Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Penentuan waktu pencuplikan darah

setelah dilakukan pemekatan menggunakan waterbath dengan suhu 80 o C. Proses pencarian bobot tetap ekstrak etanol 70 herba Sonchus arvensis L. menunjukkan bahwa sebanyak 500 g serbuk kering herba Sonchus arvensis L. menghasilkan 10 cawan ekstrak kental, dengan rata-rata rendemen dari masing-masing cawan adalah 6,04 g, dan total seluruh ekstrak kental yang didapatkan adalah 60,4 g, dengan persen rendemen yang diperoleh sebesar 12,08.

D. Uji Pendahuluan

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Senyawa hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon tetraklorida. Dosis hepatotoksin perlu ditentukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa dosis karbon tetraklorida yang dapat meningkatkan aktivitas serum ALT-AST sebagi penanda adanya kerusakan hati yang terjadi pada tikus putih jantan galur Wistar. Kenaikan aktivitas serum ALT dan AST sebanyak tiga kali hingga empat kali dari normal menunjukkan terjadinya steatosis perlemakan pada hati Pachos dan Paletas, 2009. Dosis hepatotoksin karbon tetraklorida sebesar 2 mLkgBB pada penelitian ini mengacu pada penelitian Al-Olayan, et al. 2014.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah

Penentuan waktu pencuplikan darah dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa waktu saat senyawa hepatotoksin karbon tetraklorida dengan dosis 2 mLkgBB mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST pada waktu tertentu yang menandakan adanya efek hepatotoksik yang maksimal terjadi. Dosis 2 mLkgBB dari karbon tetraklorida diberikan pada hewan uji tikus dan kemudian dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis mata pada jam ke- 0, 24, dan 48 jam. Peneliti tidak melakukan orientasi pencuplikan pada jam ke-72 karena pada jam ke-48 telah terjadi penurunan yang signifikan baik terhadap aktivitas serum ALT dan AST, sehingga dapat dipastikan bahwa pada jam ke-72 aktivitas serum ALT dan AST menurun. Hasil uji didapatkan berupa aktivitas serum ALT yang tertera pada Tabel III dan Gambar 4. Berdasarkan data aktivitas serum ALT karbon tetraklorida 2 mLkgBB yang telah dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk menunjukkan data terdistribusi normal. Namun, dari uji analisis pola searah One Way ANOVA - Levene test, diketahui nilai signifikansi 0,038 p0,05 yang menunjukkan bahwa variansi data tidak homogen. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk melihat kebermaknaan perbedaan, dimana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,005 p0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Kemudian untuk melihat perbedaan antar kelompok dilakukan uji Wilcoxon. Hasil analisis dari uji Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel IV. Tabel III. Purata aktivitas serum ALT tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam Selang Waktu jam Rata-rata aktivitas serum ALT ± SE UL 54 ± 3,5 24 198,4 ± 23,8 48 74 ± 8,2 Keterangan: SE=Standar Error Gambar 4. Diagram batang purata aktivitas serum ALT tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0, 24, 48 jam Tabel IV. Hasil uji Wilcoxon aktivitas serum ALT tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL.kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam Selang waktu jam Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48 BB BTB 24 BB BB 48 BTB BB Keterangan: B = Berbeda bermakna p ≤ 0,05; BTB = Berbeda tidak bermakna p 0,05 Berdasarkan data pada Tabel III dan Gambar 4, terlihat bahwa pada jam ke-0 dan jam ke-48 menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan nilai signifikansi 0,095 p0,05, yang berarti bahwa aktivitas serum ALT pada jam ke-48 telah kembali normal dengan adanya mekanisme fisiologi hati yang dapat menggantikkan sel-sel hati yang rusak. Aktivitas serum ALT terlihat mengalami peningkatan sebesar tiga kali jika dibandingkan antara jam ke-0 54 ± 3,5 dan jam ke-24 198,4 ± 23,8. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dan berbeda bermakna antara jam ke-0 dan jam ke-24 dengan nilai signifikansi 0,000 p0,05, yang berarti bahwa pemberian karbon tetraklorida pada jam ke-24 terbukti dapat menyebabkan kerusakan hati yang paling tertinggi. Hasil analisis dari uji statistik aktivitas serum ALT pada waktu pencuplikan jam ke-0, 24, dan 48 dapat dilihat pada Tabel IV, dimana pada jam ke-24 menunjukkan efek hepatotoksik yang paling tinggi dari karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB. Hasil orientasi ini akan digunakan sebagai acuan dalam penentuan waktu penentuan darah hewan uji setelah pemberian karbon tetraklorida. Tabel V. Purata aktivitas serum AST tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam Selang Waktu jam Rata-rata aktivitas serum AST ± SE UL 100,2 ± 10 24 461,2 ± 46,3 48 177,2 ± 17,1 Keterangan: SE=Standar Error Gambar 5. Diagram batang purata aktivitas serum AST tikus jantan galur Wistarsetelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu

0, 24, 48 jam Tabel VI. Hasil uji

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek fraksi air ekstrak etanolik herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ALT-AST SERUM pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 99

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 4 113

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekokta Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

3 7 127

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 117

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 155

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 115