ekonomi. Disisi lain dengan wanita bekerja potensi ekonomi keluarga semakin kuat yang mendorong meningkatnya akses terhadap pelayanan keluarga berencana,
sebagai mana dilaporkan Nurwati 1998, bahwa kemandirian PUS terhadap keluarga berencana dipengaruhi oleh status pekerjaan isteri.
Hubungan antara pekerjaan wanita PUS dengan kejadian unmet need KB dapat dilihat dari sisi kemampuan ekonomi keluarga untuk mengakses pelayanan
keluarga berencana. Oleh karena itu intervensi terhadap permasalahan wanita PUS tidak bekerja sebagai faktor resiko kejadian unmet need KB harus dilihat dari sisi
persepsi wanita PUS terhadap manfaat ekonomi anak. Dengan melakukan penyuluhan dan konseling keluarga berencana untuk merubah persepsi wanita PUS
dari anak bernilai ekonomi ke persepsi anak memberatkan tanggungan ekonomi keluarga.
5.2.5. Jumlah Anak dengan Unmet need KB
Hasil analisis hubungan antara jumlah anak dengan kejadian unmet need KB menunjukkan bahwa kejadian unmet need KB pada responden dengan anak yang
sedikit sebesar 14,3 dan responden yang memiliki anak banyak 34,0. Hal ini berarti bahwa persentase kejadian unmet need KB lebih banyak ditemukan pada
responden yang memiliki anak banyak. Artinya responden yang memiliki anak yang banyak berpeluang lebih besar mengalami kejadian unmet need KB dibanding dengan
responden yang memiliki anak sedikit. Secara statistik dengan menggunakan analisis uji Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,058 p-value 0,05, yang berarti bahwa
jumlah anak tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian unmet need KB.
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan kejadian unmet need KB dikarenakan adanya larangan dari suami untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Ketidaksetujuan atau penentangan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi dengan alasan yaitu suami melarang istrinya untuk memakai alat
kontrasepsi karena melihat efek samping seperti terganggunya kesehatan istri setelah memakai alat kontrasepsi, suami menginginkan anak dengan jenis kelamin yang
berbeda dari yang telah mereka punya dan suami menentang istrinya pakai alat kontrasepsi karena suami menginginkan anak dengan jumlah tertentu sebagai pewaris
keturunan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilaporkan oleh Syam 2003
bahwa pada penelitiannya di Kota Madya Bukit Tinggi, Sumatera Barat ditemukan adanya hubungan antara jumlah anak dengan kejadian unmet need KB. Penelitian lain
yang menemukan adanya hubungan tersebut diantaranya Klizjing 2000; Nurjanah 1998; dan Afifah 2000 melaporkan adanya hubungan antara jumlah anak dengan
kehamilan yang tidak diinginkan. Sementara iu Carrasco 1999 dan Eggleston 2000, menemukan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan lebih banyak terjadi
pada pasangan yang mempunyai anak lebih dari tiga orang karena tidak menggunakan alat kontrasepsi.
5.2.6. Pengetahuan dengan Unmet need KB