Kemampuan Literasi Matematis siswa kelas VIII B

Berdasarkan proses literasi, untuk soal nomor 2 dan 5 rata-rata siswa mampu menjawab dengan benar dan memberikan penjelasan dengan baik. Pada dua soal tersebut siswa mampu menjawab soal dengan baik dan benar, siswa dapat memodelkan soal ke dalam bentuk matematika, melakukan perhitungan dengan benar dan dapat mengaplikasikan hasil perhitungan ke dalam soal dengan baik, sehingga pada akhirnya siswa memperoleh jawaban yang benar. Oleh karena itu, kemampuan literasi matematis siswa berdasarkan kemampuan dasar literasi dan proses matematis dapat dikatakan baik. Soal nomor 4 dan nomor 6 adalah soal yang berada pada level yang sama, yakni level 3. Pada level 3, kemampuan literasi matematis siswa dikatakan baik sekali. Padahal apabila dilihat kemampuan berdasarkan nomor, maka terdapat selisih skor yang cukup tinggi. Skor untuk soal nomor 4 adalah 70,7 dan skor untuk soal nomor 6 adalah 92,3. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh bentuk soal. Untuk soal nomor 4, siswa dituntut untuk mampu memahami soal, memahami konsep, merepresentasikan, merancang strategi penyelesaian, akurasi dalam perhitungan, dan menalar serta memberi argumen dalam menjawab soal tersebut, sedangkan soal nomor 6 siswa tetap perlu memahami maksud soal, namun siswa tidak perlu menerapkan konsep yang rumit sehingga rata-rata siswa mampu menyelesaikan soal nomor 6 dengan baik dan benar. Walaupun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa tingkat kesulitan soal nomor 6 lebih rendah dibandingkan nomor 4. Hal ini dikarenakan soal nomor 6 juga memiliki tingkat kesulitan tersendiri, yakni pada bagian menghubungkan hasil perhitungan dengan soal. Proses menghubungkan hasil perhitungan dengan soal merupakan bagian dari kemampuan representasi, dan apabila melihat tabel 2.1 tentang hubungan antara proses matematika dan kemampuan dasar matematika, maka hal ini termasuk pada proses menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh. Pada soal nomor 4, banyak siswa yang mengalami kekeliruan, berikut merupakan salah satu contoh dari jawaban siswa untuk soal nomor 4 yang bisa menggambarkan kekeliruan yang dilakukan siswa. Gambar 4. 2 Contoh jawaban siswa untuk soal nomor 4 Seperti yang terlihat dari gambar 4.1, siswa mengalami kekeliruan dalam memodelkan soal. Pada dasarnya, mereka paham akan maksud soal dan tahu rumus apa yang harus digunakan. Hal ini menggambarkan kemampuan dalam merepresentasikan soal dan menyusun strategi untuk menyelesaiakan soal dengan baik. Namun ketika menerapkan konsep untuk menjawab soal siswa masih keliru. Konsep yang digunakan adalah mencari waktu tempuh dengan bantuan jarak dan kecepatan rata-rata. Kekeliruan yang terjadi pada gambar 4.1 adalah siswa mencari waktu tempuh dengan membagi jarak total dengan kecepatan rata-rata total kecepatan rata-rata ketika naik ditambah kecepatan rata-rata ketika turun. Seharusnya, dalam menghitung waktu tempuh siswa dapat melakukan perhitungan secara terpisah antara waktu tempuh ketika naik dan waktu tempuh ketika turun, hal ini karena kecepatan rata-rata ketika naik dan turun berbeda. Kesalahan pada konsep ini menggambarkan kemampuan siswa dalam mematematisasi soal dan pengoperasian bilangan sesuai aturan terkait konsep masih rendah, dan kesalahan pada proses pemahaman konsep ini berakibat pada kesalahan dalam menarik kesimpulan yang merupakan bagian dari proses ketiga dalam literasi matematis. Melihat hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa kedua belas siswa yang belum mampu menyelesaikan soal ini memiliki kemampuan literasi matematis yang cukup karena mareka masih kurang dalam mematematisasi dan mengoperasikan bilangan sesuai dengan aturan soal yang merupakan bagian dari proses kedua dalam literasi matematis, walaupun secara representasi dan strategi mereka baik digambarkan dengan siswa memahami maksud soal dan mengetahui rumus kecepatan rata-rata. Soal nomor 7 dan soal nomor 8 merupakan soal yang berada di level 4 dan tergolong dalam kategori yang sama, yakni space and shape. Walaupun dalam kategori yang sama, rata-rata perolehan skor nomor 7 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nomor 8. Hal ini karena pada soal nomor 7 dibutuhkan ketajaman nalar dibandingkan dengan soal nomor 8. Berdasarkan soal yang terdapat dalam lampiran, maka dapat dilihat perbedaan dari kedua soal ini. Kedua-duanya adalah soal dengan level 4 dan pada kategori yang sama. Kedua soal membicarakan bentuk dan ukuran, keterangan bentuk serta ukuran telah diberikan di soal, namun yang membedakannya adalah pada soal nomor 7 ditanyakan keuntungan dari penjualan Pizza, sedangkan pada soal nomor 8 menanyakan tinggi dari tower yang paling pendek. Soal nomor 7 lebih mengarah pada kemampuan matematisasi, representasi, penalaran, merancang strategi, dan pengoperasian bilangan, dan soal nomor 8 adalah soal yang mengarah pada kemampuan mematematisasi, merepresentasi, merancang strategi, pengoperasian bilangan, dan penalaran walaupun tingkat penalaran tergolong rendah. Untuk menjawab soal nomor 8, siswa harus mampu merepresentasikan gambar yang ada dalam bentuk matematika terlebih dahulu, lalu siswa perlu mematematisasikan soal tersebut dengan memodelkan soal ke bentuk matematika, setelah itu siswa dapat merancang strategi yang harus digunakan. Strategi yang digunakan adalah siswa harus mencari tinggi dari masing-masing bangun yang ada dengan bantuan keterangan tinggi tower yang lain. Sehingga, ketika siswa mampu mencari dan menemukan tinggi tiap bangun penyusun tower, maka soal ini dapat dipecahkan. Berdasarkan hasil tes, untuk soal nomor 8 rata-rata siswa mampu melalui tahapan-tahapan yang ada, mulai dari merepresentasi, memamatematisasi, hingga merancang strategi dengan baik. Oleh karena itum maka kemampuan literasi siswa untuk nomor 8 dapat dikatakan baik. Berbeda dengan soal nomor 7. Ide awal dari penyelesaian soal ini adalah mencari harga per satuan luas dari tiap Pizza, dan dalam menemukan ide awal inilah yang membuat soal ini membutuhkan nalar dan kemampuan analisa yang tinggi. Ada 4 macam bentuk jawaban yang diberikan oleh siswa. Ada yang menjawab Pizza dengan diameter 40 cm lebih menguntungkan penjual, ada yang mengatakan kedua Pizza sama-sama menguntungkan penjual, ada yang mengatakan Pizza dengan diameter 30 cm lebih menguntungkan penjual, dan ada juga yang tidak menjawab. Bagi yang tidak menjawab, mereka tidak tahu harus menggunakan rumus yang mana untuk menjawab soal ini namun paham akan maksud soal, sehingga dapat dikatakan kemampuan siswa tersebut dalam menganalisa soal masih rendah. Berbeda dengan ketiga jawaban lainnya, ada alur berpikir dalam menjawab soal ini. Berikut merupakan contoh-contoh jawaban dari para siswa terkait soal ini a. Bentuk jawaban siswa yang menjawab Pizza dengan diameter 40 cm lebih menguntungkan. Gambar 4. 3 Langkah kerja siswa untuk jawaban Pizza dengan diameter 40 cm lebih menguntungkan penjual. Berdasarkan jawaban di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mampu menganalisa langkah apa yang harus diambil untuk menjawab soal ini. Berdasarkan teori tentang kemampuan dasar literasi matematis, hal ini merupakan gambaran dari kemampuan literasi matematis terkait merancang strategi dan kemampuan merancang strategi dari siswa dengan model jawaban seperti di atas tergolong baik. Memilih untuk mencari luas merupakan gambaran dari kemampuan siswa dalam memodelkan soal ke bentuk matematika. Namun, kemampuan siswa dalam menalar maksud soal masih kurang. Hal ini dikarenakan, dalam menentukan Pizza mana yang lebih menguntungkan haruslah dikaitkan dengan harga dari masing-masing Pizza tersebut. Dalam proses mengaitkan antara harga dengan luasan Pizza inilah diperlukan penalaran. Bagaimana mengaitkan harga dengan luasan Pizza yang telah dicari sebelumnya adalah pokok dari penyelesaian soal ini, karena Pizza yang memiliki harga lebih tinggi per cm 2 inilah Pizza yang lebih menguntungkan penjual. Oleh karena itu, bagi siswa yang menjawab seperti jawaban di atas dapat dikatakan untuk level ini kemampuan siswa menerapkan konsep dan menalar soal masih rendah atau apabila dikaitkan dengan kemampuan literasi siswa, kemampuan literasi matematis siswa masih tergolong kurang. b. Bentuk jawaban siswa yang menjawab Pizza dengan diameter 30 cm lebih menguntungkan Gambar 4. 4 Langkah kerja siswa untuk jawaban Pizza dengan diameter 30 cm lebih menguntungkan penjual. Berdasarkan jawaban di atas, siswa telah mampu menjawab soal yang diberikan dan juga mampu memberikan alasan yang kuat terhadap jawabannya. Bagi siswa yang menjawab soal nomor 7 dengan langkah kerja seperti di atas dapat dikatakan bahwa siswa ini memiliki kemampuan literasi matematis yang baik untuk soal dengan level 4. Hal ini karena, pada langkah kerja yang dituliskan siswa memahami maksud soal dan apa yang harus dilakukan untuk menjawab soal tersebut berarti siswa mampu merepresentasikan soal dengan baik. Memilih untuk mencari luas dari kedua Pizza merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memodelkan soal ke dalam bentuk matematika. Setelah itu, siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan yang baik dalam bernalar terlihat dari pemilihan langkah selanjutnya. Siswa memilih sebelum menyimpulkan, terlebih dahulu harus mencari harga per cm 2 dari masing-masing Pizza. Seperti yang dikatakan sebelumnya, proses inilah yang mengukur ketajaman nalar siswa. Karena yang ditanyakan adalah Pizza mana yang lebih menguntungkan penjual maka langkah mencari harga per cm 2 kedua Pizza merupakan kuncinya. Apabila siswa sampai pada tahap ini, maka dapat dikatakan siswa memiliki nalar yang baik. Setelah mengetahui harga per cm 2 dari tiap-tiap Pizza, siswa dapat menarik kesimpulan bahwa Pizza mana yang lebih menguntungkan. Berdasarkan paparan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk soal nomor 7 yang termasuk level 4 dari soal PISA, siswa memiliki kemampuan literasi matematis yang baik. c. Bentuk jawaban siswa yang mengatakan sama-sama menguntungkan. Gambar 4. 5 Langkah kerja siswa untuk jawaban penjualan kedua Pizza memiliki keuntungan yang sama Berdasarkan gambar 4.4, siswa belum mampu memodelkan soal ke dalam bentuk matematika dan menalar soal menggunakan setiap keterangan yang ada di dalam soal. Dengan hanya membandingan harga penjualan saja, tanpa ada proses memodelkan dan penerapan konsep terlebih dahulu maka dapat dikatakan siswa paham dengan maksud soal namun kemampuan literasi matematis siswa masih rendah. Hasil wawancara juga menunjukan hal yang sama, dimana siswa benar-benar hanya berpikir cara seperti inilah yang dapat ditempuh untuk menjawab soal tersebut. Pada lembar soal yang digunakan dalam penelitian ini, soal nomor 9 merupakan soal dengan level 5 dengan kategori shape and space. Tidak banyak siswa yang mampu menjawab soal ini. Hal ini menandakan ada juga siswa yang mampu menjawab soal ini dengan benar. Berikut merupakan gambar dari jawaban siswa dari soal nomor 9. Gambar 4. 6 Jawaban siswa nomor 9 Soal nomor 9 bukanlah soal yang mudah bagi siswa. Soal dengan tipe keruangan ini hanya mampu dijawab dengan benar oleh 7 orang siswa. Bagi yang mampu menjawab soal ini, maka dapat dikatakan kemampuan keruangan siswa baik. Terkait dengan kemampuan literasi matematis, soal ini bukanlah soal yang menuntut siswa untuk merancang model matematika dari soal, namun pada soal ini lebih ditekankan kemampuan keruangan dimana siswa diminta untuk membayangakan hasil potongan-potongan kubus yang ada pada soal dan berdasarkan teori tentang dasar kemampuan literasi, soal ini lebih mengarah pada kemampuan merepresentasikan soal dengan bantuan gambar yang lebih menekankan pada kemampuan krepresentasi keruangan. Apabila siswa mampu menjawab soal ini, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan literasi siswa baik untuk level 5 dengan kategori change and relationship yang menekankan pada kemampuan representasi. Soal nomor 10 merupkan soal dengan level tertinggi dari seluruh soal yang diberikan pada lembar soal. Soal nomor sepuluh ini melibatkan kemampuan literasi matematis dalam hal mematematisasi, merancang strategi, penalaran, dan penafsiran. Hasil dari penelitian ini, ada 8 orang siswa yang mampu menemukan ide awal, dan 3 orang di antaranya berhasil menjawab soal dengan benar. Ide awal untuk menjawab soal ini adalah membagi gelas yang ada menjadi 2 bagian, kemudian ditimbang, yang lebih ringan kembali dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang sama besar lalu ditibang, dan begitu seterusnya. Hal ini merupakan bagian dari kemampuan siswa dalam merancang strategi yang harus digunakan. Berikut merupakan gambar dari contoh jawaban siswa : a. Bentuk jawaban siswa yang benar Gambar 4. 7 Jawaban nomor 10 yang benar Berdasarkan gambar di atas, maka nampak bahwa siswa memiliki ide awal untuk menjawab soal ini. Siswa membagi gelas-gelas menjadi dua bagian yang sama besar lalu menimbangnya, lalu melakukannya lagi hingga menemukan gelas yang paling ringan. Dalam hal ini, dapat dikatakan kemampuan literasi matematika siswa untuk level 6, baik. Soal nomor 10 ini membutuhkan nalar yang tinggi untuk mampu menemukan ide dan mengeksekusi ide tersebut. Bagian terpenting dari penyelesaian soal ini adalah menentukan ide awal tersebut yang dalam teori hal ini termasuk penyusunan strategi. Namun, untuk mengatakan kemampuan litersi matematika siswa baik tidak hanya dengan melihat kemampuan siswa dalam menemukan ide awal tersebut. Serangkaian proses mulai dari menemukan ide hingga mengeksekusi inilah yang dilihat untuk menentukan kemampuan literasi matematis siswa baik atau tidak. Serangkaian proses seperti yang tampak pada gambar 4.6 memperlihatkan bahwa siswa mampu menjawab soal dengan benar, hal ini menandakan bahwa siswa mampu menyusun strategi dengan baik, dan mengeksekusi rancangan strategi tersebut hingga menemukan jawaban yang benar. Melalui serangkaian proses tesebut, maka dapat dikatakan pula kemampuan bernalar siswa pun baik. Namun, ada satu kemampuan yang tidak kalah penting dalam menjawab soal ini, yakni kemampuan penafsiran. Dalam menentukan strategi, siswa harus mampu menafsirkan langkah-langkah mana yang harus ditempuh untuk memperoleh jawaban yang paling efisien. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh bahwa siswa yang menjawab dengan benar soal nomor 10 ini pada awalnya hanya mengira-ngira cara menyelesaiakan soal tersebut, dan pada akhirnya memutuskan untuk menggunakan cara seperti pada gambar 4.6. Proses trail an error yang dilakukan oleh siswa merupakan bagian dari kemampuan menafsirkan penyelesaian yang harus ditempuh. Oleh karena itu, bagi siswa yang mampu melibatkan kemampuan penafsirannya, penyusunan strategi dan bernalar, maka dapat dikatakan kemampuan literasi matematis siswa tersebut untuk soal nomor 10 dengan kategori uncertainty and data tergolong baik sekali. b. Bentuk jawaban siswa yang hampir benar Gambar 4. 8 Jawaban nomor 10 yang hampir benar Berdasarkan gambar 4.8, dapat dilihat bahwa siswa telah memiliki ide awal, yakni membagi dua sama banyak gelas-gelas yang ada lalu menimbangya. Namun, untuk melanjutkan ke proses selanjutnya hingga memperoleh jawaban yang diinginkan, siswa masih belum mampu melakukannya. Hal ini menandakan bahwa, kemampuan literasi matematis siswa untuk soal nomor 10 ini masih kurang. Hal ini dikarenakan, siswa hanya melibatkan kemampuan penafsiran dalam menjawab soal, yakni dengan membagi dua sama banyak gelas-gelas yang ada lalu menimbangnya. Kemampuan dalam menentukan strategi dan mengeksekusi strategi masih tergolong kurang, karena siswa belum mampu melanjutkan langkah awal yang diambil hingga menemukan jawaban. Oleh karena itu, dapat dikatakan kemampuan literasi matematis siswa untuk soal nomor 10 dengan bentuk penyelesaian seperti pada gambar 4.8 tergolong kurang. Selain beberapa hal terkait kemampuan literasi siswa berdasarkan level, Tabel 4.5 tentang kemampuan literasi matematis tiap siswa dari level 1 sampai level 6 juga menarik untuk dibahas. Dari data yang tertera pada Tabel 4.5, ada 5 orang siswa yang menunjukkan hasil yang cukup menarik perhatian. Kelima siswa tersebut adalah S2, S7, S14, S16, dan S23. Secara umum, siswa-siswa ini menunjukkan kemampuan literasi yang cenderung rendah untuk level 1 sampai level 4, tetapi mereka dikatakan memiliki kemampuan yang tergolong baik untuk level tertinggi yakni level 6. Berdasarkan hasil tes yang dapat dilihat di lampiran B.1, jawaban kelima siswa untuk soal level 1 sampai dengan 4 masih tergolong rendah, yang dilihat dari standar kemampuan literasi matematis dan juga apabila dikaitkan dengan proses matematika. Oleh karena itu, masuk akal bila kemampuan literasi matematis kelima siswa tersebut rendah. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan kemampuan literasi siswa pada level 6 bisa tergolong baik, sedangkan kemampuan literasi matematis pada level bawah tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima siswa tersebut, alasan mereka dapat menjawab soal nomor 10 yang merupakan soal dengan level 6 adalah mereka dapat menggunakan cara coba-coba atau yang dikenal dengan istilah trail an error untuk menjawab soal nomor 10, sedangkan tidak demikian untuk soal di level 1 sampai level 4. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan literasi matematis siswa masih berada pada level 1 sampai level 3, walaupun ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan literasi matematis sampai pada level 6. Kemampuan literasi matematis siswa pada level 4 masih tergolong cukup hal ini disebabkan oleh banyak siswa masih terpaku pada rumus, sehingga ketika diberikan soal yang berkaitan dengan nalar dan analisis maka siswa tidak mampu menyelesaikan soal tersebut dengan baik dan benar. Begitu juga dengan level 5 dan 6. Sehingga, dapat disimpulkan kemampuan literasi siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus untuk level 4 sampai 6 masih kurang.

2. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal

Banyak kesulitan-kesulitan yang dijumpai siswa ketika menyelesaikan soal- soal PISA yang diberikan. Namun, ada beberapa kesulitan yang paling mendasar, yakni kesulitan-kesulitan yang berkisar tentang kesulitan dalam perhitungan, kesulitan menganalisis soal, kesulitan keruangan, dan kesulitan dalam memahami soal. Pada level pertama, kesulitan yang paling besar pada perhitungan. Kesulitan perhitungan mencapai 50. Perhitungan yang dimaksud adalah kesulitan- kesulitan dalam mengoperasikan bilangan-bilangan yang jumlahnya besar dan juga membulatkan hasil perhitungan. Hal ini berdasarkan hasil wawancara disebabkan oleh siswa tidak terbiasa melakukan operasi bilangan yang besar dan juga masih kesulitan dalam materi membulatkan. Untuk mengatasi kesulitan- kesulitan ini, berdasarkan hasil wawancara siswa cenderung memilih jawaban yang mendekati perhitungan mereka dan ada juga yang langsung memperkirakan jawaban yang bagi dia masuk akal. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa ini dapat diatasi dengan membiasakan siswa mengerjakan soal-soal dengan perhitungan dalam jumlah yang besar. Kesulitan-kesulitan pada level 2 masih berhubungan dengan hal-hal teknis, seperti kurangnya keterangan-keterangan pada soal. Kesulitan ini mencapai 34,6. Namun, masih dapat dikatakan siswa maampu menalar soal dan mampu memahami soal dengan baik karena berdasarkan wawancara, sekalipun siswa mengalami kesulitan tetapi siswa tetap mampu menjawab soal dengan baik dan benar. Kesulitan mengenai memahami soal dan menyelesaikan soal mulai terlihat pada level 3. Pada level ini, kesulitan akan memahami soal mencapai 26,83 dan kesulitan terhadap menyelesaikan soal mencapai 26,9. Kesulitan-kesulitan ini sudah mulai megindikasikan bahwa semakin tinggi level maka kemampuan menganalisa soal semakin diuji. Namun, walalupun demikian kesulitan pada level 3 ini tidak begitu mempengaruhi jawaban siswa. Siswa tetap mampu menjawab soal dengan baik. Pada level 4, kesulitan menganalisa soal kembali dialami oleh siswa bahkan persentasenya meningkat dari level sebelumnya. Kesulitan terhadap menganalisa mencapai 30,7. Kesulitan menganalisa soal ini ditemukan pada soal Pizza, di mana banyak siswa mengalami kesulitan dalam menganalisanya. Namun walaupun siswa sulit menganalisa soal, ada beberapa siswa yang mengutarakan bahwa dia dapat menyelesaikan soal dengan membaca berualangkali soal tersebut, sehingga menemukan jalan keluar. Level 5, kesulitan yang ditemukan berbeda dibanding level-level sebelumnya. Seluruh siswa mengalami kesulitan dalam hal keruangan. Walaupun ada beberapa siswa yang berhasil menjawab soal ini. Banyak cara yang dilakukan oleh siswa untuk menjawab soal ini, ada yang berusaha membuat sebuah model kubus terlebih dahulu, dan sebagian besar siswa menyelesaikan soal ini dengan berusaha membayangkan hasil potongan-potongan kubus yang terdapat pada soal sampai menemukan gambaran tentang jaring-jaring kubus yang dimaksud. Level 6 merupakan level tertinggi dari level soal PISA. Pada level ini, kesulitan terhadap menganalisis soal hingga kesulitan menyelesaikan soal mencapai 76,92. Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang termasuk dalam 76,92 ini benar-benar bingung dalam menyelesaikan soal yang diberikan, soal harus diapakan, dan harus menggunakan rumus apa adalah pernyataan-pernyataan yang terucap. Namun, ada 23,08 siswa yang dapat menyelesaikan soal ini. Mereka bukan berarti tidak mengalami kesulitan, melainkan mereka mencoba cara coba-coba dalam menjawab soal ini, dan ternyata cara coba-coba ini berhasil. Berdasarkan paparan terhadap kesulitan-kesulitan siswa di tiap level, maka dapat dilihat bahwa kesulitan dalam menganalisa soal merupakan kesulitan mendasar yang dialami siswa. Semakin tinggi level, maka semakin tinggi persentase kesulitan menganalisa soal. Hal ini dapat disebabkan oleh, siswa belum terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan nalar dalam menyelesaikannya, atau dengan kata lain siswa terbiasa dengan masalah perhitungan-perhitungan praktis. Selain itu, apabila melihat bentuk soal, kesulitan siswa dalam menganalisa soal tergolong tinggi ketika soal tersebut berbentuk soal cerita. Dengan demikian dapat dikatakan siswa masih kesulitan dalam memahami soal-soal dengan bantuk soal cerita, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaye Stacey pada tahun 2011 yang berjudul The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya pembelajaran di sekolah menyertakan soal-soal dengan konteks sehari-hari yang lebih menekankan kemampuan bernalar siswa agar siswa terbiasa menganalisa soal yang di dalam konteks kehidupan sehari-hai yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Hal ini agar siswa terbiasa dengan permasalahan matematika yang ada di sekitarnya. Selain itu, kesulitan yang terlihat sangat menarik perhatian adalah kesulitan keruangan. Seluruh siswa mengalami kesulitan yang sama. Walaupun ada yang berhasil menjawab soal dengan benar. Pemberian soal-soal terkait keruangan seperti yang diberikan pada tes akan membantu siswa meminimalisir terjadinya kesulitan ini apabila di bertemu dengan soal serupa atau bahkan ketika berada di kehidupan sehari-hari.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini terdapat pada wawancara yang dilakukan kepada siswa. Pada proses wawancara peneliti kurang menggali jawaban yang diberikan siswa, sehingga hal ini mempengaruhi proses analisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan juga tidak dilakukan kegiatan observasi pembelajaran sebelum pemberian tes. Selain itu, peneliti tidak melihat proses pendampingan guru terhadap kemampuan literasi yang dimiliki oleh siswa. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan literasi metematika siswa-siswi kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta dengan menggunakan soal PISA dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan terhadap 26 siswa, yang dimulai dari tanggal 19 Maret 2015 sampai 02 April 2015 adalah sebagai berikut : 1. Secara garis besar kemampuan literasi matematis siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tergolong baik pada level 1 sampai level 3, sedangkan pada level 4 tergolong cukup dengan perolehan skor 62,1, dan pada level 5 dan level 6 tergolong kurang sekali dengan perolehan skor secara berturut-turut adalah 26,9 dan 24,23. Bagi level 1 sampai 3, kemampuan literasi dapat dikatakan baik karena dari segi pemahaman soal yang diberikan, rata-rata siswa mampu memahami soal dengan baik, siswa juga dapat memodelkan soal ke dalam bentuk matematika dan siswa juga mampu mengkomunikasikan jawaban serta alasan mereka dalam menjawab dengan baik. Level 4 dikatakan cukup hal ini disebabkan oleh banyak siswa masih terpaku pada rumus, sehingga ketika diberikan soal yang berkaitan dengan nalar dan analisis maka siswa tidak mampu menyelesaikan soal tersebut dengan baik dan benar. Hal ini berdampak pada kemampuan memodelkan dan

Dokumen yang terkait

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Penerapan model treffinger untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

4 12 186

Pendekatan realistic mathematics education untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMPIT Ruhama Depok

0 8 199

Pengaruh pendekatan konstruktivisme strategi react terhadap kemampuan pemahaman relasional matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMPN 18 Kota Tangerang Selatan

0 7 0

Pengaruh pembelajaran kooperatif type quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMP PGRI 35 Serpong

2 7 193

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185