Kajian Pengetahuan Terhadap Persepsi Masyarakat

5.3 Kajian Pengetahuan Terhadap Persepsi Masyarakat

5.3.1 Kajian pengetahuan jalan setapak rabat beton Adapun distribusi responden menurut kategori pengetahuan masyarakat tentang fungsi jalan setapak rabat beton di Kampung Nelayan dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Jalan Setapak Rabat Beton No Pengetahuan Jumlah orang Persen 1 2 3 Berpengetahuan Kurang Berpengetahuan Cukup Berpengetahuan Baik 15 27 58 15 27 58 Total 100 100 Tabel 5.2 menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan baik 58. Minoritas responden berpengetahuan kurang 15 dan sebagian responden berpengetahuan cukup 27. Masyarakat pada umumnya mengerti akan fungsi dan kegunaan jalan setapak rabat beton sebagai media prasarana perjalanan masyarakat dalam aktifitas kegiatan sehari hari. Sejak awal pendirian Kampung Nelayan masyarakat telah mendirikan tonggak kayu pancang tidak hanya sebagai pondasi untuk rumah panggung tempat tinggal saja, namun masyarakat juga menggunakan tonggak tersebut sebagai perletakan papan papan kayu untuk kebutuhan kegiatan aktifitas perjalanan sehari hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwito 2002 untuk konstruksi bangunan permukiman di tepi air umumnya masyarakat menggunakan konstruksi kayu dengan tipe panggung yang didirikan di darat maupun di tepi sungai. Menetap selama puluhan tahun di Kampung Nelayan telah mengajarkan masyarakat Universitas Sumatera Utara bahwa ketahanan usia material papankayu jalan setapak sangat bergantung kepada kondisi cuaca. Sering terjadinya kondisi pasang surut laut di Kampung Nelayan membuat masyarakat memahami bahwa pembangunan jalan setapak dengan konstruksi berbahan dasar corrabat beton merupakan konstruksi yang lebih kuat dan memiliki ketahanan usia yang lebih panjang. Bagi masyarakat Kampung Nelayan, dengan adanya pembangunan jalan setapak rabat beton telah membantu dan memudahkan masyarakat untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Hal ini sangat berpengaruh bagi kemajuan daerah Kampung Nelayan. Melalui hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai X 2 hitung pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan jalan setapak rabat beton sebesar 15,545, hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel 15,507, maka Ho ditolak. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ternyata ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat pada pembangunan jalan setapak rabat beton. Tabel 5.3 Persepsi Terhadap Jalan Setapak Rabat Beton No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 3 7 80 7 3 3 7 80 7 3 Total 100 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sangat tidak baik sebanyak 3, persepsi masyarakat tidak baik sebanyak 7, persepsi masyarakat cukup baik sebanyak 80, persepsi masyarakat baik sebanyak 7, dan persepsi masyarakat sangat baik sebanyak 3 terhadap pembangunan jalan setapak rabat beton. Keadaan faktual bahwa mayoritas masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang jalan setapak rabat beton berimplikasi secara linear terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan kondisi jalan setapak rabat beton itu sendiri. Mayoritas masyarakat memiliki pendapat yang sama akan kualitas pelayanan jalan setapak rabat beton. Modal pengetahuan yang dimiliki masyarakat menjadi salah satu variabel modal bagi masyarakat dalam melakukan proses analisa berpikir untuk kemudian menyimpulkannya dan mampu memberikan pendapat akan pembangunan jalan setapak rabat beton di Kampung Nelayan. 5.3.2 Kajian pengetahuan sumur bor Adapun distribusi responden menurut kategori pengetahuan masyarakat tentang fungsi sumur bor di Kampung Nelayan dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Sumur Bor No Pengetahuan Jumlah orang Persen 1 2 3 Berpengetahuan Kurang Berpengetahuan Cukup Berpengetahuan Baik 20 18 62 20 18 62 Total 100 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan baik 62. Minoritas responden berpengetahuan cukup 18 dan sebagian responden berpengetahuan kurang 20. Bagi masyarakat Kampung Nelayan air tawar merupakan sumber air yang sangat penting. Kondisi Kampung Nelayan yang selama bertahun tahun cukup terisolir dari jangkauan pembangunan prasarana air bersih hingga sampai saat ini masih belum didukung penyediaan instalasi pipa air minum seperti sumber air minum PAM. Masyarakat masih mengandalkan air sumur bor sebagai sumber air minum utama. Terdapat sebagian kecil penjualan air galon kemasan sebagai sumber air minum alternatif. Kondisi yang demikian telah menuntut masyarakat sejak lama untuk mengusahakan sendiri penyediaan sumber air tawar untuk dapat diminum. Kondisi Kampung Nelayan yang dikelilingi perairan laut air asin juga mengajarkan masyarakat untuk memperoleh sumber air minum dengan cara menarik air tanah melalui pengeboran ke dasar laut. Terdapat puluhan titik sumur bor sebagai sumber air di Kampung Nelayan. Sebagian besar fasilitas sumur bor di Kampung Nelayan merupakan pembangunan secara swadaya yang dibangun sendiri oleh masyarakat sejak puluhan tahun lalu dan sebagian lainnya merupakan sumbangan pembangunan dari berbagai pihak. Pengalaman mengajarkan masyarakat kualitas air yang cukup baik dengan pasokan ketersediaan yang dapat bertahan cukup lama hanya dapat diperoleh pada kedalaman tertentu yang cukup dalam di bawah dasar laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Herlambang 1996 yang mengatakan cukup banyak dari masyarakat pesisir menggunakan sumber air tanah sebagai sumber air minum dan air tanah ini dapat diperoleh dari usaha usaha penggalian sumur bor Universitas Sumatera Utara yang cukup dalam di bawah lapisan tanah tertentu. Masyarakat juga memahami perlunya dilakukan penyulingan terlebih dahulu dan menggunakan teknologi filtrasi sederhana untuk mengolah air asin menjadi air tawar sebelum dimasak. Melalui hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai X 2 hitung pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan sumur bor sebesar 30,343, hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel 15,507, maka Ho ditolak. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ternyata ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat pada pembangunan sumur bor. Tabel 5.5 Persepsi Terhadap Sumur Bor No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 3 11 72 11 3 3 11 72 11 3 Total 100 100 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sangat tidak baik sebanyak 3, persepsi masyarakat tidak baik sebanyak 11, persepsi masyarakat cukup baik sebanyak 72, persepsi masyarakat baik sebanyak 11, dan persepsi masyarakat sangat baik sebanyak 3 terhadap pembangunan sumur bor. Keadaan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan akan sumur bor berdampak terhadap pembentukan persepsi masyarakat akan kegunaan fasilitas sumur bor yang Universitas Sumatera Utara ada. Mayoritas masyarakat memiliki pendapat yang sama akan kualitas pelayanan sumur bor. Adanya pengetahuan sumur bor yang cukup pada diri masyarakat telah mengajarkan masyarakat untuk membangun titik instalasi sumur bor dengan kedalaman tertentu yang dapat menghasilkan sumber air bersih dan juga memiliki pasokan ketersediaan yang cukup lama. Dapat dikatakan meskipun Kampung Nelayan dikelilingi perairan air asin dan terisolasi dari jangkauan perusahaan air minum daerah namun masyarakat tidak mengalami kesulitan akan pasokan air bersih. Ketika dimintakan pendapat masyarakat mampu melakukan proses kegiatan berfikir kognitif dengan modal pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian dapat memberikan pendapat akan fungsi sumur bor di Kampung Nelayan. Hal demikian menegaskan bahwa pengetahuan membentuk persepsi masyarakat akan kegunaan sumur bor di Kampung Nelayan. 5.3.3 Kajian pengetahuan posyandu kesehatan Adapun distribusi responden menurut kategori pengetahuan masyarakat tentang fungsi posyandu kesehatan masyarakat di Kampung Nelayan dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan tentang Posyandu Kesehatan Masyarakat No Pengetahuan Jumlah orang Persen 1 2 3 Berpengetahuan Kurang Berpengetahuan Cukup Berpengetahuan Baik 66 16 18 66 16 18 Total 100 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6 menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan kurang 66. Minoritas responden berpengetahuan cukup 16 dan sebagian responden berpengetahuan baik 18. Saat ini Kampung Nelayan memiliki satu unit sarana posyandu kesehatan masyarakat yang didirikan pada tahun 2012. Dengan usia yang relatif muda pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di sarana posyandu tersebut masih berjalan seadanya dengan fasilitas yang juga masih tergolong minim. Kurangnya tenaga kesehatan juga memperburuk kondisi pelayanan kesehatan yang seharusnya diberikan. Sarana posyandu masih merupakan hal baru bagi masyarakat. Notoatmodjo 2003, seharusnya dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya adalah masyarakat dan anak balita adalah sangat tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat namun kesadaran masyarakat sendiri masih rendah untuk pergi ke posyandu. Ketika memerlukan perobatan masyarakat masih mengandalkan satu orang mantri kesehatan yang tinggal di Kampung Nelayan dan sebagian besar masyarakat lainnya tidak terlalu mempersoalkan akan penyakit kecil dan ringan dan menganggap akan sembuh dengan sendirinya. Berbagai ragam kondisi tersebut memengaruhi dalam perkembangan pengetahuan masyarakat yang tergolong masih kurang khususnya akan guna pelayanan kesehatan yang seharusnya terdapat pada posyandu. Melalui hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai X 2 hitung pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan sarana posyandu sebesar 14,378, hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai X 2 hitung lebih kecil dari X 2 tabel 15,507, maka Ho diterima. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tidak ada Universitas Sumatera Utara hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat pada pembangunan sarana posyandu. Tabel 5.7 Persepsi Terhadap Posyandu Kesehatan No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 21 30 27 13 9 21 30 27 13 9 Total 100 100 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sangat tidak baik sebanyak 21, persepsi masyarakat tidak baik sebanyak 30, persepsi masyarakat cukup baik sebanyak 27, persepsi masyarakat baik sebanyak 13, dan persepsi masyarakat sangat baik sebanyak 9 terhadap pembangunan posyandu kesehatan. Pengetahuan masyarakat tentang sarana posyandu kesehatan masih tergolong rendah. Hal demikian membuat masyarakat tidak dapat menyatakan secara tegas pendapatnya akan kondisi sarana posyandu di Kampung Nelayan. Hal ini dapat dilihat dari persebaran frekuensi persepsi yang cukup beragam di Kampung Nelayan. Ketidaktahuan akan fungsi pelayanan kesehatan tersebut mengakibatkan tidak terbangunnya persepsi general akan sarana posyandu kesehatan di Kampung Nelayan. Universitas Sumatera Utara 5.3.4 Kajian pengetahuan WC umum Adapun distribusi responden menurut kategori pengetahuan masyarakat tentang fungsi WC Umum di Kampung Nelayan dapat dilihat pada tabel 5.8 Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan tentang WC Umum No Pengetahuan Jumlah orang Persen 1 2 3 Berpengetahuan Kurang Berpengetahuan Cukup Berpengetahuan Baik 50 38 12 50 38 12 Total 100 100 Tabel 5.8 menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan kurang 50. Minoritas responden berpengetahuan baik 12 dan sebagian responden berpengetahuan cukup 38. Terdapat sejumlah 3 tiga titik sarana WC Umum di Kampung Nelayan. Pengetahuan masyarakat akan kegiatan buang air besar erat kaitannya dengan cara perilaku masyarakat melakukan kegiatan buang air besar selama ini. Pada umumnya rumah rumah di Kampung Nelayan memiliki kakus jamban dengan model cubluk ataupun model empang dengan kondisi tanpa memiliki saluran pipa untuk menampung kotoran tinja. Hal tersebut mengakibatkan kotoran dibuang langsung ke laut tanpa memiliki septic tank yang berfungsi menampung kotoran yang akan berguna dalam proses penguraian dekomposisi kimiawi dan biologis selanjutnya. Sedikitnya jumlah sarana WC Umum juga turut memengaruhi pengetahuan masyarakat. Tidak seperti di perkotaan yang memiliki fasilitas sarana WC Umum yang lebih banyak, misalnya seperti pada gedung perkantoran atau fasilitas umum lainnya, masyarakat tidak mendapatkan pembelajaran fisik langsung Universitas Sumatera Utara akan fasilitas WC umum yang memenuhi persyaratan laik dan sehat, terlebih kondisi WC umum yang ada saat ini di Kampung Nelayan masih sangat buruk dan jauh dari pemenuhan persyaratan sehat. Hal demikian berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat yang masih termasuk dalam kategori kurang atau rendah. Melalui hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai X 2 hitung pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan wc umum sebesar 6,276, hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai X 2 hitung lebih kecil dari X 2 tabel 15,507, maka Ho diterima. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat pada pembangunan wc umum. Tabel 5.9 Persepsi Terhadap WC Umum No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 26 26 25 20 3 26 26 25 20 3 Total 100 100 Tabel 5.9 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sangat tidak baik sebanyak 26, persepsi masyarakat tidak baik sebanyak 26, persepsi masyarakat cukup baik sebanyak 25, persepsi masyarakat baik sebanyak 20, dan persepsi masyarakat sangat baik sebanyak 3 terhadap pembangunan WC umum. Pola persebaran persepsi yang beragam dan cukup menyebar secara merata menyatakan bahwa tidak terdapat suatu pernyataan tegas akan persepsi masyarakat Universitas Sumatera Utara yang dibentuk dari pengetahuan masyarakat. Dengan berpengetahuan yang lebih baik diharapkan dapat membentuk suatu pernyataan persepsi umum di kalangan masyarakat. Sebaliknya, adapun kondisi saat ini menegaskan bahwa masyarakat masih berpengetahuan kurang akan fungsi sarana WC Umum. 5.3.5 Kajian pengetahuan kebersihan sampah dan lingkungan Adapun distribusi responden menurut kategori pengetahuan masyarakat akan kebersihan lingkungan di Kampung Nelayan dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10 Distribusi Pengetahuan kebersihan Sampah lingkungan No Pengetahuan Jumlah orang Persen 1 2 3 Kurang Cukup Baik 76 16 8 76 16 8 Total 100 100 Tabel 5.10 menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan kurang 76. Minoritas responden berpengetahuan baik 8 dan sebagian responden berpengetahuan cukup 16. Pengetahuan masyarakat akan kebersihan lingkungan masih rendah. Tidak terdapat adanya penampungan bak sampah yang seharusnya ditempatkan di sekitar sarana kegiatan umum. Masyarakat cenderung menganggap semua jenis sampah adalah sama tanpa perlu memilah dan membedakannya terhadap kategori tertentu misalnya sampah organik ataupun limbah yang tak dapat terurai. Sebagian besar masyarakat membuang sampah hasil rumah tangga ke laut dan Universitas Sumatera Utara memiliki anggapan bahwa sampah yang dihasilkan dapat menjadi bersih dengan sendirinya ketika kondisi air laut sedang surut maka akan membawa sampah ke tengah laut. Keadaan yang demikian mendukung pernyataan Satria 2002 yang mengatakan masyarakat nelayan, dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas, pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan tidak sadar lingkungan serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko. Hal tersebut cukup memprihatinkan mengingat tidak hanya masyarakat sendiri yang hidup di perkampungan tersebut namun juga terdapat berbagai ekosistem kehidupan mahluk laut di sekitar Kampung Nelayan. Melalui hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai X 2 hitung pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan kebersihan lingkungan sebesar 10,492, hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai X 2 hitung lebih kecil dari X 2 tabel 15,507, maka Ho diterima. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat pada pembangunan kebersihan lingkungan. Tabel 5.11 Persepsi Terhadap Kebersihan Sampah dan Lingkungan No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen 1 2 3 4 5 Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 2 33 42 18 5 2 33 42 18 5 Total 100 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sangat baik sebanyak 2, persepsi masyarakat tidak baik sebanyak 33, persepsi masyarakat cukup baik sebanyak 42, persepsi masyarakat baik sebanyak 18, dan persepsi masyarakat sangat baik sebanyak 5 terhadap pembangunan kebersihan lingkungan. Persebaran data tersebut menunjukkan tidak terdapat suatu pernyataan persepsi yang cukup berarti di tengah tengah masyarakat. Tidak terdapatnya pembentukan persepsi masyarakat akan kebersihan sampah dan lingkungan, dimana masyarakat masih belum mampu berpendapat seragam akan kebersihan sampah dan lingkungan disebabkan salah satunya karena masih rendahnya pengetahuan akan kebersihan sampah dan lingkungan yang dimiliki masyarakat.

5.4 Kajian Kebutuhan Terhadap Persepsi Masyarakat