Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

kelompok moluska yang tidak terlalu bergantung pada air untuk kehidupannya kecuali saat perkembangbiakannya dan terbiasa hidup menempel.

3.3 Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian.

Berdasarkan nilai kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran makrozoobenthos yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian, seperti Tabel 3.3 maka dapat dikelompokkan makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 seperti pada Tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3 Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian. No Genus Stasiun I Stasiun II Stasiun III KR FK KR FK KR FK 1 Anomia - - 10,56 66,66 - - 2 Argopecten - - 10,56 66,66 - - 3 Cerithidea 25,81 99,99 13,79 77,77 17,92 77,77 4 Cymatium 10,71 66,66 - - - - 4 Littorina - - - - 25,36 99,99 5 Nerita 13,61 77,77 - - 11,63 66,66 6. Palaemonetes 17,09 77,77 - - Jumlah Genus 3 4 3 Dari Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa genus makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 pada stasiun I terdapat 3 genus yaitu Cerithidea, Cymatium dan Nerita. Pada stasiun II terdapat 4 genus yaitu Anomia, Argopecten, Cerithidea, dan Palaemonetes. Sedangkan pada stasiun III terdapat 3 genus yaitu Cerithidea, Littorina dan Nerita. Pada stasiun I dan III merupakan lokasi penelitian yang baik untuk tempat hidup dan berkembangnya genus Cerithidea, Cymatium, Littotina dan Nerita. Menurut Barus, 2004, hlm: 126 kepadatan relatif merupakan proporsi dari jumlah total individu suatu spesies yang terdapat pada seluruh sampling area dan suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme. Sedangkan frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies dalam Universitas Sumatera Utara sampling plot yang ditentukan. Dan suatu habitat dikatakan cocok bagi perkembangan organisme, apabila nilai FK 25.

3.4 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

Perhitungan indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman merupakan analisis yang biasa digunakan dalam analisa populasi dan komunitas makrozoobenthos. Tabel 3.4 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makrozoobentos di Setiap Stasiun Penelitian INDEKS STASIUN I II III Keanekaragaman H’ 2,272 2,260 2,121 Keseragaman E 0,914 0,942 0,921 Berdasarkan Tabel 3.4 bahwa Indeks Keanekaragaman H’ yang diperoleh dari ketiga stasiun berkisar 2,121-2,272. Indeks Keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 2,272 dan terendah pada stasiun III sebesar 2,121. Tingginya Indeks Keanekaragaman pada stasiun I adalah karena pada lokasi ini merupakan daerah mangrove, dimana mangrove mampu mengangkut nutrien dan detritus yang mampu dimanfaatkan oleh makrozoobenthos dan menyebabkan kandungan organik substrat pada stasiun I tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh nilai TDS Total Dissolved Solid yang rendah sebesar 396 mgl Tabel 3.6 yang menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun I yang masih baik. Kemudian dipengaruhi oleh nilai BOD yang rendah dibandingkan dengan stasiun penelitian yang lain yaitu hanya 2,7 mgl. Menurut Brower et al., 1990 hlm: 52 semakin rendah nilai BOD dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula keanekaragaman biota dalam perairan tersebut. Indeks Keanekaragaman H’ terendah terdapat pada stasiun III yaitu sebesar 2,121 yang merupakan lokasi pemukiman penduduk. Pada lokasi ini, substrat dasar yang berupa pasir menunjukkan bahwa pada genus tertentu cenderung tidak mendominasi oleh substrat pasir, dan nilai TDS Total Dissolved Solid yang tinggi sebesar 401 mgl menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun III ini lebih buruk dibandingkan dengan stasiun yang lain, dikarenakan limbah domestik yang berasal Universitas Sumatera Utara dari pemukiman penduduk. Sehingga stasiun III memiliki jumlah genus yang paling sedikit. Odum 1994, hlm: 384 keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ adalah suatu indeks keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi, maka semakin tinggi tingkat keanekaragamannya dan begitu juga sebaliknya. Keanekaragaman makrozoobenthos pada setiap stasiun berkaitan dengan faktor lingkungan yang ada pada stasiun tersebut. Menurut Sarpodenti Sesakumar, 1997 dalam Gunarto, 2004 sebagian besar makrofauna di mangrove memakan berbagai tipe detritus organik. Komponen detritus organik tersebut terdapat dalam berbagai tipe, yaitu material tanaman atau hewan yang didekomposisi, dan senyawa organik yang terlarut dalam bentuk bebas atau terikat dengan partikel pasir dan lumpur. Nilai Indeks Keseragaman E yang diperoleh dari ketiga stasiun penelitian berkisar 0,914 – 0,942. Indeks Keseragaman E tertinggi pada stasiun III sebesar 0,942 dan terendah pada stasiun I sebesar 0,914. Secara keseluruhan Indeks Keseragaman pada ketiga stasiun tergolong tinggi. Pada stasiun II mempunyai Indeks Keseragaman tertinggi yaitu 0,942. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian jumlah individu pada stasiun tersebut lebih merata dibandingkan dengan stasiun-stasiun penelitian yang lain. Menurut Tarumingkeng 1994, hlm: 101 penyebaran merata disebabkan oleh pengaruh negatif dari persaingan makanan diantara individu-individu dan dapat disebabkan oleh sifat spesies yang bergerombol atau adanya keragaman habitat sehingga terjadi pengelompokan di tempat yang terdapat banyak makanan.

3.5 Indeks Similaritas IS