kesadaran mereka bahwa pola hidup pesisir memang pantas mendapat penghargaan yang tinggi”.
Masyarakat nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka. Hal ini dikarenakan nelayan menghadapi sumber daya yang bersifat “open access” dengan tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Nelayan mesti berpindah-pindah tempat untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga dalam kegiatannya menjadi
(41)
berisiko tinggi. Berbeda dengan petani, masyarakat petani menghadapi sumber daya yang lebih terkontrol yakni pengolahan lahan produksi. Karakteristik masyarakat nelayan yaitu rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah, dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas, pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan tidak sadar lingkungan serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko. Hal ini dapat dilihat pada permukiman Kampung Nelayan dimana saat ini tergolong merupakan permukiman kumuh dengan perilaku masyarakat yang cenderung kurang perduli akan kebersihan dan lingkungan sekitar.
Apabila dikaitkan dengan pendapat Indra Wijaya (1989) yaitu “Bagaimana tafsiran dan pemikiran seseorang terhadap semua rangsangan yang diproseskan itu akan tampak pengaruhnya dalam perilaku atau dalam sikap yang berkaitan dengan hal hal yang dipersepsikan”, maka dengan demikian perilaku sikap masyarakat Kampung Nelayan yang cenderung kurang perduli akan kebersihan dan lingkungan merupakan manifestasi sikap dari persepsi masyarakat akan lingkungan tempat tinggalnya. Apabila dikaitkan dengan sikap pembangunan hal tersebut memiliki integrasi yang erat sebagai dasar perilaku yang membentuknya. Kondisi yang demikian dapat dipahami mengingat waktu masyarakat nelayan yang banyak berada di laut dimana ketika sedang mencari ikan dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu di laut, tidak seperti masyarakat darat yang sudah lebih teratur, pola aktifitas masyarakat nelayan terpusat pada kegiatan mencari ikan dimana laut adalah satu satunya sumber kehidupan dan tidak terlalu memikirkan aspek kehidupan
(42)
lainnya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pembangunan masyarakat nelayan.
Merujuk pada kajian teoritik dan dengan mempertimbangkan keterbatasan keterbatasan dan pemilihan komponen variabel faktor pembentuk persepsi yang dipilih, maka dapat dibangun model penelitian yang secara bagan dapat divisualisasikan seperti Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Model Penelitian Pengetahuan
Masyarakat Tentang Pembangunan
Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan
Kebutuhan Masyarakat akan
(43)
Adapun simpulan teori yang digunakan dijelaskan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Simpulan Teori
Teori Variabel Data yang diperlukan Metoda Darwin P. Hunt,
(2003) "The concept of knowledge and how to measure it", Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 Iss: 1, hal 101. “It is knowledge (pengetahuan), beliefs and needs (kebutuhan) that structure (membentuk) our perceptions (persepsi) by interpreting the data of our senses”. Tingkat pengetahuan masyarakat terkait pembangunan Pengetahuan masyarakat setempat tentang pembangunan Menyebarkan kuisioner Tingkat kebutuhan masyarakat akan pembangunan Kebutuhan masyarakat akan pembangunan Menyebarkan kuisioner Pola persepsi masyarakat terhadap dinamika pembangunan Interpretasi masyarakat setempat mengenai dinamika pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan Menyebarkan kuisioner terkait dinamika pembangunan di Kampung Nelayan Robbins, (2003) mengatakan bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, pembentukan persepsi penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh Objek Pembangunan Objek Pembangunan yang sudah dilakukan di Kampung Nelayan Melakukan observasi dan affirmative interview dalam rangka mengidentifikasi objek pembangunan yang sudah dilakukan di Kampung Nelayan Pembentukan persepsi Pengetahuan masyarakat setempat tentang Menganalisa data secara deskriptif
(44)
Tabel. 2.2 (Lanjutan)
Teori Variabel Data yang diperlukan Metoda karakteristik
pribadi dari perilaku persepsi itu. Dua di antara karakteristik pribadi yang disebut oleh Robbin adalah pengetahuan dan kebutuhan individu tersebut
Masyarakat Pembangunan
Kebutuhan masyarakat akan pembangunan Interpretasi masyarakat setempat mengenai dinamika pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan
dengan menggunakan tabulasi silang dan secara analitik dengan
menggunakan Chi- Square Test dalam mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan masyarakat terhadap persepsi masyarakat
(45)
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dan membuat gambaran deskripsi dari penelitian. Kajian dilakukan terhadap faktor pengetahuan, kebutuhan dan persepsi masyarakat. Tahapan selanjutnya peneliti melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan analisis kualitatif di dalam menganalisa hubungan faktor pengetahuan dan kebutuhan terhadap pembentukan persepsi masyarakat berkenaan dengan pembangunan yang dilakukan di Kampung Nelayan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di kawasan perkampungan Kampung Nelayan yaitu di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka dapat diidentifikasi variabel variabel yang menjadi kriteria pemilihan lokasi penelitian yaitu variabel lokasi populasi persepsi masyarakat, variabel lokasi populasi tingkat pengetahuan masyarakat, variabel lokasi populasi kebutuhan masyarakat dan variabel lokasi dinamika pembangunan. Keempat variabel tersebut harus berada pada satu daerah lokasi yang sama sebagai parameter lokasi proses penelitian guna menemukan pengaruh variabel satu dan lainnya sesuai dengan tujuan penelitian. Berbagai
(46)
dinamika pembangunan yang terjadi di Kampung Nelayan dengan maksud manfaat pembangunan yang ditujukan untuk dapat dirasakan seluruh masyarakat Kampung Nelayan, yang memiliki berbagai persepsi dan tingkat pengetahuan pembangunan dan kebutuhan akan pembangunan yang beragam pula sehingga alasan kesamaan lokasi dimana keseluruhan proses keempat variabel tersebut terjadi menjadikan Kampung Nelayan sebagai tempat pemilihan lokasi penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh masyarakat yang tinggal di perkampungan Kampung Nelayan, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Sampel adalah sebagian masyarakat yang mewakili untuk diperiksa guna kepentingan penelitian. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin. Pengambilan sampel masyarakat yang diperiksa yang terpilih dilakukan secara random. Maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simple random
sampling, yang bertujuan agar sampel dapat mewakili masyarakat di Kampung
Nelayan.
n
=
N1+Ne2
...
(3.1)n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian yang ditolerir yaitu sebesar 10% sehingga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan studi sebesar 90%
(47)
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel pada penelitian ini: n = Jumlah sampel pada penelitian ini
N = Jumlah populasi, dalam hal ini jumlah penduduk Kampung Nelayan Belawan e = Derajat kecermatan studi yang diharapkan 10%
Berdasarkan asumsi di atas maka jumlah sampel yang akan diambil adalah sebesar:
n
=
N 1+Ne2=
4052
1+4052 x 0,12
=
405241,52
=
97,591 ≈ 1003.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses untuk mendapatkan data empiris melalui responden dengan metode tertentu. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya:
1. Pengumpulan Data Primer
Merupakan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada objek penelitian di lapangan, baik melalui pengamatan
observasi langsung maupun wawancara interview dan penyebaran angket
kuisioner. Dalam melakukan pengamatan observasi objek yang diamati adalah ragam pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan. Wawancara interview dilakukan dengan cara mewawancara pihak pemerintah yaitu kepala lingkungan setempat. Penyebaran angket kuisioner dibuat untuk memperoleh data informasi berkaitan dengan variabel
(48)
penelitian yaitu data pengetahuan, data kebutuhan, dan persepsi masyarakat setempat akan pembangunan.
Batasan pengetahuan masyarakat yang akan diteliti dibatasi dengan ragam pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan selama ini yaitu: a. Pengetahuan masyarakat tentang fungsi sumur bor dan air bersih. b. Pengetahuan masyarakat tentang fungsi WC umum dan sanitasi. c. Pengetahuan masyarakat tentang posyandu dan kesehatan.
d. Pengetahuan masyarakat terhadap fungsi jalan setapak rabat beton . e. Pengetahuan masyarakat tentang terhadap penyuluhan kebersihan
sampah dan lingkungan.
Batasan kebutuhan masyarakat yang akan diteliti dibatasi dengan ragam pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan selama ini yaitu: a. Kebutuhan masyarakat akan sumur bor dan air bersih.
b. Kebutuhan masyarakat akan WC umum dan sanitasi. c. Kebutuhan masyarakat akan posyandu.
d. Kebutuhan masyarakat akan jalan setapak rabat beton.
e. Kebutuhan masyarakat akan kebersihan sampah dan lingkungan.
Batasan persepsi masyarakat yang akan diteliti dibatasi dengan hanya kaitannya dengan pembangunan yang telah terjadi di Kampung Nelayan selama ini yaitu:
a. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan sumur bor di Kampung Nelayan.
(49)
b. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan WC umum di Kampung Nelayan.
c. Persepsi masyarakat terhadap pendirian posyandu di Kampung Nelayan. d. Persepsi masyarakat terhadap perbaikan jalan setapak rabat beton di
Kampung Nelayan.
e. Persepsi masyarakat terhadap penyuluhan kebersihan sampah di Kampung Nelayan.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan peneliti dengan cara tidak langsung ke objek penelitian, tetapi melalui penelitian terhadap dokumen dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2006) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
3.5 Metode Analisa Data
Setelah mendapatkan data data penelitian, yaitu data pengetahuan masyarakat setempat tentang pembangunan, data kebutuhan masyarakat akan pembangunan dan data persepsi masyarakat setempat mengenai dinamika pembangunan selanjutnya ketiga jenis data tersebut digunakan menjadi bahan analisa. Berdasarkan pendapat Darwin P. Hunt, (2003) bahwa persepsi dibentuk berdasarkan pengetahuan dan
(50)
kebutuhan manusia maka dapat dijabarkan bahwa data persepsi merupakan variabel terikat yang dibentuk variabel bebas yaitu data pengetahuan atau data kebutuhan, sehingga dapat dikatakan variabel persepsi memiliki hubungan fungsional dan kausal dengan variabel pengetahuan dan variabel kebutuhan. Metode analisa yang digunakan dalam meneliti hubungan antara variabel salah satunya adalah dengan menggunakan analisis Pearson Chi Square Test.
Ketiga variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala likert dimana untuk variabel pengetahuan diukur dengan data ordinal dengan kategori data yaitu berpengetahuan kurang, berpengetahuan cukup dan berpengetahuan baik. Untuk variabel kebutuhan diukur dengan data ordinal dengan kategori data yaitu tidak membutuhkan, membutuhkan dan sangat membutuhkan. Untuk variabel persepsi masyarakat akan pembangunan diukur dengan data ordinal dengan kategori data yaitu sangat tidak baik, tidak baik, cukup baik, baik dan sangat baik. Dalam mendapatkan data ordinal kebutuhan dan data ordinal persepsi dilakukan langsung dengan menyebarkan angket kuisioner, namun untuk mendapatkan data ordinal pengetahuan perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu yaitu dengan cara melakukan scoring penilaian terhadap jawaban atas pertanyaan pertanyaan pengetahuan yang diberikan kepada responden. Kategori berpengetahuan baik adalah apabila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan. Kategori berpengetahuan cukup apabila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan. Kategori berpengetahuan kurang apabila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan.
(51)
Jumlah frekuensi dari masing masing kategori atas ketiga variabel tersebut akan saling diperbandingkan secara tabulasi silang untuk kemudian dilakukan analisa komparatif dengan teknik chi square untuk memperoleh hubungannya, dengan rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ho diterima: Tidak ada hubungan faktor pengetahuan/kebutuhan dengan persepsi masyarakat.
2. Ho ditolak: Terdapat hubungan faktor pengetahuan/kebutuhan dengan persepsi masyarakat.
Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan melihat perbandingan X2 hitung dengan X2 tabel:
1. Jika X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima 2. Jika X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak
Dalam menentukan X2 tabel (df k-1xk-1) = 8, pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai X2 tabel sebesar 15,507.
Dengan menggunakan metode analisa tersebut maka akan diperoleh hasil penelitian untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menemukan pengaruh tingkat pengetahuan dan kebutuhan masyarakat terhadap pembentukan persepsi berkenaan dengan pembangunan yang sudah pernah dilakukan di Kampung Nelayan Belawan Medan.
(52)
4.1 Kawasan Penelitian
Kawasan penelitian terletak di Kampung Nelayan Lingkungan XII Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Kelurahan ini memiliki luas wilayah ± 110 Ha (Gambar 4.1).
(53)
Berdasarkan letak geografis Kampung Nelayan berbatasan dengan, sebelah utara dengan Paluh, sebelah selatan dengan Sei Belawan, sebelah timur dengan Pulau Nonang, dan sebelah barat dengan Sei Batang Serang.
Menurut narasumber Kepala Lingkungan XII Kampung Nelayan telah berdiri sejak tahun 1937, yang saat ini ditempati ± 800 kk. Berdasarkan data yang dikumpulkan Kepala Lingkungan jumlah penduduk pada tahun 2013 berjumlah sekitar 4052 jiwa. Kampung Nelayan pada mulanya termasuk ke dalam wilayah Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, seiring perjalanan waktu kemudian masuk ke dalam bagian Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Kampung ini juga termasuk ke dalam area kewilayahan administrasi Pelindo Belawan dimana sesuai dengan peraturan pemerintah perkampungan ini termasuk di dalam kewilayahan berjarak radius 1.000 meter dari Pelabuhan Umum Belawan (Gambar 4.2).
(54)
Perkampungan ini tumbuh secara organik pada tahun 1937 yang pada awalnya berfungsi sebagai tempat persinggahan sementara yang dibangun masyarakat nelayan ketika mencari ikan di laut. Sejak pertama berdiri memang tidak melibatkan pemerintah ataupun perancang, dimana masyarakat Kampung Nelayan mulai membangun tonggak tonggak kayu pancang pondasi tempat tinggal di atas air tanpa surat kepemilikan yang jelas. Seiring berjalan waktu perkampungan terus tumbuh dan berkembang lebih banyak lagi ke bagian dalam sisi daratan. Pada bagian dalam sisi daratan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang terdapat sebagian masyarakat yang ber-KTP Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Perkampungan ini cukup terisolir dari Kecamatan Medan Belawan utamanya dikarenakan kesulitan aksesibilitas dalam menjangkau wilayah tersebut. Laut sebagai jalur perlintasan kapal besar ternyata juga merupakan hambatan utama dalam berbagai kegiatan penyeberangan dari wilayah induk Kecamatan Belawan menuju perkampungan nelayan. Hal tersebut cukup ironis mengingat daerah Belawan merupakan daerah pelabuhan berskala internasional dengan berbagai kegiatan aktifitas perekonomian dan perdagangan di dalamnya. Satu satunya akses dari Kecamatan Medan Belawan menuju ke Kampung Nelayan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi air yakni berupa motor boat atau sampan kecil yang setiap hari menunggu di tangkahan Belawan.
Kampung Nelayan terbagi menjadi 5 blok lingkungan yaitu, Blok Kampung Depan, Blok Kampung tengah, Blok Kampung banjar, Blok Kampung kerang, dan Blok Kampung taruna (Gambar 4.3).
(55)
Gambar 4.3 Kampung Nelayan terdiri dari 5 blok 4.2 Pembangunan Jalan Setapak Rabat Beton
Saat ini Kampung Nelayan memiliki jalan setapak lingkungan sepanjang hampir 5 km yang terdiri dari jalan setapak papan kayu sepanjang sekitar 4300 m dan jalan setapak rabat beton sepanjang sekitar 678 m (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Peta Jaringan Jalan Kampung Nelayan Blok kp
taruna
Blok kp banjar
Blok kp kerang
Blok kp tengah
(56)
Jalan setapak di Kampung Nelayan dibangun oleh masyarakat dan berbagai pihak yang turut berpartisipasi di dalam pembangunan. Jalan setapak kayu merupakan jenis tipe konstruksi jalan yang pertama sekali dibangun di Kampung Nelayan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas prasarana perjalanan di Kampung Nelayan, biasanya jalan ini memiliki lebar tiga sampai lima keping papan dengan lebar total kurang dari 1,5 m dan hanya dapat dilalui oleh dua orang pengguna jalan (gambar 4.5). Jalan setapak ini pada umumnya dibangun dengan maksud untuk mendapatkan akses tercepat menuju ke laut tanpa direncanakan dengan fungsi kawasan kawasan tertentu seperti akses menuju sekolah, akses menuju pasar dan lainnya sehingga mengakibatkan sistem jaringan jalan yang ada di Kampung Nelayan menjadi tidak terstruktur.
Seiring waktu pembangunan jalan setapak dengan konstruksi rabat beton semakin dirasakan perlu dan secara bertahap mulai dilakukan. Hal ini dikarenakan jalan setapak rabat beton dapat menjadi solusi alternatif yang lebih baik daripada penggunaan material dari papan kayu. Masyarakat sering mengalami permasalahan kondisi jalan setapak papan kayu yang sudah tidak layak untuk dilalui yang dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan setapak di atasnya. Umumnya pengggunaan material dari papan kayu tidak dapat bertahan lama, selain dari karakter material itu sendiri hal ini juga diperburuk atas kondisi cuaca pasang surut yang terjadi hampir setiap hari di Kampung Nelayan dan menjadikan papan kayu semakin rentan akan kerusakan/pelapukan (Gambar 4.5).
(57)
Gambar 4.5 Pembangunan Jalan Setapak Rabat Beton Kampung Nelayan
Pembangunan jalan setapak rabat beton mulai dilaksanakan pertama kali pada tahun 2005 dan semenjak itu terus dilakukan penambahan peningkatan jalan rabat beton secara bertahap setiap tahunnya. Sejak awal pembangunan dilaksanakan secara partisipatif oleh swadaya masyarakat di bawah program PNPM/P2KP oleh pemerintah. Pembangunan jalan setapak rabat beton dilaksanakan secara bertahap
(58)
sesuai kesanggupan kondisi keuangan dan pemilihan titik/segmen lokasi rencana kerja berdasarkan kriteria lokasi yang dianggap prioritas dan paling mendesak untuk dibangun. Umumnya berdasarkan kondisi jalan yang paling buruk dan membahayakan keselamatan, jalan sentral strategis yang menangkap kepentingan orang banyak dan juga mempertimbangkan pemerataan bagi masyarakat. Pada saat pelaksanaan pekerjaan dikerjakan oleh satu orang tukang, satu orang kenek tukang, dan sebagian kecil masyarakat sebagai pekerja. Keseluruhan pekerja merupakan masyarakat Kampung Nelayan yang membentuk suatu Kelompok Swadaya Masyarakat dan diberikan nama atau disingkat seperti contohnya KSN Melati dan diawasi oleh fasilitator dari PNPM/P2KP.
4.3 Pembangunan Sumur Bor
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar dan utama bagi penduduk Kampung Nelayan. Kondisi lingkungan sekitar menyulitkan masyarakat dalam memperoleh air bersih dimana air yang tersedia di Kampung Nelayan Belawan Medan adalah air asin atau air payau. Untuk memperoleh air bersih masyarakat harus menggali sumur dalam dengan kedalaman yang cukup di bawah laut untuk kemudian dapat dipompa dan cukup layak untuk digunakan sebagai air minum (Gambar 4.6).
(59)
Gambar 4.6 Pembangunan Sumur Bor Kampung Nelayan
Situasi perkampungan yang terisolir sedemikian menjadikan sampai pada saat ini Kampung Nelayan belum memiliki jaringan pipa air minum dari perusahaan air minum daerah. Tidak seperti pada daerah daratan, kondisi resapan air asin yang cukup tinggi di pinggir laut membuat masyarakat kesulitan dalam memperoleh air bersih. Pengeboran pipa dilakukan puluhan meter untuk mendapatkan kualitas air yang cukup baik untuk dapat diminum.
Saat ini terdapat sekitar 50 titik sumur bor sebagai sumber ketersediaan air bersih bagi masyarakat Kampung Nelayan (Gambar 4.7).
(60)
Gambar 4.7 Peta Lokasi Sumur Bor
Pembangunan sumur bor dilakukan oleh masyarakat sendiri dan dari berbagai sumbangan pembangunan di Kampung Nelayan. Pembangunan yang dilakukan pemerintah seperti pembangunan sumur bor sekaligus menara air yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan pada tahun 2006. Sumbangan dari berbagai pihak antara lain seperti pembangunan sepuluh unit sumur bor yang dilaksanakan oleh organisasi Ikatan Istri Pimpinan (IIP) BUMN PT. Perkebunan Nusantara pada tahun 2012. Sebagian masyarakat Kampung Nelayan melalui kelompok swadaya masyarakat juga menggalang dana dan telah membangun beberapa titik instalasi sumur bor di Kampung Nelayan. Sampai dengan sekarang ini terdapat sekitar 50 titik sumur bor yang tersebar merata di keseluruhan Kampung
(61)
Nelayan dengan kondisi keadaan yang beragam, sebagian dalam kondisi baik dan sebagian kecil sudah tidak dapat dipergunakan. Hal ini dikarenakan untuk satu titik sumur bor tidak dapat dijadikan sumber air bersih untuk selamanya. Kapasitas air bersih yang semakin berkurang ataupun kedalaman pipa yang dibutuhkan semakin dalam mempengaruhi pasokan air bersih yang dibutuhkan. Kedalaman yang cukup memiliki nilai yang bervariasi mulai dari 50–90 m di bawah laut. Pada lokasi tertentu dan daerah strategis yang merupakan area fasilitas umum juga dibangun titik instalasi sumur bor untuk memenuhi kebutuhan sumber air bersih bagi masyarakat, seperti pada area rumah ibadah mesjid dan sekolah dasar.
4.4 Pembangunan Sarana Posyandu
Kampung Nelayan memiliki satu unit sarana posyandu kesehatan. Posyandu di Kampung Nelayan merupakan sumbangan pembangunan dari PT. Pertamina melalui salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut yang bernama Program Sehati Kepedulian Kesehatan Masyarakat Pertamina. Posyandu ini didirikan pada akhir tahun 2012 dengan maksud untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk Kampung Nelayan dan juga dikhususkan untuk melayani kesehatan anak dengan umur di bawah lima tahun. Menurut informasi dari Kepala Lingkungan setempat posyandu ini berjalan dengan jadwal sebanyak satu kali dalam sebulan yaitu pada tanggal 14 tiap bulannya. Adapun petugas kesehatan yang ada merupakan dokter pemerintah yang dikirim dari rumah sakit untuk bertugas selama 1 hari dalam sebulan di Kampung Nelayan. Selain itu terdapat beberapa orang
(62)
masyarakat yang telah dikader oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan tugas dan fungsinya sebagai petugas siaga bilamana dibutuhkan setiap saat bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Meskipun hal ini masih belum berjalan sepenuhnya yang mana kondisi saat ini fasilitas kesehatan posyandu lebih banyak tertutup hampir tiap hari dengan tidak adanya petugas jaga yang diharapkan dapat menerima masyarakat yang hendak pergi berobat. Menurut keterangan dari Kepala Lingkungan posyandu hanya dibuka untuk umum ketika petugas kesehatan datang untuk bertugas dari Kota Medan. Meskipun begitu tetap terdapat usaha usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan walaupun masih berjalan seadanya. Sejumlah kecil masyarakat sesekali datang berkunjung ke posyandu. Terdapat beberapa program kesehatan yang dilakukan pada waktu waktu tertentu seperti penyuluhan kesehatan dan imunisasi anak, meskipun hal tersebut masih belum rutin dilakukan. Masih minim dan belum memadainya perlengkapan kesehatan juga memperburuk kondisi pelayanan pada posyandu. Beberapa sumbangan perlengkapan seperti meja kerja, tempat tidur pasien dan timbangan diberikan oleh sejumlah pihak yang membantu posyandu kesehatan di Kampung Nelayan seperti dapat terlihat pada Gambar 4.8. Kampung Nelayan saat ini masih memiliki sejumlah 1 unit sarana fasilitas kesehatan posyandu sumbangan pembangunan dari PT. Pertamina yang terletak di semenanjung perkampungan tersebut yang mana sebagian masyarakat mengatakan hal tersebut cukup mempengaruhi bagi kecepatan pengobatan yang diharapkan masyarakat. Posyandu tersebut terletak di bibir pantai perkampungan seperti dapat terlihat pada Gambar 4.9.
(63)
Gambar 4.8 Pembangunan Posyandu Kesehatan Kampung Nelayan
Gambar 4.9 Peta Lokasi Posyandu 4.5 Pembangunan WC Umum
Terdapat tiga unit sarana WC umum yang dapat dipergunakan di Kampung Nelayan. Satu buah diantaranya berlokasi di sekitar rumah ibadah mesjid dan cukup
(64)
terawat dengan baik. WC umum tersebut merupakan fasilitas yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat bersamaan dengan pendirian rumah ibadah. Terdapat instalasi sumur bor sebagai fasilitas sumber air bersih yang dihubungkan dengan WC umum. Adapun dua unit WC umum lainnya dibangun oleh PTPN IV sebagai sumbangan pembangunan yang terletak di dekat dermaga dan lapangan upacara sekolah. Keadaan kedua sarana tersebut tergolong cukup memprihatinkan yang mana tidak terdapatnya sambungan air bersih langsung sehingga mengharuskan masyarakat untuk membawa air bersih sendiri pada saat mempergunakan WC umum, selain itu kondisi sarana juga diperburuk dengan tidak adanya sistem pembuangan air kotor yang cukup memadai dan pada musim air laut pasang dapat mengakibatkan munculnya bau tidak sedap di sekitar WC umum (Gambar 4.10).
(65)
Kampung Nelayan memiliki sejumlah 3 unit sarana WC Umum yang tersebar di daerah tersebut (Gambar 4.11).
Gambar 4.11 Peta Lokasi WC Umum
4.6 Pembangunan Kebersihan Sampah dan Lingkungan
Salah satu permasalahan utama di Kampung Nelayan adalah masalah persampahan. Sampah sampah terlihat di tempat terbuka yang tersebar hampir merata di seluruh daerah permukiman penduduk Kampung Nelayan. Sampah tersebut umumnya merupakan sampah rumah tangga yang langsung dibuang ke laut oleh masyarakat. Sama sekali tidak terdapat tong sampah pribadi pada masing masing rumah penduduk. Meskipun terdapat satu buah tong sampah di sekitar sekolah dasar
(66)
di Kampung Nelayan namun tidak ditemukan bank sampah komunal yang seharusnya terdapat di area umum ataupun di sekitar daerah pusat kegiatan masyarakat. Kampung Nelayan masih belum memiliki sistem prasarana persampahan yang memadai yakni tidak adanya tempat pembuangan sementara, sistem pengangkutan sampah ataupun tempat pembuangan akhir. Pembangunan kebersihan yang pernah dilakukan antara lain penyuluhan kebersihan dari pemerintah setempat namun masih belum memberikan hasil yang maksimal. Menurut informasi dari kepala lingkungan terdapat program penyuluhan kesadaran kebersihan lingkungan yang pernah dilakukan kelompok mahasiswa Kedokteran USU pada tahun 2010, dimana mahasiswa tinggal selama dua bulan di perkampungan masyarakat dan memberikan penyuluhan setiap hari dengan maksud memberikan pembelajaran lingkungan sehat kepada masyarakat Kampung Nelayan. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan bimbingan di balai desa dengan pemberian materi kebersihan lingkungan seperti pengenalan jenis sampah, proses pemilahan sampah dan pengumpulan sampah maupun dampak persampahan bagi kesehatan. Mahasiswa dengan masyarakat bersama-sama mengumpulkan sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya untuk disimpan ke dalam kantong sampah dan dibawa ke tempat pembuangan sampah yang sudah disiapkan. Hal ini untuk sementara waktu memberikan hasil dengan tidak dibuangnya sampah secara langsung ke laut. Namun kegiatan ini berakhir seiring dengan selesainya masa penyuluhan mahasiswa tanpa memberikan pengaruh yang berkelanjutan. Tempat pembuangan sementara tersebut saat ini sudah tidak ada lagi (Gambar 4.12).
(67)
(68)
5.1 Dinamika Pembangunan Kampung Nelayan Belawan
Dalam beberapa tahun terakhir terdapat berbagai proses pembangunan yang menjadi dinamika pembangunan di Kampung Nelayan, baik pembangunan yang sifatnya merupakan swadaya masyarakat ataupun pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak lain. Pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta biasanya merupakan sumbangan pembangunan sebagai bentuk corporate social responsibility
di Kampung Nelayan ataupun sumbangan dari berbagai kalangan pengusaha.
Pada akhir tahun 2012 PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) menyerahkan bantuan berupa 10 unit sumur bor dan 5 unit WC umum dan pada saat bersamaan juga dilakukan kegiatan bakti sosial perbaikan jalan kayu oleh para ibu ibu IIP BUMN (Ikatan Istri Pimpinan) wilayah Sumatera Utara. PNPM bersama dengan masyarakat melakukan pembangunan berupa peningkatan jalan kayu menjadi jalan setapak rabat beton. PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) turut menyerahkan bantuan berupa papan jalan dan pembuatan lapangan upacara sekolah dasar. Selain itu, perusahaan yang secara kawasan bersinggungan langsung dengan Kampung Nelayan, yaitu PT. Pelabuhan Indonesia (PELINDO), memberikan bantuan berupa beasiswa pendidikan kepada anak anak warga Kampung Nelayan. PT. Pertamina melalui wujud program kepedulian kesehatan masyarakat (Sehati) memberikan
(69)
bantuan berupa pendirian posyandu kesehatan masyarakat. Pada studi ini peneliti mengambil lima kegiatan pembangunan sebagai batasan kajian penelitian yaitu:
a. Pembangunan sumur bor b. Pembangunan WC umum c. Pendirian posyandu kesehatan
d. Pembangunan jalan setapak rabat beton
e. Penyuluhan kebersihan sampah dan lingkungan.
5.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sampel masyarakat Kampung Nelayan Lingkungan XII Belawan Medan, yaitu sebanyak 100 orang. Untuk memperoleh gambaran karakteristik responden ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan (Tabel 5.1).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden
No Karakteristik Jumlah (orang) Persen (%) 1 Umur
Muda : < 20 tahun Dewasa : 21 – 49 tahun Tua : > 50 tahun
11 56 33
11 56 33
Total 100 100
2 Jenis Kelamin Laki laki
Perempuan
57 43
57 43
(70)
Tabel 5.1 (Lanjutan)
No Karakteristik Jumlah (orang) Persen (%)
3 Pendidikan
Rendah: Tidak Sekolah SD SMP Tinggi: SMA Sarjana 3 14 16 62 5 3 14 16 62 5 Total 100 100 4 Pekerjaan
Bekerja: Nelayan Buruh PNS TNI/POLRI Karyawan Swasta Pedagang Keliling Pengusaha Kecil Tidak Bekerja: Ibu Rumah Tangga 33 9 0 0 7 8 19 24 33 9 0 0 7 8 19 24
(71)
Dapat digambarkan model pie chart distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan sebagai berikut (Gambar 5.1)
Gambar 5.1 Diagram Distribusi Frekuensi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan
Tabel 5.1 terlihat umur responden tertinggi pada usia 21–49 tahun (56%) dan terendah pada usia < 20 tahun (11%). Jenis kelamin pada laki laki lebih besar daripada perempuan yaitu laki laki (57%) dan perempuan (43%). Pada umumnya pendidikan responden terletak pada tingkat pendidikan SMA (62%), walaupun terdapat responden yang tidak memiliki latar belakang pendidikan (3%). Jenis pekerjaan responden kebanyakan bekerja sebagai nelayan (33%), terdapat responden yang tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga (24%).
(72)
5.3 Kajian Pengetahuan Terhadap Persepsi Masyarakat 5.3.1 Kajian pengetahuan jalan setapak rabat beton
Adapun distribusi responden menurut kategori pengetahuan masyarakat tentang fungsi jalan setapak rabat beton di Kampung Nelayan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Jalan Setapak Rabat Beton
No Pengetahuan Jumlah (orang) Persen (%)
1 2 3
Berpengetahuan Kurang Berpengetahuan Cukup Berpengetahuan Baik
15 27 58
15 27 58
Total 100 100
Tabel 5.2 menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan baik (58%). Minoritas responden berpengetahuan kurang (15%) dan sebagian responden berpengetahuan cukup (27%). Masyarakat pada umumnya mengerti akan fungsi dan kegunaan jalan setapak rabat beton sebagai media prasarana perjalanan masyarakat dalam aktifitas kegiatan sehari hari. Sejak awal pendirian Kampung Nelayan masyarakat telah mendirikan tonggak kayu pancang tidak hanya sebagai pondasi untuk rumah panggung tempat tinggal saja, namun masyarakat juga menggunakan tonggak tersebut sebagai perletakan papan papan kayu untuk kebutuhan kegiatan aktifitas perjalanan sehari hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwito (2002) untuk konstruksi bangunan permukiman di tepi air umumnya masyarakat menggunakan konstruksi kayu dengan tipe panggung yang didirikan di darat maupun di tepi sungai. Menetap selama puluhan tahun di Kampung Nelayan telah mengajarkan masyarakat
(1)
Chi square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi square 4.913a 8 .767
Likelihood Ratio 4.385 8 .821
Linear-by-Linear Association .012 1 .915
N of Valid Cases 100
a. 11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,27.
(2)
DATASET ACTIVATE DataSet1. DATASET CLOSE DataSet5. DATASET ACTIVATE
DataSet6. CROSSTABS /TABLES=kebutuhan BY persepsi /FORMAT=AVALUE
TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 24-May-2014 17:54:50
Comments
Input Data D:\S 2 magister teknik\kolokium\data
kebersihan sampah.sav
Active Dataset DataSet6
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=kebutuhan BY persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 0:00:00.016
Elapsed Time 0:00:00.015
Dimensions Requested 2
(3)
[DataSet6] D:\S 2 magister teknik\kolokium\data kebersihan
sampah.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kebutuhan * persepsi 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%
kebutuhan * persepsi Crosstabulation
Count
persepsi
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik
kebutuhan tidak membutuhkan 2 26 34 17
membutuhkan 0 6 6 1
sangat membutuhkan 0 1 2 0
Total 2 33 42 18
kebutuhan * persepsi Crosstabulation
Count
persepsi
sangat baik Total
kebutuhan tidak membutuhkan 3 82
membutuhkan 2 15
sangat membutuhkan 0 3
(4)
Chi square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi square 5.637a 8 .688
Likelihood Ratio 6.299 8 .614
Linear-by-Linear Association .069 1 .793
N of Valid Cases 100
a. 11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,06.
(5)
(6)