Demikian pula permintaan terhadap hasil non pertanian seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan pertumbuhan penduduk
dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan
pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik Mansuri, 1996.
Beberapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan. Nastain dan Purwanto
2003 menyatakan beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain :
1. Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan 2. Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga
atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman komplek-komplek perumahan
3. Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian lahan hijau khususnya di perkotaan
4. Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
F. Faktor Fisik Lahan dan Perubahan Penutupan Lahan
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor-faktor
lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi
iklim, sumberdaya air dan perairan, bentuk lahan dan topografi, serta karakteristik tanah yang secara bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan pada sebidang lahan Gandasasmita, 2001. Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,
termasuk didalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peranan topografi terhadap penggunaan lahan dibedakan berdasarkan unsur-unsurnya
adalah elevasi dan kemiringan lereng. Peranan elevasi terkait dengan iklim, terutama suhu dan curah hujan. Elevasi juga berpengaruh terhadap peluang untuk
pengairan. Peranan lereng terkait dengan kemudahan pengelolaan dan kelestarian lingkungan Hardjowigeno, 1993.
Tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran penggunaan lahan Barlowe, 1986. Sehubungan dengan fungsinya
sebagai sumber hara, tanah merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan yang diterapkan mendapatkan hasil yang
maksimal. Iklim merupakan faktor fisik yang sulit dimodifikasi dan paling
menentukan keragaman penggunaan lahan. Unsur-unsur iklim seperti hujan, penyinaran matahari, suhu, angin, kelembaban dan evaporasi, menentukan
ketersediaan air dan energi, sehingga secara langsung akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Penyebaran dari unsur-unsur iklim ini bervariasi
menurut ruang dan waktu, sehingga penggunaan lahan juga beragam sesuai dengan penyebaran iklimnya Gandasasmita, 2001.
Universitas Sumatera Utara
G. Keterkaitan Antara Faktor Sosial Ekonomi, Dan Ekologi Terhadap Perubahan Lahan
Kebijakan ataupun penegakan hukum tidak dapat dialihkan dari satu negara ke negara lain, bahkan dari satu kawasan ke kawasan lain, karena
kebijakan itu merupakan cerminan kehidupan sosial, ekonomi, dan ekologi budaya setempat, termasuk panutan tradisi, kebiasaan, dan kepercayaan. Ini
berarti bahwa tataguna lahan perlu dirumuskan dengan dua kerangka konteks yang saling terpadukan, yaitu kerangka konteks biofisik sumberdaya alami dan
kerangka sosial-budaya ekonomi sumberdaya manusia. Dengan tataguna lahan yang berkhususan tapak site-specific dan berkhususan masyarakat people
specific, penggunaan lahan menjadi ternilai kelayakannya Notohadikusumo,2005.
Faktor sosial-budaya masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang ikut memberikan kontribusi bagi penentuan pemanfaatan lahan. Pada
umumnya pola-pola pemanfaatan lahan yang ada di suatu wilayah tidak bertentangan dengan kondisi sosial-budaya masyarakatnya Komarsa, 2001.
Faktor sosial budaya yang dimaksud dalam tulisan ini meliputi: tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat usia, motivasi, persepsi dan interpretasi,
pandangansikap hidup, adat-istiadat, idiologi dan tradisi lokal, hubungan dan jaringan sosial, institusi lokal.
Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi,
pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya untuk jangka pendek sehingga
Universitas Sumatera Utara
kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya
lahan yang bersifat marginal kualitas lahan yang rendah. Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran
yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan
sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun, dipihak lain permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan
penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita Rustiadi, 2001. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrial 2009 di DAS Belawan
kaitannya dengan perencanaan tata ruang adalah peruntukan lahan di DAS Belawan sangat dipengaruhi oleh desakan ekonomi masyarakat setempat dan
adanya stake holder yang memanfaatkan lahan DAS. Konversi lahan seperti diadakannya perkebunan atau pun dibukanya kawasan hutan menjadi pertanian
lahan kering seperi tanaman tebu dengan luasan yang luas. Selain itu faktor pendidikan masyarakat yang masih cenderung rendah mengakibatkan masyarakat
memanfaatkan keahlian yang mereka miliki seperti bertani. Permintaan lahan untuk peruntukan DAS dalam kegiatan permukiman,
perdagangan, dan jasa lainnya telah mengakibatkan berkurangnya daerah resapan termasuk ruang terbuka hijau RTH. Demikian halnya dengan tingginya
permintaan lahan untuk permukiman, perdagangan dan prasarana pendukung wisata di wilayah hulu telah menimbulkan tingginya perubahan penutupan lahan
dari lahan berpenutupan vegetasi yang baik telah berubah menjadi semak, tegalan terbuka, maupun permukiman lahan terbangun. Laju perubahan penutupan lahan
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi telah mengakibatkan semakin buruknya kondisi DAS bagian hulu sebagai daerah resapan air water recharge dan sebagai pengendali aliran
permukaan run-off yang menjadikan keadaan ekologi di kawasan DAS terganggu Djakapermana, 2009.
H. Sistem Informasi Geografis