Pendidikan dengan Unmet need KB

penting lagi adalah melakukan identifikasi terhadap kemungkinan keluarga yang berpendapatan rendah mempunyai persepsi anak bernilai ekonomi.

5.2.3. Pendidikan dengan Unmet need KB

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih banyak ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini akan membawa dampak pada kepesertaan ber KB yang dapat disebabkan belum dipahami dan dimengerti manfaat akan kontrasepsi modern. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan kejadian unmet need KB menunjukkan bahwa kejadian unmet need KB pada responden dengan pendidikan tinggi sebesar 21,2 dan responden dengan tingkat pendidikan rendah 31,2. Hal ini berarti bahwa persentase kejadian unmet need KB lebih banyak ditemukan pada responden dengan tingkat pendidikan rendah. Artinya responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki peluang lebih besar mengalami kejadian unmet need KB dibanding dengan responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Temuan ini sejalan dengan temuan Makripuddin 2011, bahwa persentase unmet need turun sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan perempuan. Demikian pula dengan temuan Westoff 2001, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, lebih kecil kemungkinan untuk tergolong unmet need, atau terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dan unmet need. Namun dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis uji Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,318 p-value 0,05, yang berarti bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian unmet need KB. Asumsi peneliti bahwa tingkat pendidikan responden seharusnya dapat menentukan apakah ia akan menggunakan kontrasepsi atau tidak. Diamana semakin tinggi tingkat pendidikan, akan semakin banyak dan semakin luas pengetahuan yang dimiliki tentang KB. Namun kenyataannya tidak demikian, dari hasil terlihat bahwa meskipun pengetahuan baik, tetapi kejadian unmed need KB masih tinggi. Pada kondisi sebahagian besar responden berpendidikan rendah dan kejadian unmet need KB lebih banyak ditemukan pada penelitian ini pada kelompok wanita PUS dengan pendidikan rendah, menunjukkan adanya keterbatasan penguasaan informasi tentang keluarga berencana bagi kelompok unmet need KB dengan pendidikan rendah. Oleh karena itu diperlukan penyelenggaraan penyuluhan dan konseling keluarga berencana sebagai upaya mengembangkan pengetahuan wanita PUS tentang keluarga berencana, dengan sasaran prioritas diarahkan pada kelompok berpendidikan rendah. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pada umumnya responden merasa takut akan efek samping penggunaan alat kontrasepsi. Responden mengungkapan melalui pengalamannya tentang kesalahan dalam pemakaian alat kontrasepsi yang berakibat terjadinya gangguan kesehatan. Sehingga responden mengambil kesimpulan tidak akan memakai alat kontrasepsi dengan jenis apapun, karena mereka berpendapat pemakaian alat kontrasepsi akan mengganggu kesehatan mereka dan jika pemakaian alat kontrasepsi dihentikan maka kesehatan mereka tidak akan terganggu. Hasil penelitian tersebut tidak senada dengan penelitian-penelitian lain yang menemukan adanya hubungan antara pendidikan dengan kejadian unmet need KB Jatiputra 2002 dan Santoso 2005, menemukan adanya hubungan antara pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi dan Klizjing 2000 pada penelitiannya di Eropa menemukan pendidikan merupakan dimensi penting dari kejadian unmet need KB. Hubungan antara pendidikan dengan kejadian unmet need KB dapat dijelaskan dari sudut pandang pendidikan sebagai faktor predisposisi perilaku dan pendidikan sebagai determinan pengetahuan. Di sisi lain pengetahuan merupakan tahap awal proses pembentukan perilaku yang terdiri dari pengetahuan, persuasi, keputusan, dan konfirmasi Sasongko, 2000.

5.2.4. Pekerjaan dengan Unmet need KB