BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik 1. Minat Berwiraswasta
Menurut Slameto 1995: 180 pengertian minat adalah :
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hak atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
Tampubolon 2000:41 mendefinisikan minat adalah :
perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
Asep Priyatna Abdullah 1990:24 mendefinisikan minat adalah :
suatu perangkat mental yang meliputi perasaan, harapan, prasangka yang cenderung mengarahkan individu kepada suatu
pilihan tertentu. Dari pendapat tersebut di atas jika disimak maka motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat, contoh: siswa yang memiliki minat terhadap program diklat kewirausahaan cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari kewirausahaan demikian juga sebaliknya yakni jika tidak ada motivasi maka
minat tidak ada. Pendapat mengenai arti minat juga dikemukakan oleh Yul Iskandar
2001:9 dengan mendefinisikan minat adalah usaha dan kemauan untuk mempelajari learning dan mencari sesuatu. Contoh: minat seniman, maka
8
individu itu mempunyai atau tidak mempunyai bakat itu tetapi telah ada usaha aktif untuk mempelajarinya.
Dalam variabel penelitian ini minat yang dimaksud adalah minat berwiraswasta, yang sesuai dengan pendapat GF Kuder 1968 yang dikutip
oleh Dewa Ketut Suhardi 1984:176 termasuk compertational yakni kelompok terhadap pekerjaan atau jabatan hitung menghitung misalnya:
pedagang, akuntan, pemegang buku. Hal tersebut oleh GF Kuder 1963 yang dikutip oleh Dewa Ketut Suhardi 1988:105 sebelumnya telah
digunakan untuk minat yang diinvetarisasikan, biasanya ini ditetapkan dengan angket yang telah tersedia atau dikomparasikan.
Dari beberapa definisi para ahli tersebut tampak bahwa minat adalah termasuk bagian dari faktor yang mempengaruhi suatu keberhasilan.
Pengertian istilah berwiraswasta sering tumpang tindih dengan istilah berwirausaha, padahal antara wiraswasta dan wirausaha ada sedikit
perbedaan. Jika wiraswasta lebih menekankan di bidang swasta namun wirausaha tidak hanya di bidang usaha bahkan di bidang pemerintahan pun
harus dikelola berdasar efesien yang merupakan dasar dari wiraswasta. Wiraswasta memiliki pengertian yang sangat luas maka dari itu
sebagian para ahli menyarankan istilah wiraswasta khusus diperuntukkan bagi lingkup swasta sedangkan di lingkup pemerintahan sebaiknya
digunakan wira karya. Namun apapun istilah yang digunakan aspek kemandirian, keberanian, otonom berdaulat, merdeka lahir dan batin
merupakan aspek yang khas dan penting dalam berwiraswasta.
Norman M. Scarborough Thomas W. Zimmerer 1993:5 mengemukakan definisi wiraswasta sebagai berikut :
“An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purposes of achieving profit and growth
by identifying opportunities and assembling the necessary to capitalize on the those opportunities”.
Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat berwiraswasta pada siswa adalah usaha dan
kemauan karena adanya motivasi siswa untuk mempelajari, mencari, dan berkeinginan menjadi tenaga wiraswasta. Minat berwiraswasta dalam kontek
penelitian ini adalah minat berwiraswasta sebagai usahawan adalah suatu ras lebih suka, rasa ketertarikan siswa yang diikuti usaha aktif untuk
mempelajari dan berkeinginan menjadi tenaga wiraswasta. Pada umumnya siswa-siswa ini cenderung untuk berusaha sendiri mandiri baik dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan perwujudan sikap akibat dari minat berwiraswasta sebab dalam berwiraswasta tersirat makna usaha
sendirikemandirian. Menurut Nur Syam 1982:17 tenaga wiraswasta dalam
melaksanakan pembangunan nasional Indonesia sangat diperlukan oleh pemerintah. Beberapa lapangan kerja yang perlu kita isi dengan tenaga
berwiraswasta antara lain sebagai berikut: 1. Lapangan Industri dan Kerajinan :
a Industri besar, b Industri menengah, c Industri Kecil, dan d Pengrajin.
2. Lapangan pertambangan dan energi.
3. Lapangan pemberian Jasa : a Perbankan, b Asuransi, c Transport laut, udara, sungai dan danau.
4. Lapangan perdagangan. 5. Lapangan Agraria
6. Transmigrasi dan pembangunan daerah 7. Pariwisata dan perhotelan
8. Koperasi Nur Syam 1982:21 menyebutkan ciri-ciri sikap mental para
wiraswastawan yaitu : 1.
Memiliki kepribadian yang unggul, yaitu : a. Berdaya pikir positif
b. Mampu merumuskan tentang apa yang dicita-citakan tujuan hidup
c. Dapat dan mampu menempatkan waktu pencapaian dan kesempatan serta melakukannya.
2. Mengenal dirinya sendiri, yang berarti : a. Dapat memilih dan menetukan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan diri sendiri. b. Mengetahui kesempatan, kecakapan, dan kemampuan diri
sendiri. c. Mengakui, mengetahui, dan menyadari kekurangan diri sendiri.
d. Dapat menilai, menghargai, dan memanfaatkan modal atau kekayaan dan kekuatan yang dimiliki diri sendiri.
3. Mempunyai keahlian khusus atau tak tertentu. 4. Kemauan dan kesediaan untuk belajar terus dan bekerja keras.
5. Memiliki kekayaan berupa kekayaan mental, spiritual, dan kekayaan
material. 6.
Mengetahui dan memperhatikan hambatan-hambatan yang ada dan kemungkinan-kemungkinan hambatan yang mungkin terjadi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar siswa tamatan SMK kurang memiliki minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini
didukung juga dengan tujuan diadakannya SMK memang untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah. Sejalan dengan itu maka
diharapkan siswa akan mampu berdiri sendiri atau berwiraswasta dalam menjalankan pekerjaan sebagai pengusaha, pedagang, karyawan atau
pekerja. Untuk itu anak-anak perlu diberi materi, ketrampilan, dan motivasi untuk membangkitkan minat berwiraswasta. Minat siswa terhadap
berwiraswasta perlu dikembangkan oleh para pendidik di sekolah kejuruan. Sebab sekolah kejuruan merupakan sekolah yang berkompeten untuk
menghasilkan tenaga-tenaga kerja tingkat menengah baik di sektor swasta maupun negeri dan mencetak tenaga kerja mandiri yaitu lulusan yang
mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dalam masalah pekerjaan dan dapat membantu orang lain dalam mendapatkan pekerjaan.
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan merupakan suatu bagian terpenting dari setiap perkembangan manusia, karena pendidikan akan membawa perubahan yang
sangat besar pada setiap pribadi manusia. Pengertian pendidikan menurut Whintherington 1978:18 adalah :
“Pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung berkat dilakukannya perbuatan belajar”.
Pakar lain mengartikan bahwa : “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan” Ngalim Purwanto, 1992:232. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ahmad Thonthowi
1991:95, menyatakan bahwa pendidikan adalah “Bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan
bertanggung jawab baik mengenai aspek jasmaninya maupun aspek rohaninya menuju ke tingkat kedewasaan anak”. Dari beberapa pendapat di
atas dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang.
Pendidikan itu ada berbagai jenis. Berbagai jenis itu dapat dibeda- bedakan yaitu:
1 Menurut sifatnya pendidikan dapat dibedakan Ahmadi, Nuruhbiyati 1991, 97 menjadi:
a. Pendidikan Informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari secara sadar atau tidak sadar sepanjang