Deskripsi kemampuan literasi matematis siswa kelas VIII B DI SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tahun ajaran 2014/2015.

(1)

vii

ABSTRAK

Tobondo, Yunda Victorina. 2015. Deskripsi Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Kata Kunci : Kemampuan literasi matematika, kesulitan, soal PISA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika dan kesulitan siswa kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta pada tahun ajaran 2014/2015 dalam menyelesaikan soal PISA yang diberikan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, dimana data yang diolah adalah data kemampuan literasi matematika dan data tentang kesulitan siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pemberian tes, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Soal yang digunakan dalam tes untuk mengukur kemampuan literasi matematika siswa adalah soal-soal standar PISA yang berjumlah 10 soal yang terdiri dari level 1 sampa level 6. Soal-soal ini dikerjakan oleh 26 siswa selama 75 menit. Kuesioner ditujukan untuk melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama menyelesaikan soal, dan wawancara bertujuan untuk mengetahui strategi siswa dalam menjawab soal.

Berdasarkan olahan data tersebut, diperoleh bahwa kemampuan literasi matematika siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tergolong baik untuk level 1 sampai level 3, tergolong cukup untuk level 4 dan kurang sekali untuk level 5 dan level 6. Adapun kesulitan yang paling dominan dialami oleh siswa adalah kesulitan dalam perhitungan, kesulitan menganalisis soal, kesulitan keruangan, dan kesulitan dalam memahami soal cerita.


(2)

viii

ABSTRACT

Tobondo, Yunda Victorina. 2015. Description of Mathematics Literacy Skills for Students Class VIII B in SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta 2014/2015 Academic Year.Thesis. Yogyakarta : Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University

Key Word : Mathematics Literacy Capabiliy, difficulty, PISA problem

This study aimed to describe the mathematical literacy skills and difficulties experienced by students in class VIII B of SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta in academic year 2014/2015 in answering the PISA problem.

This research is descriptive quantitative research assisted qualitative data, where that data is processed are data on the literacy skills and data about student difficulties. The data collection methods used are the provision of tests, questionnaires, and interviews. Questions used in tests to measure students’ mathematical literacy are standard PISA problem totaling 10 questions consisting of level 1 to level 6. These questions done by 26 students for 75 minutes. The questionnaire aimed to look at the difficulties experienced by students in solving problems, and interview aims to determine strategies employed students in answering the questions.

Based on the results of data analysis, it was found that mathematical literacy skills class VIII B of SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta was quite good for level 1 until level 3, quite enough to level 4 and very low for level 5 and level 6. The most dominant difficulties experienced by students are the difficulties in doing calculation, difficulties in analyzing the problems, difficulties in understanding spatial problems, and difficulties in understanding the story problems.


(3)

DESKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA

KELAS VIII B DI SMP KRISTEN KALAM KUDUS

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yunda Victorina Tobondo NIM : 11 1414 106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

DESKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA

KELAS VIII B DI SMP KRISTEN KALAM KUDUS

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yunda Victorina Tobondo NIM : 11 1414 106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv


(8)

(9)

(10)

vii

ABSTRAK

Tobondo, Yunda Victorina. 2015. Deskripsi Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Kata Kunci : Kemampuan literasi matematika, kesulitan, soal PISA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika dan kesulitan siswa kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta pada tahun ajaran 2014/2015 dalam menyelesaikan soal PISA yang diberikan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, dimana data yang diolah adalah data kemampuan literasi matematika dan data tentang kesulitan siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pemberian tes, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Soal yang digunakan dalam tes untuk mengukur kemampuan literasi matematika siswa adalah soal-soal standar PISA yang berjumlah 10 soal yang terdiri dari level 1 sampa level 6. Soal-soal ini dikerjakan oleh 26 siswa selama 75 menit. Kuesioner ditujukan untuk melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama menyelesaikan soal, dan wawancara bertujuan untuk mengetahui strategi siswa dalam menjawab soal.

Berdasarkan olahan data tersebut, diperoleh bahwa kemampuan literasi matematika siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tergolong baik untuk level 1 sampai level 3, tergolong cukup untuk level 4 dan kurang sekali untuk level 5 dan level 6. Adapun kesulitan yang paling dominan dialami oleh siswa adalah kesulitan dalam perhitungan, kesulitan menganalisis soal, kesulitan keruangan, dan kesulitan dalam memahami soal cerita.


(11)

viii

ABSTRACT

Tobondo, Yunda Victorina. 2015. Description of Mathematics Literacy Skills for Students Class VIII B in SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta 2014/2015 Academic Year.Thesis. Yogyakarta : Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University

Key Word : Mathematics Literacy Capabiliy, difficulty, PISA problem

This study aimed to describe the mathematical literacy skills and difficulties experienced by students in class VIII B of SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta in academic year 2014/2015 in answering the PISA problem.

This research is descriptive quantitative research assisted qualitative data, where that data is processed are data on the literacy skills and data about student difficulties. The data collection methods used are the provision of tests, questionnaires, and interviews. Questions used in tests to measure students’ mathematical literacy are standard PISA problem totaling 10 questions consisting of level 1 to level 6. These questions done by 26 students for 75 minutes. The questionnaire aimed to look at the difficulties experienced by students in solving problems, and interview aims to determine strategies employed students in answering the questions.

Based on the results of data analysis, it was found that mathematical literacy skills class VIII B of SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta was quite good for level 1 until level 3, quite enough to level 4 and very low for level 5 and level 6. The most dominant difficulties experienced by students are the difficulties in doing calculation, difficulties in analyzing the problems, difficulties in understanding spatial problems, and difficulties in understanding the story problems.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peniliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih sayangNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan skripsi yang berjudul “Deskripsi Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dan memperolah gelar sarjana di program studi S1 Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku kaprodi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu V. Fitri Rianasari, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing, menasehati dan memotivasi peniliti selama penyusunan skripsi ini

4. Seluruh dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan

5. Ibu Dra. Riana Setiadi, M.Pd. selaku kepala SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian

6. Ibu Hanna Desi Suryandari, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika di kelas VIII B yang telah membantu peneliti selama proses penelitian

7. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini

8. Teman-teman angkatan 2011 di Pendidikan Matematika (Vonti, Erica, Yanti, Pebri, Nita, Maria, Septi, Mita, Neri, dkk) yang telah bersedia menjadi teman dan sahabat yang bersedia menemani peneliti selama


(13)

x

proses penelitian, untuk bantuannya dalam memberikan ide dan motivasi selama penyusunan skripsi ini, dan juga untuk persahabatan yang luar biasa.

9. Teristimewa bagi kedua orang tuaku, Bapak Daniel Tobondo dan Ibu Yurnita C. Ruagadi. Terima kasih atas kasih sayang dan seluruh dukungan baik spiritual maupun material, kalian adalah motivasi terbesarku.

10.Sahabat-sahabat di kost “PW” (Dian, Diana, Mbak Maria, Seti, Aan, dan Rohni, Ulfa, Windi, dan Epi) yang dengan ikhlas selalu bersedia memberikan bantuan (baik tenaga maupun pikiran) ketika peneliti membutuhkan bantuan dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi, dan untuk kekeluargaan yang luar biasa

11.Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai.

Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita.

Yogyakarta, 19 Juni 2015 Penulis,


(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Pembatasan Masalah ... 5

F. Penjelasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB IILANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Matematika ... 9

2. Pemikiran Matematis ... 10


(15)

xii

4. PISA (Programme for International Student Assesment) ... 17

B. Kerangka Berpikir ... 20

BAB IIIMETODE PENELITIAN... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Subjek Penelitian ... 22

C. Objek Penelitian ... 22

D. Bentuk Data ... 22

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan data ... 23

1. Metode Pengumpulan Data ... 23

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 24

F. Metode/ Teknik Analisis Data ... 25

1. Penilaian soal tes. ... 26

2. Penilaian kuesioner ... 29

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan ... 33

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 34

2. Penyajian Data ... 37

3. Analisis Data ... 45

B. Pembahasan Penelitian ... 55

1. Kemampuan Literasi Matematika siswa kelas VIII B ... 56

2. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal ... 69

C. Keterbatasan Penelitian………..72 BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2. 1 Hubungan antara Proses Matematika dan KemampuanDasar (OECD,

2013) ... 15

Tabel 3. 1 Standar Penilaian PISA Berdasarkan Proses ... 29

Tabel 3. 2 Kriteria Kemampuan ... 29

Tabel 4. 1 Rincian Kegiatan Penelitian ... 37

Tabel 4. 2 Hasil Perolehan Skor Setiap Siswa Per Soal yang Diberikan ... 37

Tabel 4. 3 Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal .... 39

Tabel 4. 4 Kriteria Ketercapaian berdasarkan Persentase Skor Tiap Soal ... 42

Tabel 4. 5 Kemampuan Literasi Matematika Tiap Siswa dari Level 1 sampai level 6 ... 43

Tabel 4. 6 Persentase Kemampuan Siswa Berdasarkan Level Soal ... 44


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Contoh jawaban nomor 1 ... 52

Gambar 4. 2 Contoh jawaban siswa untuk soal nomor 4 ... 56

Gambar 4. 3 Langkah kerja siswa untuk jawaban Pizza dengan diameter 40 cm lebih menguntungkan penjual. ... 59

Gambar 4. 4 Langkah kerja siswa untuk jawaban Pizza dengan diameter 30 cm lebih menguntungkan penjual. ... 61

Gambar 4. 5 Langkah kerja siswa untuk jawaban penjualan kedua Pizza memiliki keuntungan yang sama ... 62

Gambar 4. 6 Jawaban siswa nomor 9 ... 63

Gambar 4. 7 Jawaban nomor 10 yang benar ... 65


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 78

LAMPIRAN B ... 87

LAMPIRAN C.1 ... 93

LAMPIRAN C. 2 ... 156


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti memaparkan beberapa hal, yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, penjelasan istilah, dan manfaat istilah. Adapun uraiannya sebagai berikut :

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari disetiap jenjang pendidikan, dimulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga Perguruan Tinggi (bagi yang mengambil jurusan terkait). Alasan mengapa matematika perlu dibelajarkan di sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi setiap perubahan keadaan dalam kehidupan, melatih berpikir logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien (R. Soedjadi, 1999). Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa matematika adalah mata pelajaran yang pasti dan akan selalu ada di sekolah-sekolah. Namun, yang menjadi masalah adalah tidak semua siswa atau pelajar tertarik dan menyukai matematika. Matematika selalu menjadi momok bagi para pelajar yang tidak menyukainya, namun tidak demikian bagi siswa yang menyukai matematika. Fenomena ini akan nampak dengan jelas ketika kita sedang berada di kelas yang siswanya sedang belajar matematika. Siswa yang menyukai matematika akan tampak antusias dalam mengikuti pelajaran matematika dan terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung, sedangkan bagi siswa yang tidak menyukai matematika akan tampak tak acuh ketika proses


(20)

pembelajaran sedang berlangsung. Namun, walaupun siswa terlihat menyukai

matematika belum tentu siswa tersebut bisa matematika. Dalam hal ini, frase “bisa matematika” dimaknai sebagai suatu keadaan di mana siswa mampu

menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari tanpa menggunakan rumus dan bimbingan guru. Dengan kata lain, siswa dapat menyelesaikan permasalahan matematika dengan kemampuan nalar yang dimilikinya. Siswa yang bisa matematika inilah yang disebut sebagai siswa yang memiliki kemampuan literasi matematis.

Literasi matematis merupakan kemampuan merangkai, merumuskan, sertamenalar fenomena-fenomena matematis yang berada di kehidupan sehari-hari serta kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil pemikiran (Indrie Noor Aini, 2013). PISA merupakan kegiatan yang secara resmi mengukur serta memantau perkembangan kemampuan literasi matematis anak secara internasional. PISA (Programme for International Student Assesment) itu sendiri adalah kegiatan yang berada di bawah naungan OECD (Organisation for Economic Coorporation and Development). Literasi matematis dalam soal-soal PISA sendiri terdiri dari enam level, dimana tiap level mengukur tingkat kemampuan literasi siswa. Semakin tinggi level dari soal, maka semakin kompleks penyelesaian soal tersebut. Soal-soal yang terdapat dalam PISA berkaitan dengan konteks ruang dan bentuk, perubahan dan hubungan, bilangan, dan probabilitas (kemungkinan). Indonesia mulai berpartisipasi dalam kegiatan ini sejak tahun 2000 sampai sekarang. Namun, kemampuan literasi matematis siswa di Indonesia masih kurang dibandingkan negara-negara lainnya yang mengikuti PISA. Berdasarkan data dari


(21)

Kemendikbud, pada tahun 2006 Indonesia berada di peringkat 50 dari 57 negara dan pada tahun 2009 Indonesia berada di peringkat 61 dari 65 negara peserta, dimana perolehan skor rata-rata siswa Indonesia masih berada di bawah standar yang ditentukan OECD yakni 371,sedangkan standar yang diberikan adalah 496 (Stacey, 2011). Perolehan skor yang masih di bawah rata-rata ini mengindikasikan bahwa siswa di Indonesia masih mengalami kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal PISA.

Berkaitan dengan meningkatkan prestasi dan kemampuan literasi siswa, maka pemerintah bekerjasama dengan beberapa Universitas di Indonesia mengadakan suatu kompetisi yang dinamakan Kontes Literasi matematis (KLM). Salah satu sekolah yang turut berprestasi dalam bidang KLM (Kontes Literasi matematia) adalah SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Pada tahun 2012 perwakilan dari sekolah ini berhasil meraih peringkat pertama dalam kontes literasi matematis (KLM) tingkat nasional. Pada tahun 2014 perwakilan dari sekolah ini juga berhasil masuk ke babak final pada ajang yang sama, yakni kontes literasi matematis (KLM) tingkat nasional. Selain itu, SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta merupakan salah satu sekolah yang telah lama bekerjasama dengan Universitas Sanata Dharma dalam hal pembelajaran matematika realistik yang erat kaitannya dengan kemampuan literasi matematis. Berdasarkan uraian tentang pencapaian SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta di bidang literasi matematis, maka peneliti ingin mengetahui kemampuan literasi matematis yang dimiliki oleh siswa-siswi di sekolah tersebut.


(22)

Oleh karena itu, untuk mengetahui kemampuan literasi matematis yang dimiliki oleh siswa-siswi di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta, maka diadakanlah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematis yang dimiliki oleh siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta, sehingga peneliti dapat mengetahui dengan jelas kemampuan literasi matematis yang mereka miliki dan dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami selama pengerjaan soal-soal yang diberikan. Soal-soal yang diberikan merupakan soal-soal PISA. Soal-soal PISA yang digunakan disesuaikan dengan tingkatan dan usia siswa sehingga dapat diketahui dengan jelas kemampuan literasi yang dimiliki oleh siswa. Diharapkan, dengan adanya penelitian ini pengajar dapat semakin peka dengan kemampuan literasi yang dimiliki oleh siswa dan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis dari siswa-siswinya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan siswa yang terkait dengan pemecahan soal-soal matematika berstandar PISA adalah kemampuan literasi matematis, dan kemampuan literasi matematis pelajar di Indonesia masih tergolong rendah.


(23)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan literasi matematis yang dimiliki oleh siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tahun ajaran 2014/2015?

2. Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh siswa kelas VIII B SMP Kristen kalam Kudus Surakarta tahun ajaran 2014/2015 dalam menyelesaikan soal PISA yang diberikan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kemampuan literasi yang dimiliki oleh siswa SMP kelas VIII B dalam menyelesaikan persoalan matematika sehari-hari.

2. Mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

E. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan literasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan literasi matematis siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tahun ajaran 2014/2015 dalam menyelesaikan soal-soal PISA yang dilihat dari jawaban siswa terkait soal-soal PISA yang diberikan.


(24)

2. Kesulitan-kesulitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tahun ajaran 2014/2015 sewaktu menjawab soal-soal PISA yang diberikan

F. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Matematika

Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

2. Literasi matematis

Literasi matematis adalah kemampuan menyusun serangkaian pertanyaan (problem posing), merumuskan, memecahkan, dan menafsirkan permasalahan yang didasarkan pada konteks yang ada.

3. PISA (Programme for International Student Assesment)

PISA (Programme for International Student Assesment) adalah sebuah kegiatan yang diadakan oleh sebuah lembaga internasional yang bernama Organisation for Economic Coorporation and Development (OECD). PISA bertujuan untuk memantau hasil dari pencapaian pembelajaran siswa usia 15 tahun terkait pelajaran matematika.


(25)

G. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini bermanfaat tidak hanya kepada peneliti saja, melainkan dapat bermanfaat bagi subjek peneliti (siswa, guru dan sekolah) dan juga para calon pendidik.

1. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti terkait kemampuan literasi matematis dan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal PISA.

2. Manfaat bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah guru mendapatkan inspirasi dalam mengembangkan kemampuan literasi matematis siswa, dan juga memungkinkan guru menemukan siswa-siswa yang juga memiliki kemampuan literasi matematis lebih banyak lagi.

3. Manfaat bagi Sekolah

Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi warga sekolah terutama guru untuk menambah wawasan yang dapat digunakan dalam peningkatan kemampuan literasi matematis siswa.


(26)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab, sebagai berikut :

BAB I Pada bab I dipaparkan mengenai latar belakang yang memuat alasan dilakukannya penelitian ini, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, penjelasan istilah manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Pada bab II dipaparkan mengenai landasan teori yang menjadi acuan selama penelitian dan kerangka berpikir.

BAB III Pada bab III dipaparkan mengenai jenis penelitian, metode penelitian, instrument pengumpulan data serta metode atau teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

BAB IV Pada bab IV dipaparkan mengenai pelaksanaan penelitian, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan penelitian

BAB V Pada bab V ini memuat kesimpulan dan saran yang merupakan rangkuman dari hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah.


(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, akan dipaparkan teori-teori yang menjadi pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun hal-hal yang menjadi pembahasan antara lain, kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka

1. Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Beberapa ahli memaparkan definisi matematika sebagai berikut :

a. Russefendi (1988 : 23) mengatakan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Dalil-dalil yang telah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum. Karena itu, matematika sering disebut ilmu deduktif.

b. Reys - dkk (1984) mendefinisikan matematika sebagai suatu telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.


(28)

Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, dimana sifat-sifat dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan. Dalam prespektif lain, matematika adalah suatu seni yang keindahannya terletak pada keterurutan dan keharmonisannya.

2. Pemikiran Matematis

Pada dasarnya, pemikiran matematis tidak memiliki definisi secara pasti (Ariyadi, 2012). Walaupun demikian, Ariyadi Wijaya (2012) mencoba mendefinisikan pemikiran matematis sebagai kemampuan dalam menggunakan penalaran untuk membangun argumen matematis, kemampuan mengembangkan strategi atau metode, pemahaman konten matematika, serta kemampuan mengkomunikasikan gagasan.

Ariyadi Wijaya (2012) dalam bukunya mencoba merangkum beberapa definisi tentang pemikiran matematis dari beberapa ahli sebagai berikut :

a. Leron (2004) mendefinisikan pemikiran matematis sebagai kemampuan untuk membangun kemampuan penalaran serta mengkomunikasikan gagasan.

b. Stacey (2006) juga mengungkapkan bahwa pemikiran matematis adalah pemikiran yang memiliki tiga pengetahuan dan skill yang merupakan karakter matematika, yakni pemahaman matematika yang mendalam, kemampuan penalaran, serta pengetahuan tentang strategi heuristik.


(29)

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemikiran matematis adalah suatu kemampuan dalam mengkonstruksi pengetahuan terkait matematika dan dapat menalar masalah matematis sehingga dapat memberikan suatu solusi yang berbentuk strategi penyelesaian, dimana kesemua ide tersebut harus mampu dikemukakan dengan baik.

Pemikiran matematis sangat penting untuk dimiliki siswa dalam mempelajari matematika. Sebab, kemampuan berpikir matematis merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan tentang penerapan pengetahuan dan keterampilan serta mampu memunculkan kemampuan untuk belajar mandiri (Ariyadi, 2012).

3. Literasi Matematis

Seperti halnya pemikiran matematis, literasi matematis juga memiliki penjelasan yang beragam. Berikut merupakan beberapa definisi dari literasi matematis :

a. OECD (2010), menjelaskan bahwa :

Mathematical literacy is an individual’s capacity to formulate, employ, and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts, and tools to describe, explain, and predict phenomena. ( Literasi matematis adalah kemampuan seseorang dalam memodelkan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks. Literasi matematis melibatkan penalaran


(30)

matematika dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memperkirakan suatu fenomena).

b. Menurut Kusumah (2010), literasi matematis adalah kemampuan menyusun serangkaian pertanyaan (problem posing), merumuskan, memecahkan dan menafsirkan permasalahan yang didasarkan pada konteks yang ada.

c. Isnaini (Maryanti, 2012) juga mendefinisikan literasi matematis sebagai kemampuan peserta didik untuk dapat mengerti fakta, konsep, prinsip, operasi, dan pemecahan masalah matematika.

Berdasarkan definisi-definisi dari literasi matematis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa literasi matematis adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam merangkai pengetahuan, untuk merumuskan, memecahkan, serta menafsirkan permasalahan yang didasari dengan nalar yang menggunakan konsep dan fakta-fakta yang ada serta melalui prosedur yang sesuai.

Literasi matematis sendiri terdiri dari 6 level (OECD, 2013). Semakin tinggi level, maka semakin kompleks permasalahan yang ada. Keenam level tersebut disajikan dalam bentuk soal-soal PISA (Programme for International Student Assesment). Alasan mengapa soal-soal PISA dijadikan soal untuk mengetahui kemampuan literasi matematis siswa adalah PISA merupakan suatu studi internasional yang berfokus pada kemampuan literasi matematis siswa yang berumur 15 tahun dimana soal-soal yang dibuat mengandung proses-proses matematis yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi matematis dari


(31)

siswa yang mengerjakan soal tersebut. Adapun menurut OECD (2013), proses matematika (mathematical process) yang menjadi dasar penilaian kemampuan literasi matematis siswa tersebut adalah :

1) Memodelkan soal ke bentuk matematika

2) Menerapkan konsep matematika, fakta, prosedur dan penalaran 3) Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh

Selain ketiga hal di atas, dalam PISA juga terdapat tujuh kemampuan dasar matematika yang menjadi pokok dalam proses literasi matematis (OECD, 2013), yakni :

1) Komunikasi

Literasi matematis melibatkan komunikasi. Hal ini dikarenakan, ketika suatu masalah terpecahkan maka yang memecahkan masalah tersebut perlu mengutarakan dan menjelaskan hasil pemikirannya kepada orang lain, agar orang lain juga dapat memahami hasil pemikirannya.

2) Matematisasi

Kemampuan literasi matematis juga melibatkan kemampuan dalam matematisasi, yakni kemampuan dalam menerjemahkan bahasa sehari-hari ke dalam bentuk matematika, baik berupa kosep, struktur, membuat asumsi, atau memodelkan.

3) Representasi

Kemampuan representasi disini adalah kemampuan dalam merepresentasikan objek-objek matematika seperti grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan, rumus, dan bentuk-bentuk konkret lainnya.


(32)

4) Penalaran dan argumen

Kemampuan penalaran dan argumen adalah akar dari proses berpikir logis yang dikembangkan untuk menemukan suatu kesimpulan yang dapat memberikan pembenaran terhadap solusi suatu permasalahan.

5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah

Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan matematika untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

6) Penggunaan simbol, bahasa formal dan teknis, dan penggunaan operasi

Kemampuan ini melibatkan pemahaman, penafsiran, kemampuan memanipulasi suatu konteks matematika yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan terkait.

7) Penggunaan alat matematika

Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk mampu menggunakan berbagai macam alat yang dapat membantu proses mematematisasi, dan mengetahui keterbatasan dari alat-alat tersebut.

Berdasarkan uraian tentang 3 proses matematika yang menjadi dasar penilaian kemampuan literasi matematis dan 7 kemampuan dasar matematika dalam literasi matematis, maka berikut merupakan hubungan antara keduanya :


(33)

Tabel 2. 1

Hubungan antara Proses Matematika dan Kemampuan Dasar Matematika

(OECD, 2013) Memodelkan soal kebentuk matematika Menerapkan konsep matematika, fakta, prosedur dan penalaran Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh

Komunikasi Membaca, membaca

sandi, dan dapat mengerti terhadap pernyataan, pertanyaan, objek, gambar, atau animasi yang diberikan

Mengutarakan sebuah solusi, menunjukkan hasil kerjanya dalam menemukan solusi Merancang dan memberikan penjelasan serta alasan terkait penyelesaian yang diberikan.

Matematisasi Mengidentifikasi pokok variabel matematika dari permasalahan yang diberikan Menggunakan pemahaman akan konteks yang mengarah pada penyelesaian masalah Memahami tingkat dan batas konsekuensi terhadap model matematika yang dikerjakan

Representasi Membuat sebuah

representasi matematika dari bahasa sehari-hari Membuat pengertian, relasi, dan menggunakan beragam representasi ketika menyelesaikan masalah Menginterpretasikan hasil matematika ke dalam sebuah variasi format yang terkait dengan


(34)

Penalaran dan argumen Menjelaskan, mempertahankan, atau memberikan sebuah kebenaran untuk diidentifikasi atau merancang representasi sebuah permasalahan Menyambungkan beberapa informasi yang mengarah kepada penyelesaian matematika Menggambarkan solusi matematika dan membuat penjelasan serta alasan yang mendukung, menyanggah, atau mengisyaratkan sebuah permasalahan matematika ke bentuk masalah kontekstual Merancang strategi untuk memecahkan masalah Memilih atau merancang sebuah strategi dalam mematematisasi sebuah masalah kontekstual Mengaktifkan mekanisme kontrol yang efektif dan berkelanjutan di seluruh prosedur yang mengarah pada solusi matematika,

kesimpulan, dan generalisasi

Merancang dan mengimplementasik an strategi dalam rangka menafsirkan, mengevaluasi dan memvalidasi sebuah solusi matematika ke dalam masalah kontekstual Penggunaan simbol, bahasa formal dan teknis, dan penggunaan operasi Menggunakan variabel, simbol, diagram dan model standar yang tepat dalam merepresentasikan masalah yang menggunakan bahasa formal Memahami dan memanfaatkan bentuk dasar definisi, aturan dan bentuk sistem sebaik menggunakan algoritma

Memahami hubungan antara konteks masalah dan representasi dari solusi matematika. Penggunaan alat Menggunakan alat matematika untuk Mengetahui dengan tepat menggunakan Menggunakan alat matematika untuk


(35)

matematika mengenali struktur atau untuk

menggambarkan hubungan matematika

variasi alat yang dapat membantu dlam mengimplementasikan proses dan prosedure untuk menentukan solusi matematika memastikan kebenaran dari solusi matematika yang diberikan

4. PISA (Programme for International Student Assesment)

PISA (Programme for International Student Assesment) adalah sebuah studi internasional tentang prestasi literasi siswa yang berumur 15 tahun dalam membaca, matematika dan sains. PISA berdiri sejak tahun 2000 dibawah naungan OECD (Organisation for Economic Coorporation and Development). PISA diadakan setiap tiga tahun sekali, dan Indonesia adalah salah satu negara yang telah berpartisipasi sejak awal terbentuknya PISA.

Pada The PISA 2003 Assessment Framework, literasi matematis dibagi dalam beberapa dimensi sebagai berikut (Sugiman, 2008) :

1) Dimensi isi yang meliputi: (a) ruang dan bentuk (space and shape), (b) perubahan dan relasi (change and relationship), (c) kuantitas (quantity), dan (d) ketidakpastian (uncertainty).

2) Dimensi proses meliputi: (a) reproduksi definisi dan komputasi, (b) koneksi dan terintegrasi untuk pemecahan masalah, dan (c) refleksi terhadap berfikir matematis, generalisasi, dan pengertian.

3) Dimensi situasi/konteks meliputi: (a) personal, (b) pendidikan dan pekerjaan, (d) masyarakat, dan (e) sains atau intra-matematika


(36)

Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, maka soal-soal literasi matematis yang dibuat oleh PISA memiliki enam level atau enam tingkatan, dimana tiap tingkatannya menggambarkan kemampuan literasi yang dimiliki oleh siswa. Adapun kriteria tiap level/tingkatan yang ditulis dalam PISA 2012 framework adalah sebagai berikut :

1) Level 1

Kriteria dari level pertama ini adalah siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaiakan soal rutin, dan dapat menyelesaikan masalah yang konteksnya umum. Berikut merupakan contoh soalnya:

Pada bulan Juni 2014, album terbaru dari grup band Maroon 5 dan Taylor Swift telah rilis. Bulan Juli, album terbaru dari One Direction dan MAGIC! juga rilis. Berikut adalah grafik dari penjualan CD dari album mereka dari bulan Juni sampai November 2014.

Pada bulan berapakah penjualan CD One Direction mengungguli penjualan CD Taylor Swift untuk pertama kalinya?

0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250

Juni Juli Agustus September Oktober November

Grafik Penjualan CD

Maroon 5 Taylor Swift One Directio n MAGIC!


(37)

a. Tidak ada b. Agustus c. September d. Oktober

2) Level 2

Pada level kedua siswa dapat menginterprestasikan masalah dan menyelesaikannya dengan rumus. Berikut merupakan contoh soalnya:

Sebuah kincir raksasa berputar di tepi sungai. Lihatlah gambar dan diagram berikut.

Roda kincir berputar dengan kecepatan tetap. Roda berputar satu putaran penuh dalam 40 menit. Joni menaiki kincir di titik P. Dimana Joni berada setelah setengah jam?

a. di titik R

b. di antara R dan S c. di titik S

d. di antara S dan P


(38)

Siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik dalam menyelesaikan soal serta dapat memilih strategi pemecahan masalah sederhana. Berikut merupakan contohh soalnya:

Jalan kecil bernama Gotemba yang dilalui untuk ke puncak gunung Fuji memiliki panjang sekitar 9 km. Seorang pendaki harus kembali pada pukul 20.00 dari pendakian sejauh 18 km. Toshi seorang pejalan kaki memperkirakan bahwa dia dapat mendaki gunung dengan kecepatan rata-rata 1,5 km per jam, dan dua kali lebih cepat ketika turun. Kecepatan ini sudah termasuk waktu makan dan istirahat.

Menggunakan perkiraan kecepatan Toshi, pada pukul berapakah paling lambat dia harus memulai pendakian sehingga dapat kembali pada pukul 20.00 ?

4) Level 4

Level keempat memiliki kriteria yakni siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dan dapat memilih serta mengintegrasikan representasi yang berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia nyata. Berikut merupakan contoh soalnya:

Sebuah tempat penjualan Pizza menyediakan dua buah Pizza yang berbeda ukuran, namun memiliki rasa dan ketebalan yang sama. Pizza yang kecil memiliki dimeter 30 cm dan dijual dengan harga Rp. 30.000,- dan yang besar berdiameter 40 cm dan dijual dengan harga Rp. 40.000,-.


(39)

Penjualan Pizza manakah yang lebih menguntungkan penjual?

5) Level 5

Pada level ini siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks serta dapat menyelesaikan masalah yang rumit. Berikut merupakan contoh soalnya:

Jaring-jaring sebuah kubus dapat dibuat dengan cara memotong rusuk-rusuk kubus dengan arah pemotongan tertentu sedemikian rupa bentuk rebahannya dapat dibangun kembali menjadi sebuah kubus. Tanda arah panah pada gambar kubus di bawah ini menunjukkan arah pemotongan pada rusuk-rusuk kubus.

Lukislah jaring-jaring kubus berdasarkan arah pemotongannya!

6) Level 6

Kriteria dari level teratas ini adalah siswa dapat menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah matematis, dapat membuat generalisasi, merumuskan serta mengkomunikasikan hasil temuannya. Berikut merupakan contoh soalnya :


(40)

Seorang produsen gelas memproduksi gelas dengan bentuk dan ukuran yang sama. Namun ternyata ada 1 gelas yang terbuat dari bahan A yang tercampur dengan 999 gelas yang terbuat dari bahan B. Gelas dengan bahan A itu memiliki berat yang lebih ringan daripada gelas yang terbuat dari bahan B. Produsen tersebut hanya memiliki 1 timbangan yang mampu menimbang paling banyak 700 gelas dengan tingkat akurasi sampai miligram. Tentukan jumlah minimal penimbangan yang dilakukan sehingga diperoleh 1 gelas yang terbuat dari bahan A?

B. Kerangka Berpikir

Kemampuan literasi matematis masing-masing siswa pasti berbeda-beda. Untuk mengetahuinya, digunakan soal-soal PISA yang secara internasional berfokus pada kemampuan literasi matematis siswa. Dalam pengerjaan soal-soal PISA pastinya menemui kesulitan-kesulitan, dan masing-masing anak memiliki bisa saja menjumpai kesulitan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kemampuan literasi matematis yang dimiliki oleh siswa SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Serta, melihat kesulitan yang dihadapi siswa ketika menyelesaikan soal


(41)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian, yakni jenis penelitian, subjek dan objek, cara memperoleh data dan teknik menganalisis data tersebut, hingga waktu pelaksanaan penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang dibantu dengan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan suatu fenomena yang ada tanpa mengadakan manipulasi data, melainkan memaparkan kondisi yang sebenarnya apa adanya. Adapun keunikan dari penelitian deskriptif adalah dalam penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, observasi, dan permasalahan yang ada harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas (Sukardi, 2003).

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif itu sendiri adalahsebuah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan fenomena-fenomena dengan apa adanya, dimana fenomena-fenomena tersebut dideskripsikan berdasarkan hasil perhitungan berupa suatu jumlah, ukuran atau frekuensi (Nana Sukmadinata, 2012).


(42)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta tahun ajaran 2014/2015.

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan literasi matematis yang dimiliki siswa-siswi kelas VIII di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta yang diukur melalui soal-soal berstandar PISA serta kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

D. Bentuk Data

Data penelitian ini terdiri dari data kemampuan literasi dan data kesulitan siswa.

1. Data kemampuan literasi

Data kemampuan literasi adalah data-data yang memberikan informasi tentang kemampuan literasi siswa yang dilihat melalui jawaban dan penggunaan strategi dalam mengerjakan soal-soal PISA yang diberikan.

2. Data kesulitan siswa

Data kesulitan siswa adalah data-data tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal-soal PISA yang diberikan.


(43)

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pemberian tes

Tes yang diberikan kepada siswa terdiri dari soal-soal PISA yang ditujukan untuk mengukur kemampuan literasi matematis yang dimiliki oleh siswa, dimana soal-soal tersebut dikerjakan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.

b. Penyebaran kuesioner

Kuesioner diberikan kepada seluruh siswa kelas VIII B, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa sewaktu menyelesaikan soal. c. Wawancara

Wawancara dilakukan pada guru dan juga siswa. Wawancara yang dilakukan pada guru untuk mengetahui gambaran umum dari kelas yang menjadi subjek penelitian. Pada siswa, wawancara ditujukan untuk mengetahui pola pikir, alasan, serta kesulitan siswa ketika menyelesaikan soal.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian terkait fenomena-fenomena yang diamati atau diteliti (Sugiyono, 2010). Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :


(44)

a. Lembar Soal Tes

Lembar soal tes yang diberikan kepada siswa memuat soal-soal PISA yang bertujuan untuk melihat kemampuan literasi matematis siswa kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Adapun soal yang diberikan berjumlah 10 soal yang terdiri dari 6 level dengan komposisi level 1 berjumlah 2 nomor, level 2 berjumlah 2 nomor, level 3 berjumlah 2 nomor, level 4 berjumlah 2 nomor, level 5 berjumlah 1 nomor, dan level 6 berjumlah 1 nomor. Soal-soal yang digunakan diadaptasi dari kumpulan soal-soal PISA yang telah diujikan pada beberapa tahun yang berbeda yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Soal-soal yang diadaptasi telah disesuaikan dengan kondisi siswa di Indonesia. Namun ada beberapa soal yang tidak mengalami perubahan pada komponen soalnya, seperti nama gunung, jalan, maupun nama pendaki. Hal ini dikarenakan, soal-soal tersebut memiliki aturan yang menyatakan bahwa tidak boleh merubah setiap keterangan di dalam soal dan juga apabila soal-soal tersebut diubah maka soal-soal-soal-soal tersebut harus divalidasi terlebih dahulu sedangkan waktu yang dimiliki untuk penelitian ini tidak memungkinkan untuk diadakan validasi soal. Waktu pengerjaan soal adalah 75 menit, dimana waktu yang diberikan disesuaikan dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan 15 soal pada KLM (Kontes Literasi matematis). Selain itu, waktu 75 menit dipandang cukup untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan, hal ini dikarenakan peneliti mampu menyelesaikan soal-soal tersebut dalam waktu kurang lebih 40 menit sehingga menurut peneliti siswa


(45)

mampu menyelesaikan soal-soal tersebut dalam waktu 75 menit. Adapun kisi-kisi dari soal yang diberikan adalah :

i. Soal PISA level 1 dan level 2

Soal-soal pada level 1 dan level 2 berkaitan dengan operasi matematika yang sederhana.

ii. Soal PISA level 3 dan level 4

Soal-soal pada level 3 dan level 4 berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menginterpretasikan soal yang diberikan dalam dunia nyata. Soal ini difungsikan untuk mengukur kompetensi koneksi siswa.

iii. Soal PISA level 5 dan level 6

Soal-soal pada level 5 dan level 6 berkaitan dengan kemampuan nalar siswa untuk mengukur kompetensi reflektif siswa.

b. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner diberikan kepada seluruh siswa kelas VIII B setelah mereka menyelesaikan soal-soal yang diberikan pada lembar tes. Kuesioner ini berisikan pertanyaan mengenai kesulitan yang mereka alami ketika menyelesaikan soal yang diberikan.

c. Lembar Wawancara

Wawancara dilakukan kepada siswa-siswi kelas VIII B selaku subjek penelitian ini. Wawancara yang dilakukan terkait alasan siswa memilih strategi penyelesaiain dan kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang


(46)

diberikan sewaktu tes. Adapun pertanyaan-pertanyaan pokok dalam wawancara adalah :

1) Kenapa memilih cara seperti yang dituliskan untuk menjawab soal terkait? 2) Bagaimana bisa memilih jawaban tersebut?

3) Jelaskan cara berpikir untuk menyelesaikan soal tersebut!

F. Metode/ Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data hasil dari penelitian ini digunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif dengan bantuan data kualitatif. Teknik analisis data yang dilakukan adalah mengelompokkan data, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk tabel maupun grafik, dan melakukan perhitungan. Setelah itu, hasil dari analisis data dideskripsikan sebagaimana adanya sesuai dengan metode penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya (Sugiyono, 2013).

Berikut merupakan beberapa teknik penilaian terhadap data penelitian dan kriteria kemampuan siswa berdasarkan hasil tes.

1. Penilaian soal tes.

Soal-soal yang digunakan dalam tes ini adalah soal-soal PISA dari beberapa tahun yang berbeda. Dalam menentukan penilaian terhadap jawaban yang diberikan, PISA memiliki standar sendiri. Berikut merupakan tabel dari skor penilaian terhadap jawaban dari soal-soal PISA (OECD, 2013) :


(47)

Tabel 3. 1

Standar Penilaian PISA Berdasarkan Proses

Proses Persentase

skor

Memodelkan soal ke bentuk matematika 25%

Menerapkan konsep matematika, fakta, prosedur dan penalaran 50%

Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh 25%

Total 100%

2. Penilaian kuesioner

Kuesioner yang diberikan merupakan kuesioner yang bersifat terbuka, dimana siswa diberikan kebebasan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Teknik penilaian tehadap kuesioner lebih kepada mengelompokkan jawaban-jawaban yang sama dan menghitung persentase jawaban-jawaban tersebut yang digolungkan berdasarkan level soal.

3. Kriteria kemampuan

Analisis data selanjutnya adalah dengan melihat kemampuan literasi matematis siswa berdasarkan hasil dari tes yang telah diberikan. Analisis ini mengacu pada kriteria kemampuan (Suharsimi, 2009) seperti berikut :

Tabel 3. 2

Kriteria Kemampuan

Nilai (x) Keterangan

8 ≤ � ≤ Baik sekali


(48)

≤ � < Cukup

≤ � < Kurang

< Kurang sekali

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan

Adapun prosedur yang dilalui dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan objek penelitian yang akan diteliti.

2. Mengkonsultasikan ide terkait objek penelitian kepada dosen pendamping 3. Membuat proposal penelitian

4. Menentukan subjek dan mensurvei subjek ke lapangan

5. Mengurus surat perijinan penelitian ke sekretariat JPMIPA Universitas Sanata Dharma terkait rencana penelitian di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. 6. Mengantarkan surat ke sekolah yang dimaksud

7. Mengkonsultasikan proposal penelitian dengan dosen pendamping

8. Melaksanakan penelitian selama kurang lebih satu bulan di kelas VIII SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta.

9. Mengumpulkan hasil penelitian dan menganalisis data hasil penelitian

10.Mengkonsultasikan hasil penelitian dan pembahasan dengan dosen pendamping.

11.Apabila laporan penelitian telah disetujui oleh dosen, maka peneliti akan mengajukan jadwal ujian terkait penelitian yang dilakukan.


(49)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian, membahas hasil tersebut dalam pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Adapun bagian-bagian yang akan dipaparkan adalah proses pelaksanaan penelitian, penyajian data dan analisis data penelitian, setelah itu akan masuk pada bagian pembahasan.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada siswa-siswi kelas VIII B di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta dengan tujuan untuk melihat kemampuan literasi matematis mereka. Penelitian ini dilangsungkan kepada 26 siswa sebanyak tiga kali, yakni pada pertemuan pertama memberikan lembar soal kepada siswa, pertemuan kedua memberikan lembar kuesioner, dan pertemuan terakhir melakukan wawancara kepada siswa-siswi terkait jawaban dari soal dan kuesioner yang diberikan. Adapun deskripsi dari setiap proses yang dilakukan dalam mempersiapkan penelitian hingga pelaksanaannya, sebagai berikut :

a. Proses perizinan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Namun, sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian di sekretariat JPMIPA (Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA) Universitas Sanata Dharma yang ditujukan kepada kepala sekolah SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta.


(50)

Pada tanggal 07 Maret 2015, peneliti mengantarkan surat kepada sekolah yang dimaksud dan setiba di sana, peneliti bertemu dengan kepala sekolah. Peneliti menceritakan maksud dan tujuan dari penelitian ini serta alasan memilih SMP Kristen Kalam Kudus sebagai tempat penelitian. Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh peneliti, kepala sekolah memanggil guru mata pelajaran matematika kelas VIII untuk membicarakan kelas dan waktu penelitian. Hasil dari pembicaraan antara peneliti dan guru yang bersangkutan adalah penelitian dapat dilaksanakan di kelas VIII B sebanyak tiga kali dan dapat dimulai pada tanggal 19 Maret 2015.

b. Persiapan penelitian

Penelitian yang dimulai pada tanggal 19 Maret 2015 ini membutuhkan persiapan yang matang, khususnya terkait soal-soal yang akan digunakan sebagai instrumen. Soal-soal yang digunakan merupakan soal-soal PISA yang terdiri dari level 1 sampai 6. Sebelum soal-soal tersebut digunakan, peneliti terlebih dahulu berkonsultasi dengan dosen pembimbing terkait soal-soal yang dapat digunakan. Berdasarkan hasil dari beberapa kali konsultasi dengan dosen pembimbing, maka diputuskan untuk menggunakan 10 nomor soal di mana soal-soal tersebut terdiri dari level 1 sampai 6. Setelah melakukan konsultasi dan menemukan kesepakatan terkait soal yang akan digunakan, maka penelitian pun dilaksanakan.


(51)

c. Pelaksanaan penelitian

Penelitian terkait kemampuan literasi matematis ini dilaksanakan di kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta pada tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini terdiri dari tes, pengisian kuesioner dan wawancara. Jumlah siswa-siswi yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 26 orang.

Tes yang diberikan berupa soal-soal PISA. Soal-soal yang digunakan berjumlah 10 nomor dan dikerjakan selama 75 menit. Adapun komposisi dari soal sebagai berikut :

1) Level 1 berjumlah 2 nomor, yakni soal nomor 1 dan nomor 3.

Pada soal nomor 1, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan berdasarkan gambar grafik yang telah disediakan pada soal, dan soal nomor satu merupakan soal PISA dengan kategori Quantity.

Pada soal nomor 3, siswa diminta untuk mencari rata-rata pendaki tiap harinya pada waktu yang telah ditentukan. Soal ini tidak membutuhkan nalar yang tinggi, sebab semua keterangan yang dibutuhkan untuk menjawab soal ini telah disajikan dalam soal, seperti jumlah hari dan jumlah seluruh pendaki. Sehingga, soal ini dapat dikategorikan soal level dan sama dengan nomor 1, soal nomor 3 juga berkategori Quantity.

2) Level 2 berjumlah 2 nomor, yakni soal nomor 2 dan nomor 5.

Soal nomor 2 dan nomor 5 dapat dikategorikan soal level 2 karena pada kedua nomor ini siswa tidak lagi diberikan bantuan berupa keterangan-keterangan yang konkret seperti bilangan-bilangan yang langsung dapat dihitung atau dioperasikan, tetapi pada kedua nomor soal ini siswa diminta


(52)

menjawabnya dengan menggunakan nalar mereka. Seperti pada soal nomor 2, tidak ditampilkan skala yang tepat untuk penjualan kepingan CD, sehingga siswa memerlukan nalar yang lebih tinggi dari level sebelumnya dalam menentukan penurunan skala yang merujuk pada jawaban yang diinginkan. Nomor 5 juga demikian, siswa diminta untuk menjawab soal dengan mengolah informasi yang tertera pada soal sedemikan sehingga memperoleh jawaban yang benar. Berkaitan dengan kategori dalam PISA, soal nomor 2 merupakan kategori Quantity dan soal nomor 5 adalah kategori Quantity.

3) Level 3 berjumlah 2 nomor, yakni soal 4 dan nomor 6

Pada soal nomor 4, siswa diminta untuk menetukan paling lambat pada pukul berapa si pendaki harus mulai naik agar dapat kembali pada waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini, sesuai dengan tipe dari level 3 siswa dapat menggunakan rumus kecepatan rata-rata dalam menjawab, hanya saja harus sesuai prosedur, penggunaan prosedure yang tepat dapat dilihat dalam proses penyelesaian soal. Perhitungan waktu yang diperlukan untuk naik harus dibedakan dengan perhitungan waktu untuk turun, hal ini dikarenakan kecepatan rata-rata ketika naik berbeda dengan kecepatan rata-rata sewaktu turun. Soal nomor 4 ini termasuk kategori Change and relationship. Nomor 6 juga sama halnya dengan nomor 4. Siswa harus mampu menentukan jumlah mobil yang dapat dibuat berdasarkan bahan yang tersedia, dan hal ini tidak terlalu membutuhkan nalar yang tinggi, tetapi dalam menyelesaikan soal ini


(53)

harus menggunakan prosedur yang tepat. Soal nomor 6 juga termasuk kategori Change and relationship.

4) Level 4 berjumlah 2 nomor, yakni soal nomor 7 dan nomor 8.

Soal nomor 7 termasuk level 4 karena pada soal nomor 7 nalar siswa sudah lebih tinggi dibandingkan soal-soal sebelumnya. Pada soal nomor 7 ini, siswa diminta untuk menentukan penjualan Pizza yang lebih menguntungkan bagi penjual. Dalam proses menentukan Pizza mana yang lebih menguntungkan inilah kemampuan literasi siswa dilihat. Siswa tidak lagi hanya menggunakan satu rumus dalam menentukan jawabannya, melainkan siswa perlu memahami maksud soal, memilih dan menggunakan rumus yang tepat, dan mengolah hasil dari perhitungan untuk dipakai sebagai dasar dalam mennentukan penjualan Pizza yang lebih menguntungkan bagi penjual. Soal Pizza ini termasuk pada kategori Space and shape. Soal nomor 8 pun demikian. Soal nomor 8 membutuhkan beberapa tahapan dalam menentukan tinggi dari tower yang ke tiga, yakni harus menentukan tinggi dari setiap jenis bangun yang menyusun sebuah tower tersebut. Soal nomor 8 termasuk pada kategori Space and shape.

5) Level 5 berjumlah 1 nomor, yakni soal nomor 9.

Soal nomor 9 berbeda dengan soal-soal sebelumnya. Pada soal nomor 9 ini tidak lagi berbicara mengenai kemampuan nalar dan kemampuan berhitung, tetapi lebih kepada kemampuan membayangkan dan memodelkan hasil


(54)

pemikiran mereka. Hal ini karena, pada soal nomor 9 siswa diminta menggambarkan model dari jaring-jaring kubus hasil dari pemotongan kubus sesuai dengan gambar yang diberikan. Kemampuan keruangan yang menjadi dasar pada pengerjaan soal nomor 9 inilah sehingga nomor 9 termasuk kategori Space and shape.

6) Level 6 berjumlah 1 nomor, yakni soal nomor 10.

Level 6 merupakan level tertinggi, dan soal nomor 10 merupakan soal yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kemampuan literasi siswa di level 6 ini. Hal ini karena, soal nomor 10 menuntut siswa untuk menggunakan nalarnya dalam menentukan langkah yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal, dan keefisiensi jawaban yang diberikan. Untuk bisa menentukan langkah awal inilah kunci dari penyelesaian soal ini, dan dalam menentukan langkah awal inilah diperlukan nalar yang tinggi, karena soal ini tidak menggunakan rumus seperti soal-soal sebelumnya. Soal nomor 10 merupakan soal dengan kategori Uncertainty.

Setelah melakukan tes, peneliti memberikan lembar kuesioner pada pertemuan berikutnya dan tahap terakhir dari penelitian ini adalah wawancara kepada para siswa-siswi yang didasarkan pada jawaban soal tes dan kuesioner. Berikut merupakan tabel dari kegiatan penelitian :


(55)

Tabel 4. 1

Rincian Kegiatan Penelitian

No Hari dan tanggal Kegiatan Jumlah Peserta

1. Kamis, 19 Maret 2015 Tes tertulis 26

2. Jumat, 20 Maret 2015 Pengisian kuesioner 26

3. Kamis, 26 Maret 2015 Wawancara 20

2. Penyajian Data

Penelitian yang dilakukan selama tiga kali di kelas VIII B SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta memberikan informasi berupa data-data sebagai berikut :

a. Data Tes

Jumlah peserta yang mengikuti tes ini berjumlah 26 orang dan berikut merupakan paparan dari hasil tes.

Tabel 4. 2

Hasil Perolehan Skor Setiap Siswa Per Soal yang Diberikan

Siswa

Nomor soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

S1 10 - - 10 10 10 - 10 - -

S2 10 - - - 10 10 - 10 - 7

S3 10 10 10 10 10 10 5 10 10 -

S4 10 10 10 - - 10 7 10 - -


(56)

S6 10 10 10 10 10 10 10 10 10 -

S7 10 - 10 10 10 10 - 10 - 10

S8 10 10 5 10 10 10 5 10 - -

S9 10 10 - - 10 - - - - -

S10 10 10 10 10 10 10 5 10 - -

S11 10 10 - - 10 - 5 - - -

S12 10 10 10 10 10 10 5 10 10 -

S13 10 10 - 10 10 10 5 10 - -

S14 10 10 2 - - 10 5 10 - 8

S15 10 10 10 - 10 10 - 10 - -

S16 10 - 2 10 10 10 8 10 - -

S17 10 10 10 10 10 10 5 10 10 10

S18 - 10 10 10 10 10 10 10 10 2

S19 10 5 7 10 10 10 - 10 10 -

S20 10 5 2 2 - 10 - 10 - -

S21 10 - 9 2 - 10 - 10 10 -

S22 10 10 2 10 10 10 - 10 - -

S23 10 - 10 10 10 10 - 4 - 10

S24 10 10 10 10 10 10 10 10 - 8

S25 10 10 10 10 10 10 - 10 - -

S26 10 10 10 10 10 10 - 4 - 8

Rata-rata

9,61 7,11 6,5 7,07 8,27 9,23 3,65 8,77 2,69 2,42


(57)

b. Data Kuesioner

Lembar kuesioner merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa ditiap soal yang diberikan. Berikut merupakan gambaran dari kuesioner :

Tabel 4. 3

Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal

Nomor soal

Level Kesulitan-kesulitan yang dihadapi

1 1 Tidak ada kesulitan

2 2 - Skala pada grafik tidak terperinci

- Bingung untuk memperkirakan skala - Tidak tahu rumus apa yang harus digunakan - Soal kurang jelas

3 1 - Bingung cara menghitung

- Sulit menghitung karena bilangan yang jumlahnya besar

- Soal susah

- Tidak menemukan jawaban yang sesuai perhitungan

- Bingung membulatkan bilangan

4 3 - Bingung dalam menghitung

- Soal sulit kurang jelas - Soal sulit dipahami


(58)

- Bingung dengan keterangan dalam soal

- Bingung menjelaskan cara memperoleh jawaban

6 3 - Bingung dalam memahami maksud soal

- Sulit dalam menghitung bahan-bahan yang

dibutuhkan

- Sulit dalam menentukan hubungan jumlah

penggunaan bahan dengan jumlah bahan yang tersedia

- Soal kurang jelas

- Sulit menjelaskan alasannya

7 4 - Tidak menemukan jawabannya

- Soal rumit

- Tidak tahu cara menjawab soal

- Sulit dalam menghitung luas Pizza per 1 cm2

8 4 - Bingung dalam menjelaskan langkah-langkahnya

- Bingung menentukan cara menghitung

9 5 - Soal kurang jelas

- Sulit menentukan jaring-jaring kubus

- Sulit membayangkan hasil potongan dari kubus - Soal sulit dijawab, karena tidak ada alat peraga

10 6 - Tidak tahu bagaimana cara mengerjakan

- Tidak tahu berat gelas yang pasti - Soal sulit dipahami

- Tidak tahu teori yang dapat digunakan untuk mengerjakan soal


(59)

- Soal rumit

- Perintah soal tidak jelas

- Rumit ketika menyelesaikan soal

c. Data Wawancara

Wawancara tidak dilakukan kepada seluruh siswa, melainkan hanya pada 20 siswa saja. Hal ini dikarenakan, jawaban dan penjelasan dari siswa yang tidak diwawancarai sudah dapat dipahami oleh peneliti. Wawancara dilakukan di perpustakaan SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta, pada hari kamis, 26 Maret 2015 selama 80 menit (2 jam pelajaran). Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui alur berpikir siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan serta ingin mengetahui alasan lebih mendalam dari cara menjawab soal-soal tersebut. Transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran B.2 halaman 156.

3. Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh dari penelitian, akan dianalisis berdasarkan level dari soal-soal PISA yang diberikan dan akan dideskripsikan sesuai data yang ada dengan dibantu hasil kuesioner dan hasil wawancara yang akan menguatkan data dari tes yang ada.

a. Data Tes

Tes tertulis merupakan tes pertama dari serangkaian tes yang dilakukan selama penelitian. Hasil dari tes tertulis ini akan dikategorikan sesuai levelnya dan dianalisis berdasarkan level tersebut. Dari data yang terdapat dalam Tabel 4.2,


(60)

maka kita dapat menghitung persentase skor tiap soal berdasarkan jawaban siswa. Adapun persentasenya sebagai berikut :

Tabel 4. 4

Kriteria Ketercapaian berdasarkan Persentase Skor Tiap Soal

Nomor

soal Level Skor (dalam %)

Kriteria Ketercapaian

1 1 96,1 % Baik sekali

2 2 71,1 % Baik

3 1 65 % Cukup

4 3 70,7 % Baik

5 2 82,7 % Baik sekali

6 3 92,3 % Baik sekali

7 4 36,5 % Kurang sekali

8 4 87,7 % Baik sekali

9 5 26,9 % Kurang sekali

10 6 24,23 % Kurang sekali

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa tidak ada yang mendapatkan skor sempurna atau 100% dan tidak ada yang memiliki persentase yang sama ditiap nomor soal. Hal ini menandakan bahwa setiap soal memiliki kesulitan yang beda, dan juga kemampuan siswa dalam menyelesaikannya pun berbeda-beda. Berkaitan dengan kemampuan siswa, sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni ingin mengetahui kemampuan litersi mamtematis siswa, maka berikut diberikan tabel mengenai kemampuan literasi 26 siswa utnuk setiap level.


(61)

Tabel 4. 5

Kemampuan Literasi matematis Tiap Siswa dari Level 1 sampai level 6

Siswa

Level

1 2 3 4 5 6

S1 C C BS C KS KS

S2 C C C C KS B

S3 BS BS BS B BS KS

S4 BS C C BS KS KS

S5 BS C BS BS KS KS

S6 BS BS BS BS BS KS

S7 BS C BS C KS BS

S8 B BS BS B KS KS

S9 C BS KS KS KS KS

S10 BS BS BS B KS KS

S11 C BS KS K KS KS

S12 BS BS BS B BS KS

S13 C BS BS B KS KS

S14 C C C B KS BS

S15 BS BS C C KS KS

S16 C C BS BS KS KS

S17 BS BS BS B BS BS

S18 C BS BS BS BS KS

S19 BS B BS K BS KS


(62)

S21 BS KS C C BS KS

S22 C BS BS C KS KS

S23 BS C BS KS KS BS

S24 BS BS BS BS KS BS

S25 BS BS BS C KS KS

S26 BS BS BS KS KS BS

Keterangan : BS = Baik Sekali B = Baik C = Cukup K = Kurang KS = Kurang Sekali

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, maka dapat dinyatakan persentase kemampuan menyelesaikan soal yang dilihat berdasarkan level soal sebagai berikut.

Tabel 4. 6

Persentase Kemampuan Siswa Berdasarkan Level Soal

Level

Persentase kemampuan siswa

Kriteria ketercapaian

1 80,5 % Baik sekali

2 76,9 % Baik


(63)

4 62,1 % Cukup

5 26,9 % Kurang sekali

6 24,2 % Kurang sekali

Apabila melihat hasil persentase skor pada tiap levelnya, maka dapat dikatakan semakin tinggi level semakin rendah persentase skor yang diperoleh begitu juga dengan karakteristik kemampuan siswa, kecuali pada level 3. Level 3 lebih tinggi dari level 1 dan 2, hal ini disebabkan oleh pada level 3 siswa telah terbiasa dengan soal-soal tersebut, dimana soal-soal itu adalah soal-soal analisa yang berkaitan rumus.

b. Data Kuesioner

Data kuesioner yang diberikan menggambarkan kesulitan kesulitan yang dialami siswa selama menyelesaikan soal-soal PISA yang diberikan. Berikut merupakan paparan lebih lanjut akan data kuesioner yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni tentang besar persentase terhadap macam kesulitan yang dihadapi siswa :

1) Level 1

 50% siswa mengalami kesulitan pada perhitungan. Bentuk perhitungan yang dimaksud adalah membulatkan hasil perhitungan dan sulit dalam menghitung bilangan dalam jumlah yang besar.

 7,7% siswa mengatakan bahwa soal sulit dipahami, sehingga sulit menyelesaikannya. Hal ini terjadi pada soal nomor 3.


(64)

 42,3% siswa tidak mengalami atau menemukan kesulitan dalam menyelesaikan soal di level 1.

2) Level 2

 34% mengalami kesulitan dalam keterangan-keterangan pendukung dalam soal. Keterangan-keterangan yang dimaksud adalah keterangan skala yang tepat pada soal nomor 2 dan keterangan-keterangan tambahan yang ada di nomor 5 yaitu arah berputar kincir dan jarak antara air dan kincir.

 7,7% siswa tidak tahu harus menggunakan rumus yang mana untuk menjawab soal.

 7,7% siswa mengatakan bahwa soal kurang jelas  50% siswa lainnya tidak mengalami kesulitan 3) Level 3

 11,53% siswa mengatakan bahwa soal kurang jelas  26,9% siswa mengalami kesulitan dalam perhitungan.  15,3 siswa sulit dalam memahami soal.

 46,2% siswa tidak mengalami kesulitan 4) Level 4

 23,08% siswa mengalami kesulitan dalam perhitungan. Namun, perhitungan yang dimaksudakn pada level 4 ini, tidak lagi berkaitan dengan perhitungan dasar yakni proses pembulatan atau pengoperasian bilangan, melainkan menghitung disini berkaitan dengan menentukan perhitungan yang efisien dalam memperoleh jawaban.


(65)

 3,8% siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan cara yang digunakan dalam menjawab soal.

 42,42% siswa tidak mengalami kesulitan 5) Level 5

 100% siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan bentuk dari jaring-jaring kubus yang dimaksud.

6) Level 6

 38,46% siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal

 30,46% siswa sulit menyelesaikan soal karena tidak tahu rumus yang harus digunakan.

 23,08% siswa pada mulanya bingung dalam menyelesaikan soal, namun setelah mencoba berbagai cara maka siswa tersebut dapat menyelesaikan soal yang diberikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi level soal, maka semakin banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami maksud soal dan bagi soal yang memerlukan nalar dan analisa yang tinggi (seperti soal di level 4-6), maka kecenderungan yang terjadi adalah jumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan menganalisa maksud soal pun meningkat dari level-level sebelumnya.

c. Data Wawancara

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, berikut merupakan kesimpulan dari hasil wawancara tersebut :


(66)

Tabel 4. 7

Kesimpulan Hasil Wawancara

Nomor

soal Level Hasil wawancara

1 1 Dari 26 siswa, ada satu orang siswa yang menjawab

salah. Siswa tersebut sadar kalau jawaban yang diberikan keliru. Kekeliruan dalam menjawab karena siswa keliru dalam membaca grafik

2 2 Seluruh siswa yang diwawancarai tidak tahu pasti

berapa penurunan nilai penjualan, sehingga jawaban yang diberikan hanya mengira-ngira saja

3 1 - Bagi siswa yang menjawab 340 dan 3400, siswa

mencoba menghitung total hari dari tanggal 01Juli sampai 27 Agustus. Lalu, jumlah pendaki dibagi

dengan jumlah hari yang telah dihitung

sebelumnya. Hanya saja beberapa siswa keliru dalam membagi, sehingga memilih jawaban 340. - Bagi yang menjawab 7400, alasannya karena

jumlah pendaki itu banyak, sehingga memilih rata-rata yang paling banyak jumlahnya

- Selain itu, siswa salah menjawab karena kurang teliti dalam membaca soal

4 3 - Dari 26 orang siswa, ada 18 orang siswa telah mengetahui bagaimana cara menjawab soal ini - Bagi 8 siswa yang keliru bahkan tidak bisa


(67)

menyelesaikan, siswa masih bingung bagaimana cara menghitung, harus menggunakan rumus apa dan keliru memahami maksud soal

5 2 - Siswa menggunakan banyak cara dalam

menyelesaikan soal ini. Namun, bagi 5 orang siswa yang salah dalam menjawab, mereka keliru dalam menghitung jumlah titik yang ada pada kincir

- Ada satu orang siswa juga bingung dengan keterangan-keterangan tambahan yang ada pada

gambar. Bagi siswa, keterangan tersebut

berpengaruh dalam menyelesaikan soal

6 3 Bagi satu siswa yang menjawab keliru, hal ini

disebabkan karena menurut siswa mobil dapat dibuat dengan ukuran yang kecil menggunakan siswa jawaban yang ada, dan juga ada satu siswa yang keliru dalam memahami soal

7 4 - Ada 4 macam jawaban yang ada. Ada 13 siswa

yang menjawab Pizza kecil lebih menguntungkan, 5 siswa menjawab sama-sama untung, 6 siswa menjawab Pizza besar lebih untung dan 2 siswa tidak menjawab.

- Bagi yang menjawab Pizza kecil lebih untung, mereka berpikir untuk mencari harga Pizza per 1 cm2, sehingga diperoleh Pizza kecil yang lebih


(68)

menguntungkan. Mereka menggunakan cara ini karena bagi mereka, untuk membandingkan harus berawal dari titik acuan yang sama dan mereka memilih untuk mencari harga per 1 cm2

8 4 - Dua puluh empat siswa mampu menyelesaikan

soal ini. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak menemukan kesulitan apapun, dan soal ini sebenarnya bisa dijadikan bentuk persamaan linear dua variabel

- Bagi 2 orang siswa yang salah menjawab, hal ini

disebabkan karena mereka bingung harus

menggunakan rumus apa dalam menjawab dan terjadi kekeliruan dalam proses perhitungan

9 5 Pada umumnya, siswa bingung dalam

membayangkan jaring-jaring kubus hasil dari potongan-potongan yang ada, dan ada juga satu orang yang bingung karena disebabkan oleh tidak adanya alat peraga.

10 6 Pada umumnya siswa tidak tahu seperti apa harus menyelesaikan soal ini. Namun, 8 siswa di antara mereka mencoba-coba berbagai cara salah satunya dengan membagi 2 gelas yang ada. Alasan dibagi dua karena kapasitas timbangan yang terbatas. Karena cara ini efektif, maka mereka memilih untuk menggunakan cara ini. Selain itu, ada 2 orang siswa


(69)

yang terpaku dengan rumus, sehingga tidak dapat menjawab soal ini karena tidak menemukan rumus yang sesuai untuk digunakan pada soal.

B. Pembahasan Penelitian

Setelah data penelitian telah dipaparkan pada bagian hasil penelitian, maka hasil penelitian tersebut akan dibahas lebih lanjut lagi pada bagian pembahasan ini di mana pembahasan akan dibagi ke dalam dua bagian yakni pembahasan terkait kemampuan literasi matematis siswa dan yang kedua adalah pembahasan terkait kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

1. Kemampuan Literasi Matematis siswa kelas VIII B

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.6 tentang kemampuan literasi matematis siswa berdasarkan level soal, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII B tergolong baik sekali untuk level 1 dan 3 dan tergolong baik untuk level 2. Namun, tidak demikian dengan level 4, 5 dan level 6. Pada level ini, kemampuan literasi matematis siswa kelas VIII B mengalami penurunan. Pada level 4 kemampuan literasi matematis siswa tergolong cukup dan pada level 5 dan level 6, kemampuan literasi matematis siswa dapat dikatakan kurang sekali.

Pada level 1, kemampuan literasi matematis siswa secara rata-rata dapat dikatakan baik sekali. Hal ini berdasarkan persentase skor yang mencapai 80,5%. Skor ini merupakan rata-rata kemampuan siswa dalam menjawab soal nomor 1 dan nomor 3, dimana soal nomor satu kemampuan siswa mencapai 96,1%


(70)

(kemampuannya tergolong baik sekali) dan nomor 3 kemampuan siswa mencapai 65% (kemampuannya tergolong cukup), sehingga apabila dirata-ratakan maka kemampuan literasi matematis siswa adalah 80,5% yang apabila disesuaikan dengan kriteria pencapaian kemampuan literasi matematis siswa termasuk baik sekali. Apabila melihat perolehan skor antara nomor 1 dan nomor 3, maka akan tampak perbedaan pencapaian yang cukup signifikan, dimana nomor 1 mencapai 96,1% sedangkan nomor 3 hanya 65%. Kemampuan literasi matematis siswa dapat dikatakan baik sekali pada soal nomor 1 karena 25 siswa mampu menjawab soal tersebut dengan baik dan benar (lihat lampiran B.1 hal ). Soal nomor 1 merupakan soal yang tingkat penalarannya rendah, tetapi soal ini lebih mengarah kepada kemampuan siswa dalam merepresentasikan, mematematisasi dan mengkomunikasikan alasan serta jawaban dari pertanyaan tersebut. Pada soal nomor 1 ini, siswa mampu menjawab soal yang diberikan dengan baik dan mampu mengkomunikasikan alasan dari jawaban yang diberikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban berikut.

Gambar 4. 1 Contoh jawaban nomor 1

Berdasarkan teori mengenai kemampuan dasar literasi matematis (OECD, 2013) terkait kemampuan komunikasi, mematematisasi dan merepresentasi, maka untuk nomor 1 kemampuan literasi matematis siswa dapat dikatakan baik sekali.


(1)

dan 10. Dimulai dari soal nomor 1 ya. Kenapa kamu memilih

jawabannya oktober?”

S : “saya salah mbak. Saya salah lihat grafik jadi jawabannya harusnya september.”

P : “Oke, berarti kurang teliti ya. Kalau nomor 7, kenapa pilih Pizza yang kecil lebih untung?”

S : “Kalau dilihat dari bahan dan harga, pizza yang kecil yang lebih menguntungkan. Karena, harga per cm2lebih mahal.” P : “Kenapa kamu memilih untuk mencari harga per cm2?”

S : “karena, utnuk membandingkan, kita harus memiliki acuan yang sama. Jadi, saya pilih untuk mencari luasnya dulu lalu

nyari harga per cm2. Ketemunya yang kecil lebih mahal, kalo

penjual kan pasti untuk memperoleh keuntungan lebih milih

yang harganya mahal tapi bahannya sedikit.”

P : “Oke, masuk akal. Kalau jawaban nomor 10 bagaimana? Kalau dilanjutkan ini bagaimana?”

S : “sebenarnya kalau dilanjutkan masih bingung mbak. Tapi, dia harus dibagi 2 dulu supaya sama. Pas ketemu yang lebih ringa

berarti gelanya ada disitu.” P : “Kenapa harus dibagi 2?”

S : “Supaya sama, jadi bisa keliatan mana yang lebih ringan dengan jumlah gelas yang sama.”


(2)

sukses terus ya.”

16.Wawancara dengan siswa 19 (S19) terkait soal nomor 2 dan 7

P : “Hai, ketemu lagi. Hari ini aku mau tanya-tanya tentang beberapa jawaban kamu kemarin. Santai saja ya, ini tanya

jawab biasa kok. Nah, dimulai dari nomor 2. Kamu menjawab

370 ya? Kok bisa dapat jawaban 370?” S : “Ngira-ngira.”

P : “Ngira-ngiranya berdasarkan apa?”

S : “Berdasarkan tabel. Ini turun berapa trus yang ini turun berapa. Jadi kalo dikira-kira jawabannya 370.”

P : “Oke. Lalu, jawaban nomor 7 kamu menjawab kalau keuntungannya sama. Nah itu, caranya bagaimana?”

S : “untuk mencari harga per cm nya 40.000 harus dibagi 40 dapatnya 1000 per cm trus satunya juga.”

P : “kalau dikaitkan dengan luas Pizza bagaimana?” S : “hmm, nggak tau.”

P : “Oke deh. Wawancaranya sudah selesai, terima kasih untuk waktunya.”

17.Wawancara dengan siswa 20 (S20) terkait soal nomor 2, 5, dan 7

P : “Halo, wawancara hari ini terkait jawaban kamu untuk soal nomor 2, 5, dan 7. Mulai dari nomor 2, bisa jawab 370 dari


(3)

mana?”

S : “Dikira-kira, kalo liat penurunan grafiknya.”

P : “Kalau nomor 5, bisa milih di antara titik R dan S caranya bagaimana?”

S : “Aku pake perbandingan senilai, ketemunya dititik 18. Jadi, pas aku hitung titik ke 18 itu ada di antara titik R dan S.” P : “kalau nomor 7, bisa memilih yang pizza besar bagaimana?” S : “Aku salah. Aku pikir itu keuntungan bagi pembeli.

Seharusnya Pizza yang kecil. Karena kalau dilihat harga per

cm2yang kecil lebih mahal.”

P : “kok kamu menghitungnya berdasarkan 1 cm2?”

S : “Biar sama. Supaya ditahu berapa harga dari 1 cm2 kedua

pizza itu.”

P : “Bisa kepikiran cara itu bagaimana?”

S : “Kan yang lainnya udah sama, rasa, tebal, toppingnya juga

sama, sedangkan yang beda itu luasnya. Jadi aku milih untuk

cari harga per 1 cm2nya.”

P : “Oke, wawancaranya cukup sekian. Terima kasih ya.”

18.Wawancara dengan siswa 21 (S21) terkait soal nomor 2, 5, dan 7

P : “Halo, wawancara hari ini terkait jawaban kamu untuk soal nomor 2, 5, dan 7. Mulai dari nomor 2, kan belum selesai


(4)

apa?”

S : “Yang 370. Dikira-kira aja.”

P : “Kalau nomor 5, bisa milih di antara titik R caranya bagaimana?”

S : “sebenarnya aku agak ragu sama jawabanku. Soalnya, aku gak ketemu jawabannya.”

P : “kalau nomor 7, bisa mengatakan keuntungannya sama bagaimana?”

S : “40.000 aku bagi 40 hasilnya 1000 dan 30.000 bagi 30 juga 1000, adi menurutku untungnya sama. Sama-sama 1000 per

cm.”

P : “Kalau dikaitkan dengan luas, bagaimana?” S : “Aku gak tau.”

P : “Oke, wawancaranya cukup sekian. Terima kasih ya.”

19.Wawancara dengan siswa 23 (S23) terkait soal nomor 2 dan 7

P : “Halo, apa kabar? Hari ini wawancaranya tentang jawaban kamu nomor 2 dan 7. Mulai dari nomor 2. Jawabanmu belum

selesai, kalau mau diteruskan jawabanmu apa?”

S : “670 juga, dilihat dari grafik turunnya sekitar-sekitar seratusan jadi aku milih 670.”

P : “untuk nomor 7, bagaimana kamu bisa memilih 40 cm yang lebih untung?”


(5)

S : “itu saya salah, saya pikir untuk menguntungkan pembeli jadi saya pilih yang 40 cm.”

P : “Oke, gak apa-apa. Tetapi, kenapa harus memilih cara ini?” S : “Karena, antara harga dan luas berbeda jadi harus dicari

luasnya dulu. Jadi saya lihat yang sama yaitu luasnya.” P : “Oke deh. Terima kasih waktunya ya.”

20.Wawancara dengan siswa 24 (S24) terkait soal nomor 7 dan 10

P : “Hai, terima kasih sudah mau diwawancara. Saya mau bertanya tentang jawabanmu nomor 7 dan 10. Muai nomor 7,

kenapa bisa pilih jawaban 30 cm lebih untung?”

S : “Karena harus dibuat dalam porsi yang sama dulu, jadi yang lebih sedikit pasti lebih untung.”

P : “kalau nomor 10 bagaimana?”

S : “Kalau nomor 10, saya mikirnya harus dibagi dua dulu supaya sama. Jadi pas ditimbang keliatan mana yang lebih ringan

berarti gelasnya ada disitu. Lalu, ditimbang lagi ditimbang

lagi sampai ketemu jawabannya.”

P : “Kenapa berpikir untuk dibagi dua? Kenapa tidak dibagi 3 atau 4?”

S : “Cuma itu yang kepikiran mbak.”

P : “Oke deh, terima kasih untuk waktunya. Wawancaranya sudah selesai.”


(6)

LAMPIRAN D


Dokumen yang terkait

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Penerapan model treffinger untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

4 12 186

Pendekatan realistic mathematics education untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMPIT Ruhama Depok

0 8 199

Pengaruh pendekatan konstruktivisme strategi react terhadap kemampuan pemahaman relasional matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMPN 18 Kota Tangerang Selatan

0 7 0

Pengaruh pembelajaran kooperatif type quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMP PGRI 35 Serpong

2 7 193

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185