makrozoobenthos. Kehidupan organisme perairan dapat bertahan jika oksigen terlarut sebanyak 5 mgl dan tergantung juga terhadap daya tahan organisme.
c. BOD
5
Biologycal Oxygen Demand
Nilai BOD
5
yang didapat pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 2,7 - 3,3 mgl. BOD
5
tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 3,3 mgl dan terendah diperoleh pada stasiun I sebesar 2,7 mgl. Adanya perbedaan nilai BOD
5
disetiap stasiun penelitian disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan organik yang berbeda-beda pada masing-
masing stasiun tersebut yang berhubungan dengan defisit oksigen. Karena oksigen tersebut dipakai oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik.
Tingginya nilai BOD
5
pada stasiun III pemukiman penduduk disebabkan oleh banyaknya pencemaran dari limbah domestik yang dibuang ke dalam badan air.
Sedangkan pada stasiun I daerah kontrol, nilai BOD
5
rendah disebabkan karena bahan pencemar yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme karena rendahnya suhu
pada stasiun I. Menurut Barus 2004, hlm: 86 apabila konsentrasi bahan organik berkurang maka perlahan-lahan populasi bakteri akan menurun, sementara nilai BOD
semakin kecil.
Menurut Brower et al., 1990, hlm: 52 nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik, dimana apabila konsumsi O
2
selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O
2
maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila konsumsi O
2
berkisar antara 10-20 mgl O
2
akan menunjukkkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Selanjutnya
Wardhana 2004, hlm: 93 peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah
yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
d. Salinitas
Universitas Sumatera Utara
Nilai salinitas yang didapat pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 27 – 28
00
. Salinitas tertinggi diperoleh pada stasiun III sebesar 28
00
sedangkan salinitas terendah pada stasiun I sebesar 27
00
. Tinggi rendahnya nilai salinitas pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia yang berada di kawasan tersebut
yang menghasilkan limbah sehingga berdampak pada peningkatan kadar garam air.
Menurut Nontji 1993, hlm: 59 di perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di
daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bias meningkat tinggi. Selanjutnya menurut Barus 2004, hlm: 73 secara alami kandungan garam terlarut
dalam air meningkat apabila populasi fitoplankton menurun. Hal ini dapat terjadi karena melalui aktivitas respirasi dari hewan dan bakteri air akan meningkatkan
proses mineralisasi yang menyebabkan kadar garam air meningkat. Garam-garam tersebut meningkat kadarnya dalam air karena tidak lagi dikonsumsi fitoplankton yang
mengalami penurunan jumlah populasi tersebut.
e. Intensitas Cahaya
Nilai intensitas cahaya yang didapat pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 473 - 562 Candela. Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 562
Candela, sedangkan intensitas cahaya terendah diperoleh pada stasiun I sebesar 473 Candela. Hal ini disebabkan karena pengukuran dilakukan pada siang hari yang sangat
cerah. Sedangkan nilai intensitas cahaya terendah terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 473 Candela. Rendahnya nilai intensitas cahaya ini karena banyaknya vegetasi
mangrove sehingga cahaya yang akan masuk terhalang oleh banyaknya vegetasi mangrove tersebut.
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat- sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian
lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman
Universitas Sumatera Utara
lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif Barus, 2004, hlm: 43.
f. Penetrasi Cahaya