Penggunaan Lahan Analisis Perubahan Tutupan Lahan Di DAS Belawan Periode 2000-2011

Dalam mempelajari ekosistem DAS, Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu tengah dan daerah hilir. Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar lebih besar dari 15, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan kecil sampai sangat kecil kurang dari 8, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir genangan air. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang sama pentingnya dengan daerah hilir karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS Asdak, 1995. Saat ini pembangunan wilayah sudah menyatakan perkembangan pesat, hal ini dapat dilihat beragamnya permasalahan yang terjadi seperti kebutuhan akan lahan dan kebutuhan akan ruang yang terus meningkat, kurangnya sarana prasarana, banjir, pemukiman kumuh, yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, dan akhirnya mengalami tekanan yang cukup signifikan yang harus diantisipasi penanganannya begitu juga keadaan yang berada di kawasan Daerah Aliran Sungai DAS. Kebutuhan akan lahan yang terus meningkat perlu diatur dalam perencanaan wilayah demi terciptanya keseimbangan tata ruang yang cukup untuk kebutuhan.

C. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan land Use diartikan sebagai setiap bentuk interaksi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spititual. Penggunaan lahan dapat ke dalam dua Universitas Sumatera Utara golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan dan dimanfaaatkan atau atas jenis tumbuhan dan tanaman yang terdapat atas lahan tersebut. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam lahan kota atau desa pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya Arsyad, 2006. Wijaya 2004 menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman ataupun lahan-lahan budidaya. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan. Saat ini banyak dilakukan usaha dalam pengelolaan DAS yang terkait perubahan tutupan lahan DAS. Rahmawaty 2011 melakukan observasi tentang tutupan lahan di DAS Besitang. Observasi mendapatkan hasil bahwa suatu DAS terkait langsung dengan peran serta manusia, tanah dan vegetasi yang berdampak langsung dengan keadaan suatu DAS baik itu dalam proses pengiriman air dan proses sedimen. Tutupan lahan di DAS dilihat dari lingkungan fisik yang didalamnya termasuk iklim, relief, tanah, hidrologi dan vegetasi yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi potensi penggunaan lahan. Adanya aktivitas manusia seperti reklamasi dari lahan sungai, pengelolaan vegetasi dan adanya salinisasi tanah berpengaruh besar terhadap terjadinya perubahan tutupan lahan.

D. Pola - Pola Pemanfaatan Lahan