dan silikat, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak larut dalam asam, misalnya
silikat. Hasil penetapan kadar sari, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam yang dilakukan memenuhi persyaratan yang terdapat pada Materia
Medika Indonesia Jilid V.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Daun Bangun-Bangun
Hasil skrining fitokimia terhadap daun bangun - bangun dapat diketahui bahwa daun bangun–bangun mengandung senyawa-senyawa kimia seperti
yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2.
Hasil skrining fitokimia dari simplisia daun bangun-bangun No
Nama Senyawa Hasil
1. Alkaloid
- 2.
Flavonoid +
3. SteroidTriterpenoid
+ 4.
Tanin -
5. Glikosida
+ 6.
Saponin +
Keterangan: + = mengandung golongan senyawa
- = tidak mengandung golongan senyawa
Penentuan golongan senyawa kimia terhadap simplisia daun bangun- bangun dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat di dalamnya. Serbuk simplisia daun bangun-bangun yang ditambah dengan pereaksi Dragendorff tidak memberikan endapan warna
Universitas Sumatera Utara
jingga kecoklatan, dengan pereaksi Bouchardat tidak memberikan endapan warna kuning kecoklatan dan dengan pereaksi Mayer tidak terbentuk endapan
putih dan kekeruhan, ini menunjukkan tidak adanya alkaloid. Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari
pereaksi yang ditambahkan Depkes RI, 1995. Flavonoid dengan penambahan serbuk Mg, HCl
p
dan amil alkohol memberikan warna kuning pada lapisan amil alkohol. Ini dianggap bahwa flavonoid positif pada daun bangun-bangun
Farnsworth, 1966. Penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna merah ungu
menunjukkan adanya senyawa steroidtriterpenoid Harborne, 1987. Sedangkan skrining pada tanin dengan penambahan FeCl
3
memberikan warna biru kehitaman yang menunjukan adanya tanin Farnsworth, 1966.
Skrining glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molisch dan asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin ungu. Pereaksi Molish
merupakan pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi karbohidrat, dalam hal ini adalah gula Depkes RI, 1995.
Skrining saponin menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 3 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N, sifat busa saponin
disebabkan adanya struktur amfifilik dari saponin dan sifat fisika saponin sebagai surfaktan yang sama seperti sabun dan deterjen, penambahan HCl 2 N
mengakibatkan kestabilan busa semakin lama sesuai dengan sifat sabun Depkes RI, 1995.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Karakterisasi dan Skrining Ekstrak Fitokimia Ekstrak