Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen BOD

Kisaran suhu lingkungan perairan lebih sempit dibandingkan dengan lingkungan daratan, karena itulah maka kisaran toleransi organisme akuatik terhadap suhu juga relatif sempit dibandingkan dengan organisme daratan. Berubahnya suhu suatu badan air besar pengaruhnya terhadap komunitas akuatik Suin, 2002, hlm: 40. Pola suhu ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran gas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh ditepi Brehm Meijering , 1990 dalam Barus, 2004, hlm: 45. Menurut Hariyanto et al., 2008, hlm: 111 meskipun suhu air kurang bervariasi akan tetapi sangat berpengaruh terhadap organisme air karena umumnya organisme air memiliki toleransi yang sempit stenothermal. Perubahan suhu akan mengubah pola sirkulasi, stratifikasi, dan gas terlarut sehingga akan mempengaruhi kehidupan organisme air. Dari perspektif biologi, kandungan gas oksigen dalam air merupakan salah satu penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam lingkungan kehidupan akuatis. Konsentrasi oksigen dalam air mewakili status kualitas air pada tempat dan waktu tertentu saat pengambilan sampel air. Dengan kata lain keberadaan dan besar atau kecilnya muatan oksigen di dalam air dapat dijadikan indikator ada atau tidaknya pencemaran di suatu perairan Asdak, 2004.

b. Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen

Nilai DO yang didapat pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 4,2 - 5,7 mgl. DO tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 5,7 mgl. Sedangkan DO terendah diperoleh pada stasiun III sebesar 2,7 mgl. Tingginya DO pada stasiun I berkaitan dengan rendahnya suhu pada stasiun tersebut yaitu 28 °C, dan pada lokasi tersebut tidak terdapat aktivitas kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrawijaya 1991, hlm: 99 suhu mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen, jika suhu naik maka oksigen di dalam air akan menurun. Secara keseluruhan nilai kandungan oksigen terlarut di lokasi penelitian masih dapat ditoleransi oleh Universitas Sumatera Utara makrozoobenthos. Kehidupan organisme perairan dapat bertahan jika oksigen terlarut sebanyak 5 mgl dan tergantung juga terhadap daya tahan organisme.

c. BOD

5 Biologycal Oxygen Demand Nilai BOD 5 yang didapat pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 2,7 - 3,3 mgl. BOD 5 tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 3,3 mgl dan terendah diperoleh pada stasiun I sebesar 2,7 mgl. Adanya perbedaan nilai BOD 5 disetiap stasiun penelitian disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan organik yang berbeda-beda pada masing- masing stasiun tersebut yang berhubungan dengan defisit oksigen. Karena oksigen tersebut dipakai oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik. Tingginya nilai BOD 5 pada stasiun III pemukiman penduduk disebabkan oleh banyaknya pencemaran dari limbah domestik yang dibuang ke dalam badan air. Sedangkan pada stasiun I daerah kontrol, nilai BOD 5 rendah disebabkan karena bahan pencemar yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme karena rendahnya suhu pada stasiun I. Menurut Barus 2004, hlm: 86 apabila konsentrasi bahan organik berkurang maka perlahan-lahan populasi bakteri akan menurun, sementara nilai BOD semakin kecil. Menurut Brower et al., 1990, hlm: 52 nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik, dimana apabila konsumsi O 2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O 2 maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila konsumsi O 2 berkisar antara 10-20 mgl O 2 akan menunjukkkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Selanjutnya Wardhana 2004, hlm: 93 peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.

d. Salinitas