Sanksi Administratif Kekuatan Pembuatan Akta Otentik Yang Membatalkan Akta Notaris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 347/PDT.G/2012/PN-MDN)

78 Upaya Notaris terhadap sanksi perdata untuk Akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai Akta dibawah tangan dan Akta Notaris yang batal demi hukum adalah Notaris harus dapat membuktikan bahwa Akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sempurna yang tidak melanggar ketentuan pasal 84 UUJN dengan memberikan perlawanan dan penjelasan bahwa Akta yang dibuat berdasarkan permintaan para pihak sesuai prosdur dalam pembuatan Akta, dan jika Notaris dapat membuktikan kebenaran Aktanya dari aspek lahiriah, formal dan materil maka Notaris dapat menggugat balik kepada pihak yang menggugatnya sebagai upaya untuk mempertahankan hak dan kewajiban Notaris dalam menjalankan jabatannya.

2. Sanksi Administratif

Secara garis besar sanksi administratif dapat dibedakan 3 tiga macam, yaitu: 123 a. Sanksi Reparatif. Sanksi ini ditujukan untuk perbaikan atas pelanggaran tata tertib hukum. Dapat berupa penghentian perbuatan terlarang, kewajiban perubahan sikap tindakan sehingga tercapai keadaan semula yang ditentukan, tindakan memperbaiki sesuatu yang berlawanan dengan aturan. Contohnya paksaan untuk berbuat sesuatu untuk pemerintah dan pembayaran uang paksa yang ditentukan sebagai hukuman. b. Sanksi Punitif. 123 J. B. J. M. ten Berge, Besturen Door de Overtheid, W. W. J. Tjeenk Willink, Deventer, 1996, hal. 390-391 Universita Sumatera Utara 79 Sanksi yang bersifat menghukum, merupakan beban tambahan, Sanksi hukuman tergolong dalam pembalasan, dan tindakan preventif yang menimbulkan ketakutan kepada pelanggar yang sama atau mungkin untuk pelanggar- pelanggar lainnya. Contohnya pembayaran denda kepada pemerintah, teguran keras. c. Sanksi Regresif. Sanksi sebagai reaksi atas suatu ketidak taatan, dicabutnya hak alas sesuatu yang diputuskan menurut hukum, seolah-olah dikembalikan kepada keadaan hukum yang sebenarnya sebelum keputusan diambil. Contohnya pencabutan, perubahan atau penagguhan suatu keputusan. Dalam beberapa kepustakaan hukum administrasi dikenal beberapa jenis sanksi administratif, antara lain: 124 1. Eksekusi nyata; Sanksi ini digunakan administrasi, baikdengan tidak memenuhi kewajiban yang tercantum dalam suatu ketetapan hukum-hukum administrasi “maupun pada pelanggaran-pelanggaran suatu kententuan undang undang berbuat tanpa izin, yang terdiri dari mengambil, menghalangi, menjalankan atau memperbaiki apa yang bertentangan dengan keten tuan-ketentuan dalam peraturan-peraturan yang sah, yang dibuat, disusun, dialami, dibiarkan dirusak atau diambil oleh pelaku. 2. Eksekusi langsung {parate executie; Sanksi dalam penagihan uang yang berasal dari hubungan hukum hukum administrasi. 124 A. D. Belifante dan H. Boerhanoeddin Soetan Batoeah, Opcit, hal 1o1-105 Universita Sumatera Utara 80 3. Penarikan kembali suatu izin; Sanksi yang diberikan pada pelanggaran peraturan atau syarat-syarat yang berhubungan dengan ketetapan, tetapi juga pelanggaran peraturan perUndang- Undangan. Dalam pasl 85 UUJN ditentukan ada 5lima sanksi administratif yaitu teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak hormat. Sanksi tersebut berlaku karena Notaris melanggar ketentuan Pasal 7, Pasal 16 ayat 1 huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, dan melanggar larangan yang ada pada Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 63 UUJN. Upaya yang dapat dilakukan Notaris terhadap sanksi administrative adalah dengan mengajukan keberatan kepada majelis pengawas yang menjatuhkan sanksi kepadanya, dan jika tidak puas dapat mengajukan banding kepada instansi majelis Pengawas yang lebih tinggi, dan dapat juga melakukan gugatan ke pengadilan Tata Usaha Negara jika putusan pengadilan Majelis Pengawas tidak memuaskan Notaris Universita Sumatera Utara 81

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN

NEGERI MEDAN NOMOR 347PDT.G2012PN-MDN PEMBUKTIAN TANPA MELANGGAR PRINSIP HUKUM

A. Perlindungan Hukum Bagi Notaris Dalam Menjalankan Jabatan

Fungsi Notaris mencatatkan menuliskan mengenai apa-apa yang dikehendaki atau diinginkan oleh para pihak yang menghadap Notaris, dan tidak ada kewajiban bagi Notaris untuk menyelidiki secara materil hal-hal yang dikemukakan oleh para penghadap tersebut. Oleh sebab itu, sangat bertentangan dengan inti dari Akta Notaris, jika Akta Notaris yang dibuat atas kehendak para pihak dibatalkan oleh putusan pengadilan. karena jika ada gugatan dari para pihak yang tersebut dalam Akta untuk membatalkan Akta Notaris. Pembatalan Akta Notaris hanya dapat dilakukan oleh para pihak itu sendiri. 125 Pada sisi lain ada Akta yang dibuat tanpa Pejabat yang berwenang yang disebut dengan Akta di bawah tangan. Kekuatan Akta di bawah tangan adalah sah, tetapi kurang kuat, dan kurang sempurna untuk membuktikan peristiwa hukum yang dituliskan atau dinyatakan dalam Akta bawah tangan. Habib Adjie mengatakan, Akta bawah tangan menjadi sah jika diakui oleh para pihak, maka Akta itu sah, tetapi jika ada salah satu pihak tidak mengakuinya, maka beban pembuktian diserahkan kepada pihak yang menyangkal Akta tersebut, dan penilaian atas penyangkalan Akta bawah tangan tersebut diserahkan kepada hakim. 126 125 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung: Refika Aditama, 2011, hal. 22. 126 Habib Adjie, Hukum Notaris…..Op. cit., hal. 121. 81 Universita Sumatera Utara 82 Berkaitan dengan pemanggilan penyidik terhadap Notaris. Pengaturannya ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, bahwa, “Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat Akta otentik dan memilki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya”. Dalam ketentuan ini terkandung bahwa ada 2 dua wewenang Notaris pertama, membuat Akta otentik dan kedua kewenangan lainnya. Pejabat publik openbare ambtenaren yaitu Pejabat yang diserahi tugas untuk membuat Akta otentik yang melayani kepentingan publik, kualifikasi seperti ini diberikan kepada Pejabat tata usaha negara. Tetapi Pejabat publik yang dimaksud untuk Notaris bukan dalam kategori sebagi Pejabat tata usaha negara. Notaris sebagai Pejabat publik dikecualikan sebab makna publik bagi Notaris diartikan bermakna hukum. Sedangkan publik bagi Pejabat tata usaha negara bermakna khalayak hukum. 127 Dalam tataran hukum keNotarisan yang benar mengenai Akta Notaris dan Notaris, jika suatu Akta Notaris dipermasalahkan oleh para pihak maka : 1. Para pihak datang kembali ke Notaris untuk membuat Akta pembatalan atas Akta terssebut dan dengan demikian Akta yang dibatalkan sudah tidak mengikat para pihak dan para pihak menanggung dari segala pembatalan Akta tersebut. 2. Jika para pihak tidak sepakat untuk membatalkan Akta bersangkutan, salah satu pihak dapat menggugat pihak lainnya dengan gugatan untuk mendegradasikan 127 Habib Adjie, Sanksi Perdata, .Op. cit., hal. 31. Universita Sumatera Utara 83 Akta Notaris menjadi Akta dibawah tangan, setelah didegradasikan maka hakim yang memeriksa gugatan dapat memberikan penafsiran tersendiri atas Akta Notaris, apakah tetap mengikat para pihak atau batal demi hukum, ha ini tergantung pada pembuktian dan penilaian hakim. 128 Notaris sebagai Pejabat publik dikecualikan karena tugasnya sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu kewenanganya membantu masyarakat publik yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaaan, peristiwa atau perbuatan hukum. 129 Notaris berbeda dari Pejabat publik lainnya karena Notaris diberikan wewenang oleh Undang-Undang membuat Akta otentik sebagai bukti atas sesuatu hal tertentu. Pejabat publik misalnya Camat, Notaris, Kepolisian, Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, Pejabat Lelang, dan lain- lain. 130 Notaris sebagai Pejabat umum berwenang antuk membuat Akta otentik sejauh pembuatan Akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi Pejabat umum lainnya. Pembuatan Akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perUndang-Undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain Akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perUndang-Undangan, juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, 128 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrartif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Surabaya, aditama, 2007, hal 58 129 Nuzuarlita Permata Sari Harahap, Pemanggilan Notaris Oleh Polri Berkaitan Dengan Akta Yang Dibuatnya, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2011, hal. 64. 130 Ibid., hal. 57. Universita Sumatera Utara 84 ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus, bagi masyarakat secara keseluruhan. Jika Akta Notaris dipermasalahkan, maka kedudukan Notaris bukan sebagai salah satu pihak atau yang turut serta melakukan atau membantu para pihak dalam kualifikasi Hukum Pidana atau sebagai tergugat atau Turut Tergugat dalam perkara perdata. Penempatan Notaris sebagai pihak yang turut serta atau membantu para pihak dengan kualifikasi membuat atau menempatkan keterangan palsu kedalam Akta otentik atau menempatkan Notaris sebagai tergugat yang berkaitan dengan Akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris, maka hal tersebut telah mencederai Akta Notaris, Notaris itu sendiri dan Lembaga Notarisat. Akta Notaris sebagai alat bukti agar mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, jika seluruh ketentuan prosedur atau tata cara pembuatan Akta dipenuhi. Jika ada prosedur yang tidak dipenuhi dapat dibuktikan melalui proses pengadilan. Perkara pidana dan perdata Akta Notaris senantiasa mempermasalahkan dari aspek formal 131 Notaris wajib menjamin kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul, penghadap yang disebutkan pada bagian awal Akta Notaris, sebagai bukti bahwa para pihak menghadap dan menandatangani Akta pada hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul yang tersebut dalam Akta dan semua prosedur pembuatan yang dilakukan sesuai aturan hukum yang berlaku dalam hal ini UUJN. Jika pihak yang tersebut dalam Akta merasa menghadap Notaris dan 131 Wawancara dengan Sherliwati, Hakim Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal 20 Agustus 2014 Universita Sumatera Utara 85 menandatangani Akta di hadapan Notaris, tapi ternyata dalam salinan dan minuta Akta tidak sesuai dengan kenyataan yang diyakininya, lalu pihak yang bersangkutan melakukan tindakan pengingkaran terhadap kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap yang tercantum dalam Akta. Dalam kaitan ini diperlukan pembuktian dari pihak yang melakukan pengingkaran tersebut dan Notaris yang bersangkutan. Dalam pembuatan Akta pihak, Notaris hanya sekedar mengkonstatir saja apa yang diinginkan atau dikehendaki oleh penghadap yang bersangkutan, dengan cara mencatat, kemudian menyusunnya agar sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku, membacakan isi Akta berdasarkan keterangan dari para penghadap dan kemudian penghadap diminta untuk membubuhkan tanda tangannya serta menulis nama terangnya sebagai tanda persetujuannya. Hal ini merupakan prosedur pembuatan Akta Notaris untuk golongan Akta pihak 132 Jika kemudian ternyata terbukti bahwa yang menghadap Notaris tersebut bukan orang yang sebenarnya, tapi orang yang sebenarnya tidak pernah menghadap Notaris, sehingga menimbulkan kerugian orang yang sebenarnya. Pertanggungajawaban pidana dalam kejadian di atas tidak dapat dibebankan kepada Notaris, karena unsur kesalahannya tidak pada Notaris. Notaris hanya melaksanakan tugas jabatan sesuai aturan hukum 132 DR. Habib Adjie, SH. MHum, op.cit. mengutip Liliana Tedjosaputro, hal. 137 mengenai sisi lain dari putusan badan peradilan tersebut merupakan contoh bentuk kurangnya kemampuan para Notaris, baik karena kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas jabatan Notaris, meskipun dalam hal ini kelalaian tersebut apabila dilihat dari sudut pandang, masih harus dibuktikan kebenarannya, Liliana Tedjosaputro, “Tinjauan Malpraktek Di Kalangan Notaris Dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Dari Sudut Hukum Pidana”, Tesis, Fakultas Pascasarjana KPK-UI, Universitas Diponegoro, Semarang, 1990, hlm.89-90. Universita Sumatera Utara 86 yang berlaku, maka untuk itu Notaris harus dilepas dari tuntutan tersebut. Dalam pembuatan Akta pihak ataupun Akta relaas harus sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan. Aspek hukum dari Akta pihak berarti Notaris hanya mencatat, dan membuatkan Akta atas kehendak, keterangan atau pernyataan para pihak yang kemudian ditandatangani oleh para pihak tersebut. Jadi Notaris dalam hal ini bukan sebagai pihak yang harus bertanggung dalam isi Akta tersebut karena Notaris hanya menuangkan apa yang diterangkan kepadanya oleh para pihak. Sedang dalam Akta relaas. memuat pernyataan atau keterangan Notaris sendiri atas apa yang dilihat atau didengarnya dengan tetap berlandaskan bahwa pembuatan Akta relaas dibuat berdasarkan permintaan dari pihak. Pemeriksaan terhadap Notaris selaku tersangka atau terdakwa harus didasarkan kepada tata cara pembuatan Akta Notaris, yaitu : 1. Melakukan pengenalan terhadap penghadap, berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan kepada Notaris. 2. Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak para pihak tersebut tanya-jawab. 3. Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak tersebut. 4. Memberikan saran dan membuat kerangka Akta untuk memenuhi keinginan atau kehendak para pihak tersebut. 5. Memenuhi segala tindakan administratif pembuatan Akta Notaris, seperti pembacaan, penandatanganan, memberikan salinan, dan pemberkasan untuk Universita Sumatera Utara 87 minuta. 6. Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris. 86 Dalam memeriksa Notaris yang berkaitan dengan Akta yang dibuat atau dibuat oleh Notaris yang bersangkutan, parameternya harus kepada prosedur pembuatan Akta Notaris, dalam hal ini UUJN. Jika semua prosedur sudah dilakukan, maka Akta yang bersangkutan tetap mengikat mereka yang membuatnya di hadapan Notaris. Mempidanakan Notaris dengan alasan-alasan pada aspek formal Akta, tidak akan membatalkan Akta Notaris yang dijadikan objek perkara pidana tersebut, dengan demikian Akta yang bersangkutan tetap mengikat para pihak 133 Dalam perkara perdata pelanggaran terhadap aspek formal dinilai sebagai suatu tindakan melanggar hukum dan hal ini dilakukan dengan mengajukan gugatan. Mempidanakan Notaris dengan alasan-alasan pada aspek formal Akta, tidak akan membatalkan Akta Notaris yang dijadikan objek perkara pidana tersebut, dengan demikian Akta yang bersangkutan tetap mengikat para pihak 134 . Dalam perkara perdata pelanggaran terhadap aspek formal dinilai sebagai suatu tindakan melanggar hukum dan hal ini dilakukan dengan mengajukan gugatan terhadap Notaris yang bersangkutan. Aspek materiil dari Akta Notaris, segala hal yang tertuang harus dinilai benar sebagai pernyataan atau keterangan Notaris dalam 133 Habib Adjie, , Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, cet.1, Bandung: PT. Refika Aditama, 2008 hal. 138. 134 Ibid Universita Sumatera Utara 88 Akta relaas. Sedangkan untuk Akta partaiAkta partij harus dinilai sebagai pernyataan atau keterangan para pihak. Mempidanakan Notaris dengan alasan-alasan pada aspek formal Akta, tidak akan membatalkan Akta Notaris yang dijadikan objek perkara pidana tersebut, dengan demikian Akta yang bersangkutan tetap mengikat para pihak 135 . Dalam perkara perdata pelanggaran terhadap aspek formal dinilai sebagai suatu tindakan melanggar hukum dan hal ini dilakukan dengan mengajukan gugatan terhadap Notaris yang bersangkutan. Aspek materiil dari Akta Notaris, segala hal yang tertuang harus dinilai benar sebagai pernyataan atau keterangan Notaris dalam Akta relaas. Sedangkan untuk Akta partaiAkta partij harus dinilai sebagai pernyataan atau keterangan para pihak. Notaris sebagai Pejabat Umum yang mempunyai kewenangan tertentu sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUJN. Dengan kewenangan yang ada pada Notaris, maka Akta Notaris mengikat para pihak atau penghadap yang tersebut didalamnya atau siapa saja yang berkepentingan dengan Akta tersebut. Jika dalam pembuatan akat Notaris tersebut : 1. Berwenang untuk membuat Akta sesuai dengan keinginan para pihak; 2. Secara lahiriah, formal dan materiil telah sesuai dengan aturan hukum tentang pembuatan Akta Notaris, maka Akta Notaris tersebut dinggap sah. 136 Akta Notaris sebagai produk dari Pejabat Umum sehingga penilaian terhadap 135 . Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Cet.1, Bandung: PT. Refika Aditama, 2008 Hal. 140 136 . Ibid, hal 140 Universita Sumatera Utara 89 Akta Notaris harus dilakukan dengan Asas Praduga Sah Vermoeden van Rechtmatigheid atau Presumptio lustae Causa. Asas ini dapat dipergunakan untuk menilai Akta Notaris yaitu Akta Notaris harus dianggap sah sampai ada pihak yang menyatakan Akta tersebut tidak sah. Untuk menyatakan atau menilai Akta tersebut tidak sah harus dengan gugatan ke pengadilan umum. Selama dan sepanjang gugatan berjalan sampai dengan ada keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka Akta Notaris tetap sah dan mengikat para pihak atau siapa saja yang berkepentingan dengan Akta tersebut. Dalam gugatan untuk menyatakan Akta Notaris tersebut tidak sah, maka harus dibuktikan ketidakabsahan dari aspek lahiriah, formal dan materil Akta Notaris. Jika tidak dapat dibuktikan maka Akta yang bersangkutan tetap sah mengikat para pihak atau siapa saja yang berkepentingan dengan Akta tersebut. 137 Jika Akta Notaris dipermasalahkan, maka kedudukan Notaris bukan sebagai salah satu pihak atau yang turut serta melakukan atau membantu para pihak dalam kualifikasi Hukum Pidana atau sebagai tergugat atau Turut Tergugat dalam perkara perdata. Penempatan Notaris sebagai pihak yang turut serta atau membantu para pihak dengan kualifikasi membuat atau menempatkan keterangan palsu kedalam Akta otentik atau menempatkan Notaris sebagai tergugat yang berkaitan dengan Akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris, maka hal tersebut telah mencederai Akta Notaris, Notaris itu sendiri dan Lembaga Notariatan. Notaris hanya 137 Wawancara dengan Sherliwati, Hakim Pengadilan Negeri Medan, Pada Tanggal 20 Agustus 2014 Universita Sumatera Utara 90 melaksanakan tugas jabatan sesuai aturan hukum yang berlaku, maka untuk itu Notaris harus dilepas dari tuntutan tersebut. 138 Dalam memeriksa Notaris yang berkaitan dengan Akta yang dibuat atau dibuat oleh Notaris yang bersangkutan, parameternya harus kepada prosedur pembuatan Akta Notaris, dalam hal ini UUJN. Jika semua prosedur sudah dilakukan, maka Akta yang bersangkutan tetap mengikat mereka yang membuatnya di hadapan Notaris. Mempidanakan Notaris dengan alasan-alasan pada aspek formal Akta, tidak akan membatalkan Akta Notaris yang dijadikan objek perkara pidana tersebut, dengan demikian Akta yang bersangkutan tetap mengikat para pihak Dalam perkara perdata pelanggaran terhadap aspek formal dinilai sebagai suatu tindakan melanggar hukum dan hal ini dilakukan dengan mengajukan gugatan. 139 Mempidanakan Notaris dengan alasan-alasan pada aspek formal Akta, tidak akan membatalkan Akta Notaris yang dijadikan objek perkara pidana tersebut, dengan demikian Akta yang bersangkutan tetap mengikat para pihak . Dalam perkara perdata pelanggaran terhadap aspek formal dinilai sebagai suatu tindakan melanggar hukum dan hal ini dilakukan dengan mengajukan gugatan terhadap Notaris yang bersangkutan. Aspek materiil dari Akta Notaris, segala hal yang tertuang harus dinilai benar sebagai pernyataan atau keterangan Notaris dalam Akta relaas. Sedangkan 138 Wawancara dengan Sherliwati, Hakim Pengadilan Negeri Medan, Pada Tanggal 20 Agustus 2014 139 Wawancara dengan Sherliwati, Hakim Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal 20 Agustus 2014 Universita Sumatera Utara 91 untuk Akta partaiAkta partij harus dinilai sebagai pernyataan atau keterangan para pihak. 140 Dalam gugatan untuk menyatakan Akta Notaris tersebut tidak sah, maka harus dibuktikan ketidakabsahan dari aspek lahiriah, formal dan materil Akta Notaris. Jika tidak dapat dibuktikan maka Akta yang bersangkutan tetap sah mengikat para pihak atau siapa saja yang berkepentingan dengan Akta tersebut.

B. Perbuatan Yang Termasuk Melawan Hukum

Adanya Perbuatan Melawan Hukum disini dimaksudkan adalah sebagai perbuatan melawan hukum dalam bidang keperdataan. Perbuatan melawan hukum sebagaimana ditentukan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang dikenal sebagai pasal yang luas pengertiannya dengan demikian suatu perbuatan hukum seseorang dapat saja tergolong sebagai perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum dalam bidang keperdataan dan perbuatan pidana memiliki persamaan, yaitu sama- sama perbuatan yang bertentangan dengan hukum, juga memiliki perbedaan, yang mana perbedaan mendasar dari keduanya adalah pertama, bahwa hukum tentang perbuatan melawan hukum termasuk kedalam koridor Hukum Perdata bertujuan melindungi kepentingan individu dan hubungan antar pribadi privat sementara perbuatan pidana jelas berada dalam koridor hukum pidana tujuannya adalah melindungi kepentingan atau ketertiban umum publik, kedua bahwa ruang lingkup perbuatan melawan hukum keperdataan lebih luas dari perbuatan pidana yang terbatas hanya pada apa yang diperintahkan atau dilarang oleh 140 Suharjono, Opcit, hal 150 Universita Sumatera Utara 92 undang-undang saja, dan tidak dapat seseorang dipidana selain atas kekuatan undang- undang yang telah ada, sementara pada perbuatan melawan hukum keperdataan, Undang-Undang memberikan ketentuan yang sifatnya umum, seseorang dapat dikatakan melakukan perbuatan hukum bila melanggar ketentuan hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. 141 Perbuatan yang melanggar hak subyektif orang lain atau perbuatan atau tidak berbuat yang bertentangan dengan kewajiban menurut Undang-Undang atau bertentangan dengan apa menurut hukum tidak tertulis yang seharusnya dijalankan oleh seorang dalam pergaulannya dengan sesama warga masyarakat dengan mengingat adanya alasan pembenar menurut hukum.” Sehingga yang dinamakan dengan perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan atau melanggar : 142 a. Hak subyektif orang lain. Kriteria ini melihat masalah perbuatan melawan hukum dari sisi korban, yaitu suatu perbuatan atau tidak berbuat merupakan perbuatan melanggar hukum, apabila terjadi pelanggaran terhadap hak subyektif seseorang . Yang dimaksud dengan hak subyektif seseorang, menurut pendapat Meijers, adalah: een bijzondere door het recht aan iemand toegekende bevoegdheid, die hem wordt verleend om zijn belang te dienen terjemahan: suatu kewenangan khusus 141 Ibid, hal 105 142 Mochtar Kusumaatmaja dan B Arief Sidharta, Opcit, hal 75 Universita Sumatera Utara 93 seseorang yang diakui oleh hukum; kewenangan itu diberikan kepadanya untuk mempertahankan kepentingannya. 143 Subyektif orang lain tidak dengan begitu saja merupakan perbuatan melanggar hukum; selain masih disyaratkan: 1. Terjadinya pelanggaran terhadap kaidah tingkah laku, baik tertulis maupun tidak tertulis yang seharusnya tidak dilangggar oleh si pelaku; 2. Tidak terdapatnya alasan pembenar menurut hukum. Yang termasuk perbuatan melawan hukum adalah :

a. Melalaikan Kewajiban Hukum

. Kriteria ini melihat masalah perbuatan melawan hukum dari sisi pelaku, suatu perbuatan adalah melanggar hukum, bila perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum. Kewajiban hukum adalah kewajiban yang berdasar atas hukum yang mencakup keseluruhan norma baik tertulis maupun tidak tertulis. Suatu perbuatan merupakan perbuatan melanggar hukum apabila perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban menurut Undang-Undang dimaksudkan setiap ketentuan umum yang bersifat mengikat, yang dikeluarkan oleh kekuasaan yang berwenang Undang-Undang dalam arti materiil. Ketentuan umum tadi dapat merupakan suatu peraturan yang termasuk dalam ruang lingkup hukum publik, termasuk di dalamnya peraturan hukum pidana.

b. Kaedah Kesusilaan Dan Kepatuhan Dalam Masyarakat.

Yang dimaksud dengan kesusilaan baik adalah norma-norma kesusilaan, sepanjang norma-norma tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan- peraturan hukum yang tidak tertulis . 143 Ibid Universita Sumatera Utara 94 Perbuatan melawan hukum, adalah bertentangan dengan kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda milik orang lain. Kriteria ini, bersumber pada hukum. Perbuatan melawan hukum sebagaimana di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata diatur pada Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi : “Tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sehingga berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat diketahui adanya unsur- unsur dari Perbuatan melawan Hukum, yaitu sebagai berikut: a. Adanya suatu perbuatan; b. Perbuatan tersebut melawan hukum; c. Adanya kerugian bagi korban; d. Adanya kausal antara perbuatan dengan kerugian; e. Adanya kesalahan. Dari kelima unsur dari Perbuatan Melawan Hukum tersebut, dapat dijelaskan masing-masing unsur tersebut sebagai berikut :

1. Adanya suatu perbuatan.