hati, ligament falsiform melintasi diafragma sampai ke dinding abdomen anterior. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis Pearce, 2009.
Setiap lobus dari hati dibagi dalam struktur-struktur yang disebut lobus. Lobulus ini adalah mikroskopik yang merupakan unit fungsonal dari hati
yang bersegi enam atau heksagonal. Di dalam lobulus terdapat sel-sel hati hepatosit yang tersusun seperti lapisan-lapisan plat dan berbentuk sinar dan
mengelilingi hepatikum. Pada setiap segi dari lobules terdapat cabang-cabang vena porta, arteria hepatica, dan kanalikuli empedu Baradero, Dayrit, dan
Siswandi, 2008. Hati merupakan salah satu organ terbesar dalam tubuh yang memiliki
peranan dan fungsi yang kompleks dalam tubuh manusia. Hati bertanggung jawab dalam proses biokimiawi yang terjadi dalam tubuh, antara lain seperti
memproduksi glukosa, protein, dan lemak, serta menyimpan dan memecahnya, mendetoksifikasi beberapa senyawa endogen dan eksogen, mensekresi zat-zat
yang tidak berguna dalam tubuh, mengedarkan obat dalam darah ke jaringan, peredaran bilirubin, dan cairan empedu Cahyono, 2009.
2. Kerusakan hati
Bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati disebut sebagai hepatotoksin Singh, Bhat, and Sharma, 2011. Peningkatan kadar enzim Alanin
Aminotransferas ALT dan Aspartat Transaminase AST menjadi penanda adanya kerusakan hati Fajariyah, Utami, dan Arisandi, 2010.
Induksi senyawa hepatotoksin dapat menimbulkan berbagai perubahan spesifik pada histopatologi. Jenis-jenis kerusakan hati dibagi menjadi:
a. Steatosis perlemakan hati. Manifestasi histologi dari steatosis adalah
akumulasi trigliserida pada sitoplasma dari hepatosit sel hati Chan, Quaglia, Haugk, and Burt, 2014. Terdapat dua tipe dari steatosis hati, yakni
mikrovesikular dan makrovesikular. Pada steatosis mikrovesikular, droplet lemak kecil atau vakuola mengisi hepatosit tanpa merubah tempat nukleus,
sedangkan makrovaskular steatosis terdapat satu atau lebih droplet lemak besar yang mengisi sel hati tanpa memperluas sel hati dan menekan nukleus
terhadap dinding sel Siegel, 2008. b.
Nekrosis. Keadaan dimana terjadi kematian miosit pada hati dapat disebut pula sebagai nekrosis. Pada nekrosis, sel membengkak dan pecah, sehingga
menginduksi proses inflamasi yang diikuti dengan terjadinya fibrosis Borer and Isom, 2004. Karbon tetraklorida adalah salah satu senyawa yang dapat
menyebabkan nekrosis hepatoselular Boyer, Manns, and Sanyal, 2012. Enzim penanda yang paling berguna untuk kerusakan hati berupa nekrosis
hepatoselu adalah enzim ALT dan AST McClatchey, 2002. c.
Kolestasis. Kolestasis terjadi karena peningkatan peroksidasi lipid di hati, ginjal, dan otak Sherlock, and Dooley, 2008. Kolestasis adalah kuningnya
kulit dan mata, serta kulit dan urin menjadi berwarna gelap, kemudian tinja menjadi berwarna terang dan berbau busuk yang disebabkan karena
penyumbatan aliran empedu Porter, 2009. d.
Sirosis. Sirosis adalah penyakit hepar kronis yang mengakibatkan kematian sel-sel hati yang kemudian menyebabkan berkurangnya sebagian besar fungsi
hati. Penyebab sirosis beraneka ragam, baik intrahepatik dan ekstrahepatik,
kolestasis, hepatitis virus, dan hepatotoksin. Faktor penyebab utama dari sirosis adalah alcohol dan malnutrisi Baradero, et al., 2008.
3. Hepatotoksin