BAB IV KEBUDAYAAN MASYARAKAT PESISIR SIBOLGA
4.1 Terbentuknya Adat Budaya dan Kesenian Muslim Pesisir Sibolga
Masyarakat Nusantara tidak terlepas dari adat budaya yang dimilikinya. Adat adalah serangkaian tata kelaziman atau kebiasaan setiap perilaku seseorang dalam kehidupan
bersama. Adat dan kebiasaan yang hidup di masyarakat pesisir dari zaman kezaman adalah adat dan kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyangorang-orang tua terdahulu di mana
adat-istiadat tersebut sering ditunjukkan melalui tata krama hubungan keluarga, dalam perkawinan, seni, musik, tari, sastra, dan pantun
164
Masyarakat Pesisir adalah masyarakat yang membentuk komunitas disekitar daerah pinggiran tepi pantai dan berinteraksi dengan alam didaerah pinggiran pantai barat Sibolga
dan menyebut diri sebagai etnik Pesisir. Etnik Pesisir Sibolga merupakan salah satu kelompok masyarakat yang awal keberadaannya sebagai suatu etnik bermula didaerah pesisir
pantai bagian barat pulau Sumatera tepatnya di Propinsi Sumatera Utara. .
165
Etnik Pesisir secara keseluruhan baik di kota Sibolga maupun di kabupaten Tapanuli Tengah ini memiliki kebudayaan tersendiri yang berdasarkan kepada adat sumando Pesisir.
Adat Sumando Pesisir adalah tingkah laku dan tradisi sehari-hari masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga sebagai satu kesatuan menurut kebiasaan yang telah diatur oleh norma agama
164
Indah Mutia Sari, Perubahan Dialek orang Batak Toba di Tanah Karo, Medan: Tanpa Penerbit, 2006, hlm.31
165
S.Budhisantoso, StudiPertumbuhan dan Pemudaran kota Pelabuhan: Kasus Barus dan Sibolga, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995, hlm.33
Universitas Sumatera Utara
Islam dalam pandangan kesatuan sebagai tabiat
166
Menurut cerita tradisi masyarakat setempat adat Sumando terbentuk ketika seorang pemuda Melayu Minangkabau mencintai seorang gadis Batak yang berdiam di pulau Poncan.
Keduanya memiliki hakekat adat yang berbeda, walaupun sama-sama memeluk agama Islam. Sang lelaki berhari-hari menunggu jemputan si gadis, sedangkan si gadis setiap waktu
menanti pinangan dari sang lelaki. Namun, kunjungan dari masing-masing pihak tidak kunjung tiba. Bahkan ketika langkah-langkah pergaulan lebih jauh hnedak ditempuh
pernikahan tetap tidak dapat dilangsungkan karena pihak pemuda menganut adat Minagkabau yang matrialchaat. Untuk mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan teknis yang ada,
akhirnya diadakanlah musyawarah diantara kedua belah pihak. Kedua pihak menganut sistem adat yang ketat dan sulit untuk bagi sepihak untuk mengalah penuh.
. Konsep adat sumando ini adalah berdasarkan kepada adat bersendikan syarak. Artinya adat yang berlaku dalam masyarakat
Pesisir adalah berdasarkan agama Islam.
167
Toleransi tercapai dengan mengendurkan beberapa ketegangan teknis adat dari kedua belah pihak, yang melahirkan adat Sumando yang merupakan campuran dari hukum Islam,
Minangkabau, dan adat Batak. Hal-hal yang baik diterima dan yang tidak sesuai dengan tata krama dan sikap hidup sehari-hari diabaikan.
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, adat Sumando ini berasal dari Poncan. Dengan perpindahan penduduk Poncan ke Sibolga, adat Sumando dibawa serta dan kemudian
berkembang keseluruh daerah Sibolga. Istilah Sumando berasal dari kata suman dalam bahasa Batak berarti serupa.
166
Radjoki Nainggolan, Adat Perkawinan Masyarakat Etnis Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat Sumatera Utara, Medan: Majelis Budaya Pesisir dan Pariwisata Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat
Sumatera Utara, 2006, hlm. 3
167
Wawancara dengan Abdul Rahcmi Pasaribu, 22 November 2013 di Sibolga
Universitas Sumatera Utara
4.2 Adat Sumando Pesisir Sibolga
Sibolga memang dikenal sebagai daerah pesisir yang memiliki adat budaya sendiri yang disebut adat sumando. Adat Sumando Pesisir Sibolga terdiri dari Adat Perkawinan, adat
Turun Karai yaitu selepas umur 40 hari anak di cukurkan rambutnya, sekaligus menabalkan nama dan mengayun anak dengan nyanyian lahek-lahek yang bernafaskan Islam, Upacara
Sunek rasul khitanan, Kanduri upacara memasuki rumah baru dan upacara adat Mangurei Lawik atau lebih di kenal dengan upacara jamu laut dan bahasa Pesisir
168
Dalam adat Perkawinan Pesisir menurut tradisi dan kebiasaan dapat dilaksanakan melalui beberapa tahap seperti yang telah dibiasakan sejak duu secara turun temurun sampai
sekarang. Adapun urutan dan tata cara yang dilakukan dalam adat tersebut adalah sebagai berikut :
.
1. Risik-Risik Memastikan seorang calon
Risik-risik dengan pengertian bahwa pihak keluarga laki-laki berkunjung kerumah keluarga pihak gadis yang diinginkan oleh pihak laki-laki unuk bercengkrama.
2. Sirih Tanyo
Sirih Tanyo ialah kunjungan keluarga kembali kerumah si gadis setelah mengetahui bahwa ada gadis yang diinginkan maka pihak keluarga laki-laki
menanyakanmenginginkan si gadis sebagai Menantu mereka. 3.
Maminang Maminang adalah lanjutan dari jawaban kesediaan orang tua sigadis yang akan
dipersunting oleh pemuda yang menginginkannya yang sekaligus merunding pemberian bantuan dan mahar
168
Hamid Panggabean, op.cit, hlm.191
Universitas Sumatera Utara
4. Manganta Kepeng
Manganta Kepeng ialah mengantar suatu pemberian bantuanhantaran yang telah disepakati dan sekaligus akan menentukan hari pernikahan yang telah disetujui kedua
belah pihak. Uang hantaran ini disebut juga uang Jinamu. 5.
Mato Karajo Hari Pernikahan Mato Karajo adalah hari pernikahan yang akan dilangsungkan sesuai dengan hukum
Islam yang diyakini oleh kedua calon pengantin disertai dengan adat Sumando. Pada malam harinya setelah pernikahan, diadakan acara basikambang yang dimainkan oleh
anak alek sekitar 30 orang guna menghibur kedua pengantin dan para undangan berupa tari, nyanyi dan gendang.
6. Manjalang-jalang
Manjalang-jalang adalah suatu kunjungan sembah sujud mintak doa restu kerumah orangtua lelaki mertua perempuan seminggu setelah berlangsungnya pernikahan dan
pesta perkawinan seseuai tradisi adat pesisir. Hal ini dilakukan karena kedua pengantin suami istri akan bertempat tinggal dirumah keluarga perempuan sampai mempunyai
seorang anak
169
Dalam adat perkawinan di Sibolga nampak pengaruh ajaran agama Islam dengan mengikutsertakan unsur kebudayaan Minang dan Batak yang oleh mereka disebut ‘adat
semenda’ yang juda disebut adat Batak Pesisir. Adat inilah yang dipakai oleh Batak Toba Muslim di Sibolga. Adat semenda ini secara keseluruhan menggunakan adat Sumando namun
digabung dengan adat dari Batak Toba yaitu mangadati
.
170
169
Radjoki Nainggolan, op.cit hlm. 2
.
170
Hernita Malau, Adat Sumando Sibolga, Medan: Tanpa Penerbit, 2011, hlm. 28
Universitas Sumatera Utara
Adat yang terdiri dari adat Sumando ialah adat Turun karai, yaitu apabila anak lahir dirumah si ibu yang melahirkannya diadakan bacaan-bacaan hikayat-hikayat dari zaman nabi.
Pembacaan dilakukan oleh para ibu tetangga selama 7-15 hari berturut-turut. Kemudian setelah sianak berumur 40 hari, rambutnya akan dicukur sekaligus memberikan nama dan
mengayun anak dengan nyanyian lahek-lahek berisi ajaran agama Islam
171
Anak laki-laki yang sudah berumur 12-14 tahun harus dikhinatkan seseuai dengan ajaran agama Islam. Pada waku sunatan disajikan hiburan sikambang berupa kisah-kisah dan
ungkapan kehidupan nelayan sehari-hari. Isi kesenian sikambang yang disajikan mengandung ajaran-ajaran kenelayanan kepada si anak. Penduduk pantai pesisir di Sibolga memiliki
kebiasaan untuk mengadakan upacara tolak bala atau mangurei Lawik. Hal ini menjadi sebuah adat yang berkembang dimasyarakat pesisir Sibolga. Upacara ini bertujuan untuk
memohon rezeki terutama pada musim ikan dan memohon pada Yang Maha Esa agar terhindar dari segala mara bahaya. Upacara ini biasanya dipimpin oleh seorang pawang laut.
Pelaksanaan upacar pada bukan Syafar karena diperkirakan pada bulan ini sering terjadi bahaya alam gelombang besar dan badai. Pada waktu upacara diadakan pemotongan
kerbau. Kepala kerbau dibuang ke laut sedangkan dagingnya untuk dimakan bersama- sama
.
172
.
Bahasa
Bahasa pesisir merupakan bahasa yang di pakai masyarakat pesisir Sibolga dalam berinteraksi antara sesamanya. Bahasa Pesisir merupakan percampuran bahasa dari daerah
171
Wawancara dengan Radjoki Nainggolan, 23 Agustus 2013 di Sibolga
172
Wawancara dengan Rusdin Tanjung, 29 September 2013 di Sibolga
Universitas Sumatera Utara
lain di luar daerah pesisir Sibolga, seperti bahasa, Minang, dan Batak. Walaupun bahasa pesisir mempunyai persamaan kalimat dengan daerah lain, namun fungsi dan penempatan
nya sangat berbeda menurut artinya, misalnya kata ‘kau’ kata ini hanya digunakan sebagai kata panggilan bagi orang yang berkelamin perempuan dan tidak berlaku untuk laki-laki, dan
kata ‘ang’ khusus dipakai untuk panggilan kepada laki-laki, sedangkan kata Ambo dalam bahasa pesisir Sibolga dipakai sebagai kata yang menyatakan Saya atau Aku, dan kata Munak
untuk menyatakan Orang kedua dan Orang ketiga tunggal
173
Selanjutnya dalam Bahasa pesisir Sibolga sendiri terdapat beberapa kosa kata yang digunakan untuk menyatakan waktu seperti kata Nanti atau Besok di dalam Bahasa pesisir
Sibolga. Kata tersebut dinyatakan melalui kata Be’ko sebagai kata yang menyatakan Nanti dan kata Barisuk untuk menyatakan Besok, kata Kapatang dalam bahasa pesisir kata ini
digunakan untuk menyatakan maksud Kemarin dan kata Sabanta yang memilki arti Sebentar. Sedangkan untuk menyatakan suatu bentuk dalam Bahasa pesisir Sibolga menggunakan kata
sebagai berikut yaitu seperti kata Kepeng yang memilki arti uang, kata ini sedikit memiliki persamaan dengan kata uang Hepe’nk didalam bahasa Batak. Dan kata lain yang cukup
sering digunakan adalah kata Gadang atau Ketek untuk menyatakan ukuran besar dan kecil dimana terdapat kesamaan dengan bahasa Minang yang menyatakan Ruang dan bentuk
.
174
Selanjutnya dalam bahasa pesisir Sibolga terdapat beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan Parange seperti kata Jahek dan Songe untuk menyatakan sifat yang jahat dan
Songe = rupa yang Buruk, kata Rancak untuk menyatakan Rupa yang Cantik. Dalam keberadaanya bahasa pesisir ini lebih dominan di pakai oleh masyarakat Sibolga yang
.
173
Erwin J. V Nababan, Tekong Studi Deskriptif Terhadap Sumber Daya Alam Pesisir Pada Masyarakat Sibolga, Medan : Tanpa Penerbit, 2009, hlm.34
174
Pemerintah Sibolga, Kamus Bahasa Beko Sibolga, Sibolga: Tanpa Penerbit, 2001
Universitas Sumatera Utara
berdomisili di daerah Sibolga bagian selatan, bagian utara dan Sibolga sambas dimana di daerah tersebut masyarakat mayoritas adalah masyarakat nelayan yang dalam bersosialisasi
nya sehari-hari selalu menggunakan bahasa pesisir ini.
Kesenian
Kesenian Sikambang secara umum mewakili seluruh kesenian yang berlaku bagi masyarakat Pesisir pantai Barat Sumatera. Kesenian Sikambang merupakan salah satu
kesenian yang berkembang di masyarakat Pesisir Pantai Barat Sibolga. Kesenian ini mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang sarat makna, bercorak petuah, berirama lagu
dan berwujud tari. Dalam sikambang itu sendiri dalam setiap penyajianya selalu di iringi Nyanyian dan beberapa Tarian tradisional masyarakat Pesisir. Dalam hal ini Tarian dan
Nyanyian yang diiringi dengan beberapa instrumen alat musik itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dari penggabungan tersebut menjadikan kesenian sikambang ini
menjadi kesenian utama masyarakat Pesisir Sibolga di samping kesenian lainya yang memiliki bentuk dan ciri tersendiri yang juga menjadi warna kesenian masyarakat Pesisir
Sibolga seperti kesenian, Talibun dan Pantun
175
Kesenian Sikambing ini pada umumnya tidak pernah dipergunakan pada upacara keagamaan dan penyembahan berhala, tatapi hanya untuk hiburan dan acara adat istiadat,
seperti upacar perkawinan, upacar sunat Rasul khinatan, penyambutan, penobatan, turun karai turun tanah, menakalkan anak mengayun anak, memasuki rumah baru, peresmian
dan pertunjukan kesenian atau pergelaran. Kesenian Sikambang yang di mainkan oleh anak .
175
Sjawal Pasaribu, Masyarakat Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, Medan: Depdikbud Sibolga, 2008, hlm.21
Universitas Sumatera Utara
Alek
176
. Salah satu upacara adat yang sering di jadikan sarana pertunjukan kesenian sikambang adalah upacara pernikahan
177
.
Tari
Dalam masyarakat pesisir Sibolga terdapat ragam bentuk dan jenis tari yang berbeda dalam penampilanya yang biasa dipertunjukkan dalam acara-acara adat di masyarakat pesisir
sibolga seperti acara adat pernikahan dan acara adat lainya yang menampilkan kesenian sikambang. Berbeda dengan langkah tari dari Minangkabau atau Melayu, pada tari Pesisir
sewaktu melangkah kaki diseret. Gerakan langkah kaki demikian terdapat pula pada pencak silat pesisir
178
1. Tari Adok atau Tari Kain yang diiringi dengan Lagu Adok . Dengan cara begitu kaki tampak halus dan gerakan langkah silat lebih lembut.
Berikut ini merupakan tari-tarian yang ada pada masyarakat pesisir sibolga:
2. Tari Anak yang diiringi dengan Lagu Sikambang 3. Tari Pahlawan tari yang diiringi dengan Lagu Simati Dibunuh .
4. Tari Salendang,diiringi dengan Lagu Duo tari ini dimainkan oleh sepasang pria dan wanita yang bekisah tentang puntri yang cantik dari mursala yang merupakan cerita legenda yang
berkembang di masyarakat pesisir tapanuli tengah-sibolga. 5.Tari Kipas tari ini diiringi dengan Lagu Perak-Perak
176
Alek merupakan sebutan untuk pemain musik dan penari sikambang di dalam acara adat pernikahan
177
Hamid Panggabean, op.cit, hlm.198
178
Radjoki Nainggolan, op.cit, hlm.23
Universitas Sumatera Utara
6.Tari Payung atau tari Lagu Pulo Pinang.dimana dalam tari ini para penari menggunakan payung
7. Tari saputangan yang diirngi dengan Lagu Kapri 8. Tari Pedang yang diiringi lagu Sikambang Botan
Tari dampeng tari yang biasa diadakan di dalam upacara adat pernikahan di lakukan di rumah mempelai wanita setelah kedatangan pihak mempelai pria. Tari dampeng ini
merupakan satu bentuk tari yang mendapat pengaruh dari beberapa jeni tari dari luar daerah kebudayaan masyarakat pesisir Sibolga dimana di daerah lain’ tari tersebut juga memiliki
sebutan tersendiri. Tari Dampeng ini dipertunjukkan juga pada malam hari dirumah mempelai wanita yang dinamakan malam barinai. Atraksi dilaksanakan sebelum mempelai
memasuki kamar pengantin buat pertama sekali malam pertama. Sedangkan pengantin wanita telah siap diperaduan menantikan kehadiran sang pengantin lelaki. Pantun-pantun
Dampeng dinyanyikan lebih lembut. Ini dilakukan semalam suntuk sampai menjelang sholat subuh
179
.
Musik
Musik pada budaya masyarakat pesisir Sibolga dikenal secara umum sebagai Sikambang. Sikambang merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan
musik, yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari kelompok masyarakat laut nelayan. Awal munculnya sikambang secara vocal berawal dari berlayar nya seorang pelaut yang
melantunkan syair-syair pantun dengan memukul-mukul papan perahunya sebagai alat
179
Syawal Pasaribu, op.cit, hlm. 29
Universitas Sumatera Utara
musiknya dan disini mulai di kenal dengan sikambang secara vocal.Selanjutnya dikembangkan oleh masyarakat nelayan yang sudah mengenal nyanyian sikambang secara
vocal dengan membuat alat musik sebagai pengiring nyanyian sikambang tersebut Gandang Sikambang. Gandang Sikambang terbuat dari kayu bulat dengan bagian belakang dilapisi
kulit kambing sedangkan bagian satu lagi dibiarkan kosong. Bagian yang kosong hanya diganjal dengan kayu tipis diikat dengan rotan guna stem bunyi. Dalam perkembangan
selanjutnya sikambang menjadi salah satu kesenian di masyarakat pesisir Sibolga
180
Sejarah awal sikambang, menggambarkan sikambang berawal dari nama seorang pemuda. yang merupakan nahkoda dari putri Runduk berlayar dari lobu tua ke pulau Mursala
Tapanuli Tengah. Selama pelayarannya pemuda tersebut selalu melantunkan syair-syair sambil memukul–mukul papan didinding perahunya. Berikut merupakan syair yang
dilantunkan pemuda tersebut “pulo banamo haram dewa tampek malape layang-layang biar diancam samo sewa jangan diputus kasih sayang” yang selanjutnya dikenal sebagai
sikambang yang dinyanyikan secara vocal .
181
180
Wawancara dengan Syahril Pasaribu, 22 September2013 di Sibolga
. Sedangkan menurut penuturan dari Bapak Kadirun yang penulis wawancarai mengenai sejarah sikambang menuturkan sikambang
adalah salah satu kesenian yang ada di sibolga pada awal keberadaanya di pesisir pantai sibolga berawal dari seorang nelayan pencari ikan yang bernama kambangmanik dalam hal
ini manik bukanlah marga melainkan namanya yang basurampu berlayar dari muko-muko yang sekarang merupakan salah satu daerah di bengkulu ke Jago-Jago Hingga sampai ke
Barus. Dikarenakan suatu hal Sikambangmanik tersebut kembali pulang ke Jago-Jago, dalam perjalannnya dari Barus ke daerah Jago-Jago. Sikambangmanik melantunkan nyanyian
181
T.Luckman Sinar, Syaiful A.Tanjung, MM, Marwansyah, Mengenal Adat dan Budaya Pesisir Tapanuli Tengah-Sibolga 2010, Medan: Majelis Budaya Pesisir Sibolga,2010, hlm.44
Universitas Sumatera Utara
berupa syair-pantun yang ia dendangkan sambil mendayung dan memukul-mukul sampanya ”pulo bakka nasi satungkuk saung katigo pulo palipek kain saung paca panjarek putus abis
Labuan ka nalain o kamba’nge “ Dimana menurut Bapak Kadirun pantun tersebutlah yang didendangkan oleh sikambangmanik sehinga oleh dikarenakan demikian maka kesenian
tersebut dinamakan sikambang
182
Dalam sikambang sendiri lagu yang menjadi lagu pokok adalah lagu seperti berikut, Lagu Duo, Lagu Pulo Pinang, lagu Perak-Perak, Lagu Adok, Lagu Simati di Bunuh Lagu
Sikambang Botan dan Lagu Kapri atau yang lebih dikenal dengan Sikambang Lawik.Lagu Sikambang Lawik ini merupakan repertoar yang paling tua di dalam sikambang yang pada
awal keberadaanya merupakan salah satu syair yang biasa di nyanyikan oleh seorang dukun untuk mengendalikan angin agar tidak terjadi badai saat berada di tengah lautan. Masing-
masing lagu ini memiliki makna tersendiri .
183
.
182
Wawancara dengan Kadirun, 4 September 2013 di Sibolga
183
Wawancara dengan Radjoki Nainggolan, 16 Agustus 2013 di Sibolga
Universitas Sumatera Utara
BAB V PERUBAHAN BUDAYA ETNIS BATAK TOBA PADA MASYARAKAT PESISIR