Kebutuhan Kampung Nelayan TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kebutuhan

Teori yang cukup terkenal dalam membahas tentang kebutuhan salah satunya adalah teori Abraham Maslow yang mengklasifikasikan kebutuhan ke dalam lima tingkat. Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida kebutuhan. Tingkatan tersebut dimulai dari yang terendah sampai tertinggi yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan mewujudkan jati diri. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan dasar fisikfisiologis dan keamanan terlebih dahulu harus terpenuhi sebelum memenuhi kebutuhan kebutuhan lainnya. Adapun contoh Kebutuhan fisiologis seperti sandangpakaian, panganmakanan, papanrumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. Kebutuhan keamanan seperti bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya. Kebutuhan sosial misalnya adalah memiliki teman, memiliki keluarga, dan lain lain. Kebutuhan penghargaan meliputi hal hal sepeti pujian, piagam, tanda jasa, hadiah. Terakhir adalah kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

2.6 Kampung Nelayan

Kampung merupakan bentuk permukiman yang unik, dihuni penduduk berpendapatan menengah ke bawah, dapat tersebar di seluruh wilayah kota seperti di pusat kantor dan perdagangan, pusat pemerintah, pusat perbelanjaan, pusat sosial dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Kampung juga dapat diartikan sebagai desa atau dusun, dapat pula sebagai kelompok rumah rumah yang merupakan bagian kota, dan biasanya yang rumahnya kurang bagus Silas, 1998. Masyarakat kampung nelayan adalah masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya di sepanjang hari dengan kehidupan yang dihasilkan oleh laut. Laut adalah tempat dimana mereka mengelola kehidupannya, mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi kelautan. Sumber kehidupan yang berada di laut mempunyai makna bahwa manusia yang akan memanfaatkan sumber hidup yang tersedia di laut tidak mempertentangkan dirinya dengan hukum hukum alam kelautan yang telah terbentuk dan terpola seperti yang mereka lihat dan rasakan. Salah satu ciri perilaku sosial kehidupan dari masyarakat nelayan dapat disimak dalam pernyataan antropolog Belanda Boelaars, 1984 “Orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan atau status sosial. Mereka sendiri mengakui bahwa mereka cepat marah, mudah tersinggung, lekas menggunakan kekerasan, dan gampang cenderung balas membalas sampai dengan pembunuhan. Orang pesisir memiliki rasa harga diri yang amat tinggi dan sangat peka. Perasaan itu bersumber pada kesadaran mereka bahwa pola hidup pesisir memang pantas mendapat penghargaan yang tinggi”. Masyarakat nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka. Hal ini dikarenakan nelayan menghadapi sumber daya yang bersifat “open access” dengan tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Nelayan mesti berpindah-pindah tempat untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga dalam kegiatannya menjadi Universitas Sumatera Utara berisiko tinggi. Berbeda dengan petani, masyarakat petani menghadapi sumber daya yang lebih terkontrol yakni pengolahan lahan produksi. Karakteristik masyarakat nelayan yaitu rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah, dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas, pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan tidak sadar lingkungan serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko. Hal ini dapat dilihat pada permukiman Kampung Nelayan dimana saat ini tergolong merupakan permukiman kumuh dengan perilaku masyarakat yang cenderung kurang perduli akan kebersihan dan lingkungan sekitar. Apabila dikaitkan dengan pendapat Indra Wijaya 1989 yaitu “Bagaimana tafsiran dan pemikiran seseorang terhadap semua rangsangan yang diproseskan itu akan tampak pengaruhnya dalam perilaku atau dalam sikap yang berkaitan dengan hal hal yang dipersepsikan”, maka dengan demikian perilaku sikap masyarakat Kampung Nelayan yang cenderung kurang perduli akan kebersihan dan lingkungan merupakan manifestasi sikap dari persepsi masyarakat akan lingkungan tempat tinggalnya. Apabila dikaitkan dengan sikap pembangunan hal tersebut memiliki integrasi yang erat sebagai dasar perilaku yang membentuknya. Kondisi yang demikian dapat dipahami mengingat waktu masyarakat nelayan yang banyak berada di laut dimana ketika sedang mencari ikan dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu di laut, tidak seperti masyarakat darat yang sudah lebih teratur, pola aktifitas masyarakat nelayan terpusat pada kegiatan mencari ikan dimana laut adalah satu satunya sumber kehidupan dan tidak terlalu memikirkan aspek kehidupan Universitas Sumatera Utara lainnya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pembangunan masyarakat nelayan. Merujuk pada kajian teoritik dan dengan mempertimbangkan keterbatasan keterbatasan dan pemilihan komponen variabel faktor pembentuk persepsi yang dipilih, maka dapat dibangun model penelitian yang secara bagan dapat divisualisasikan seperti Gambar 2.3. Gambar 2.3 Model Penelitian Pengetahuan Masyarakat Tentang Pembangunan Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kebutuhan Masyarakat akan Pembangunan Universitas Sumatera Utara Adapun simpulan teori yang digunakan dijelaskan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Simpulan Teori Teori Variabel Data yang diperlukan Metoda Darwin P. Hunt, 2003 The concept of knowledge and how to measure it, Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 Iss: 1, hal 101. “It is knowledge pengetahuan, beliefs and needs kebutuhan that structure membentuk our perceptions persepsi by interpreting the data of our senses”. Tingkat pengetahuan masyarakat terkait pembangunan Pengetahuan masyarakat setempat tentang pembangunan Menyebarkan kuisioner Tingkat kebutuhan masyarakat akan pembangunan Kebutuhan masyarakat akan pembangunan Menyebarkan kuisioner Pola persepsi masyarakat terhadap dinamika pembangunan Interpretasi masyarakat setempat mengenai dinamika pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan Menyebarkan kuisioner terkait dinamika pembangunan di Kampung Nelayan Robbins, 2003 mengatakan bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, pembentukan persepsi penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh Objek Pembangunan Objek Pembangunan yang sudah dilakukan di Kampung Nelayan Melakukan observasi dan affirmative interview dalam rangka mengidentifikasi objek pembangunan yang sudah dilakukan di Kampung Nelayan Pembentukan persepsi Pengetahuan masyarakat setempat tentang Menganalisa data secara deskriptif Universitas Sumatera Utara Tabel. 2.2 Lanjutan Teori Variabel Data yang diperlukan Metoda karakteristik pribadi dari perilaku persepsi itu. Dua di antara karakteristik pribadi yang disebut oleh Robbin adalah pengetahuan dan kebutuhan individu tersebut Masyarakat Pembangunan Kebutuhan masyarakat akan pembangunan Interpretasi masyarakat setempat mengenai dinamika pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Nelayan dengan menggunakan tabulasi silang dan secara analitik dengan menggunakan Chi- Square Test dalam mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan masyarakat terhadap persepsi masyarakat Universitas Sumatera Utara 29

BAB III METODE PENELITIAN