Pembahasan 1. Distribusi VBAC berdasarkan umur maternal di Rumah Sakit H.
Tabel 5.9: Distribusi ruptur uteri pasca induksi persalinan di Rumah Sakit H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009
Ruptur uteri N
Ya 4
5.3 Tidak
72 94.7
Total 76
100.0
5.1.11. Distribusi VBAC berdasarkan komplikasi pada neonatus di Rumah Sakit H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009
Komplikasi pada neonatus merupakan salah satu komponen penelitian yang penting pada VBAC. Komplikasi ini didefinisikan sebagai kondisi
neonatus selepas lahir selama 24 jam oleh maternal yang melakukan VBAC. Distribusi komplikasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 5.10: Distribusi VBAC berdasarkan komplikasi neonatus di Rumah Sakit H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009
Komplikasi neonatus N
Hidup 67
88.2 Mati
9 11.8
Total 76
100.0
5.2. Pembahasan 5.2.1. Distribusi VBAC berdasarkan umur maternal di Rumah Sakit H.
Adam Malik, Medan tahun 2007-2009
Menurut Caughey AB dan Mann S 2001, usia maternal yang selamat untuk melakukan persalinan adalah antara 20-35 tahun. Pada waktu ini
sistem anatomi dan fisiologi pada perempuan telah mengalami maturasi dan dikatakan sesuai bagi persalinan. Efek paling penting yang berlaku
semasa proses ini adalah pelepasan estrogen yang akan memanifestasikan efeknya pada alat kelamin wanita. Pada alat kelamin wanita, estrogen akan
meningkatkan motilitas tuba uterus. Selain itu, estrogen juga akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan aliran darah ke uterus dan seterusnya mempunyai efek penting pada otot polos di uterus. Jumlah protein otot meningkat juga
karena efek dari estrogen. Efeknya pada miometrium terlihat apabila bagian ini menjadi lebih aktif dan lebih mudah tereksitasi serta potensial
aksi pada setiap otot meningkat. Sensitivitas uterus turut meningkat setelah terinduksi lama pada estrogen. Keadaan-keadaan ini seterusnya akan
membantu maternal semasa persalinan DeCherney A, 2007. Jadi pada usia maternal yang kurang optimum bagi gestasi yaitu kurang dari 20
tahun dan di atas 35 tahun, jumlah persalinan kurang berbanding usia 20- 35 tahun. Berdasarkan tabel 5.1, jumlah persalinan paling tinggi dicatatkan
oleh kelompok usia 20-35 tahun 84.2 diikuti oleh kelompok usia di atas 35 tahun 13.2 dan di bawah 20 tahun 2.6. Ini bertepatan
dengan hasil studi oleh Caughey AB dan Mann S 2001 yang mengatakan usia optimum persalinan adalah 20-35 tahun dan didapatkan 78
persalinan terjadi pada kelompok usia ini. Pada studinya juga, keberhasilan VBAC dicatatkan sebanyak 65 bagi kelompok usia maternal 20-35
tahun, 20 pada kelompok usia di bawah 20 tahun dan 34 pada kelompok usia di atas 35 tahun. Walaubagaimanpun, menurut Weinstein
1996 dan Landon 2004, faktor usia bukanlah suatu faktor yang bermakna secara statistic p 0.05. Ini berlaku karena persalinan dapat
terjadi pada bila-bila masa sahaja, tidak tergantung kepada usia maternal sewaktu gestasi.
5.2.2. Distribusi VBAC berdasarkan kelompok usia kehamilan di Rumah
Sakit H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009
Pada penelitian ini, kelompok usia kehamilan dibagikan atas 3 kelompok yaitu pretem 37 minggu, term 37-40 minggu dan posterm 40
minggu. Berdasarkan tabel 5.2, kelompok preterm berhasil melakukan VBAC sebanyak 38.2 manakala pada kelompok term 57.9 dan
kelompok posterm 3.9.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok term menunjukkan angka keberhasilan VBAC tertinggi karena hanya kelompok ini biasanya pilihan untuk melakukan
trial of labor
direkomendasikan oleh para dokter Winkjosastro, 2007. Menurut Cunningham 2001, salah satu kriteria seleksi untuk melakukan VBAC
adalah secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik yang baik. Keadaan ini berlaku hampir keseluruhannya pada usia kehamilan optimum
atau kelompok term. Namun keadaan ini tidak menghalang maternal untuk mencuba VBAC walaupun pada usia kehamilan yang non-optimum.
Sehubungan dengan itu, banyak studi yang dijalankan untuk mengetahui tahap keselamatan dan keberkesanan VBAC menurut usia kehamilan
maternal. Menurut Coassolo K. 2005, maternal yang mencoba melakukan VBAC melepasi
estimated delivery date
EDD mempunyai peluang 36 gagal semasa
trial of labor
tetapi mereka besar kemunginan tidak akan merasa morbiditas terkait persalinan
delivery related morbidity
berbanding maternal maternal yang melakukan
trial of labor
sebelum EDD. Walaubagaimanapun, tahap keberhasilan VBAC berada pada 69, suatu angka yang berada dalam julat normal keberhasilan
VBAC. Menurut Zelop 1999,
trial of labor
pada usia kehamilan posterm hanya akan meningkatkan risiko ruptur uteri sebanyak 13 kali lebih tinggi
berbanding pada kehamilan non-posterm Jadi, dicadangkan untuk kehamilan posterm dilakukan seksio sesarea. Ini bertepatan dengan hasil
dari penelitian ini. Selain itu, pada penelitian ini juga didapatkan angka keberhasilan VBAC pada kehamilan preterm yang agak tinggi 38.2. Ini
adalah karena
trial of labor
pada waktu ini dikatakan tidak menyebabkan komplikasi ruptur uteri pada maternal. Pernyataan ini dibuktikan pada
studi oleh Al Nuaim 1996, di mana pada penelitiannya dinyatakan ruptur uteri yang terjadi pada kehamilan pretem adalah tidak bermakna secara
statistik p 0.05 setelah dilakukan penelitian pada 2673 sampel.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Distribusi VBAC berdasarkan riwayat persalinan pervaginal di Rumah Sakit H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009
Pada penelitian ini, salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan VBAC adalah riwayat persalinan pervaginal. Pasien dengan bekas seksio
sesarea yang pernah menjalani persalinan pervaginal memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien tanpa persalinan pervaginal Caughey AB, Mann S, 2001. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui riwayat persalinan pervaginal pada
maternal. Berdasarkan tabel 5.3, didapatkan bilangan persalinan pervaginal tertinggi dicatatkan oleh riwayat persalinan pervaginal 1 kali
68.4 diikuti oleh riwayat persalinan pervaginal sebanyak 2 kali 22.4, 3 kali 3.9 dan 5 kali 2.6. Riwayat persalinan pervaginal
terendah adalah 4 dan 7 kali 1.3. Hal ini terjadi karena menurut Harper 2003, risiko kematian ibu pada kelompok VBAC dapat mencapai empat
kali lipat dibanding kelompok persalinan pervaginal biasa. Diktum inilah yang kuat mempengaruhi pemikiran maternal maupun dokternya sendiri.
Pernyataan ini disokong oleh banyak penelitian tentang kematian dan morbiditas semasa persalinan. Risiko kematian ibu pada kelompok seksio
sesarea emergensi selepas
trial of labor
dapat mencapai sembilan kali lipat dibanding kelompok persalinan pervaginal. Kematian ibu pada kelompok
seksio sesarea emergensi pada penelitian ini, paling sering disebabkan oleh preeklamsia berateklampsia, disusul oleh sepsis, dan perdarahan Hall dan
Bewley, 1999. Para dokter menjadi takut untuk mencuba
trial of labor
pada maternal bekas seksio dan hal ini menyumbang kepada peratusan yang didapatkan pada penelitian ini. Menurut Gyamli C 2004, maternal
dengan riwayat persalinan pervaginal 1 kali sebelum ini adalah kelompok yang paling sering mencuba melakukan VBAC karena mereka mempunyai
semangat ingin mencuba yang tinggi dan faktor usia yang masih muda dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka lebih cepat. Pernyataan ini
bertepatan dengan hasil penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Benedetti TJ 1982 dalam Toth PP 1996, pada pasien bekas seksio sesarea yang sesudahnya pernah berhasil dengan persalinan
pervaginal, makin berkurang kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan dan persalinan yang akan datang. Namun, hal ini masih kurang
diinformasikan kepada maternal dan perlu mendapat perhatian khusus agar lebih banyak persalinan VBAC yang dilakukan pada maternal dengan
riwayat persalinan pervaginal. 5.2.4. Distribusi VBAC berdasarkan riwayat seksio sesarea di Rumah Sakit