Dalam mempelajari ekosistem DAS, Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu tengah dan daerah hilir. Daerah hulu dicirikan sebagai
daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar lebih besar dari 15, bukan
merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase
lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan kecil sampai sangat kecil kurang dari 8, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir genangan air.
Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang sama pentingnya dengan daerah hilir karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS
Asdak, 1995. Saat ini pembangunan wilayah sudah menyatakan perkembangan pesat,
hal ini dapat dilihat beragamnya permasalahan yang terjadi seperti kebutuhan akan lahan dan kebutuhan akan ruang yang terus meningkat, kurangnya sarana
prasarana, banjir, pemukiman kumuh, yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, dan akhirnya mengalami tekanan yang cukup signifikan yang harus
diantisipasi penanganannya begitu juga keadaan yang berada di kawasan Daerah Aliran Sungai DAS. Kebutuhan akan lahan yang terus meningkat perlu diatur
dalam perencanaan wilayah demi terciptanya keseimbangan tata ruang yang cukup untuk kebutuhan.
C. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan land Use diartikan sebagai setiap bentuk interaksi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spititual. Penggunaan lahan dapat ke dalam dua
Universitas Sumatera Utara
golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air
dan komoditi yang diusahakan dan dimanfaaatkan atau atas jenis tumbuhan dan tanaman yang terdapat atas lahan tersebut. Penggunaan lahan bukan pertanian
dapat dibedakan ke dalam lahan kota atau desa pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya Arsyad, 2006.
Wijaya 2004 menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, mata pencaharian,
aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong
penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman ataupun lahan-lahan budidaya. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah
berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya
perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong
penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan. Saat ini banyak dilakukan usaha dalam pengelolaan DAS yang terkait
perubahan tutupan lahan DAS. Rahmawaty 2011 melakukan observasi tentang tutupan lahan di DAS Besitang. Observasi mendapatkan hasil bahwa suatu DAS
terkait langsung dengan peran serta manusia, tanah dan vegetasi yang berdampak langsung dengan keadaan suatu DAS baik itu dalam proses pengiriman air dan
proses sedimen. Tutupan lahan di DAS dilihat dari lingkungan fisik yang didalamnya termasuk iklim, relief, tanah, hidrologi dan vegetasi yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi potensi penggunaan lahan. Adanya aktivitas manusia seperti reklamasi dari lahan sungai, pengelolaan vegetasi dan adanya salinisasi tanah
berpengaruh besar terhadap terjadinya perubahan tutupan lahan.
D. Pola - Pola Pemanfaatan Lahan