Kerangka Teori Kekuatan Pembuatan Akta Otentik Yang Membatalkan Akta Notaris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 347/PDT.G/2012/PN-MDN)

12 Penyelesaian Masalah Pertanahan Pada Areal Perkebunan di Sumatera Utara Studi Kasus Pada Areal PTPN-II, Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 4. Tesis atas nama Arwin Engsun, Nim: 037011009, dengan judul Akta Notaris Yang Bersifat Simulasi dengan judul kekuatan Hukum, Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 5. Tesis atas nama Syafrida Yanti, Nim: 117011094 dengan judul Akibat Hukum Terhadap Pembuatan Akta Otentik Yang Tidak Memenuhi Kewajiban Notaris Sebagaimana Mestinya Diamanatkan Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Analisa Putusan Nomor 09PDT.GPN-MBO, Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 6. Tesis atas nama T. Baswedan, Nim: 117011130 dengan judul Kajian Yuridis Pembatalan Akta Pengikatan Jual Beli PJB Tanah Yang Dibuat Dihadapan Notaris, Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori berasal dari kata “Theoria”dalam bahasa Latin berarti perenungan, yang berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas. Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya Universita Sumatera Utara 13 memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum 16 Agar kerangka teori yang meyakinkan, maka harus memenuhi syarat-syarat ; a. Teori yang digunakan dalam membangun kerangka berfikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru. b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara ekspilist mengenai postulat, asumsi dan prinsip yang mendasarinya. c. Mampu mengidentifikasikan masalah yang tumbul sekitar disiplin keilmuan tersebut, teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah. Teori yang digunakan sebagai pisau analitis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum yang didukung oleh teori pertanggungjawaban hukum. Kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran Positivisme yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis, artinya karena hukum itu otonom, sehingga semata-mata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Vant Kant berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya. 17 Menurut William T. Gosselt untuk mencapai kepastian hukum maka peran 16 H.R. Otje Salman dan Anton F Susanto, Teori Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2005, hal 21 17 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hal 74 Universita Sumatera Utara 14 lain yang harus dimainkan oleh hukum dalam masyarakat yang bebas adalah menegakkan kebenaran dan keadilan, dan pandangan ini diperluas dengan ajaran asas Equity yang menyatakan bahwa hanya penegakan hukum yang mengandung nilai- nilai peradapan dan kemanusiaan dan kepatutan yang dapat mencapai kebenaran truth dan keadilan Justice dan setiap penegakan hukum yang bertitik tolak dari nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan dan kepatutan, pasti mendekati kebenaran dan keadilan. 18 Teori kepastian hukum yang digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam tesis ini adalah, yaitu teori yang menjelaskan bagaimana hukum dapat mengatur pembuatan Akta-Akta yang dibuat oleh Notaris yang berkaitan dengan pertanahan dalam praktek sehari-hari seperti perjanjian jual beli sehingga jual beli terjadi dengan aman dan tertib tanpa menimbulkan sengketa atau akibat dari perbuatan Akta tersebut. Menurut Yahya Harahap, hukum mengendalikan keadilan law wants justice. Keadilan yang dikehendaki hukum harus mencapai nilai: persamaan equality, hak asasi individu individual right, kebenaran truth, Kepatutan fairness, dan melidungi masyarakat protection public interest. Hukum yang mampu menegakkan nilai-nilai tersebut, jika dapat menjawab: 1. Kenyataan realita yang dihadapi masyarakat, 2. Mampu menciptakan ketertiban to achieve order, 18 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hal 421 Universita Sumatera Utara 15 3. Hendak ditertibkan adalah masyarakat, oleh karena itu orde yang dikehendaki adalah ketertiban sosial social order yang mampu berperan menjamin penegakan hukum sesuai dengan ketentuan proses beracara yang tertib ensuring due process, menjamin tegaknya kepastian hukum ensuring certainty, menjamin keseragaman penegakan hukum ensuring uniformity menjamin tegaknya prediksi penegakan hukum ensuring predictability Teori pertanggungjawaban digunakan untuk mengetahui tanggung jawab dan kewajiban Notaris menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dapat dianalisis sesuai dengan teori Hans Kelsen yang membagi tanggung jawab atau pertanggungjawaban hukum tersebut dalam 2 dua kategori, yakni: 19 Seseorang bertanggung jawab atas pelanggarannya sendiri di mana individu yang diwajibkan dan yang bertanggung jawab adalah identik, si calon pelanggar dianggap bertanggung jawab. Seseorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan orang lain, individu yang diwajibkan dan yang bertanggung jawab tidaklah identik. Teori pertanggungjawaban diterapkan dalam pelaksanaan jabatan Notaris sebagai Pejabat publik yang berwenang membuat Akta otentik guna menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dan Akta yang dibuat dapat berfungsi sebagai alat bukti yang bersifat otentik yang merupakan bukti sempurna di pengadilan. 19 Hans Kelsen, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Bandung: Nusa Media, 2008, hal 136 Universita Sumatera Utara 16 Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014, menentukan bahwa dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban: 1. Bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum; 2. Membuat Akta dalam bentuk minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol Notaris; 3. Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta 4. Mengeluarkan grosse Akta, salinan Akta, atau kutipan Akta berdasarkan minuta Akta; 5. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya; 6. Merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpahjanji jabatan, kecuali Undang-Undang menentukan lain; 7. Menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 satu bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 lima puluh Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku; 8. Membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga; Universita Sumatera Utara 17 9. Membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan; 10. Mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke daftar pusat wasiat departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 lima hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya; 11. Mencatat dalam reportorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan; 12. Mempunyai capstempel yang memuat lambang Negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan; 13. Membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi atau 4 empat orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat dibawah tangan dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris; 14. Menerima magang calon Notaris. Jual beli yang dilakukan dengan Akta Notaris sebagai Akta otentik mempunyai nilai pembuktian. Kemampuan lahiriah Akta Notaris merupakan kemampuan Akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai Akta otentik, jika dilihat dari luar lahirnya sebagai Akta otentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah ditentukan mengenai syarat Akta otentik maka Akta tersebut berlaku sebagai Akta otentik sampai terbukti sebaliknya artinya sampai ada yang dapat Universita Sumatera Utara 18 membuktikan bahwa Akta tersebut bukan Akta otentik secara lahiriah. Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai Akta otentik menurut tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, dan menurut Irwan Soerodjo bahwa ada 3 tiga hal unsur esenselia agar terpenuhinya syarat formal suatu Akta otentik yaitu: 20 1. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang. 2. Dibuat oleh dan Dihadapan Pejabat Umum. 3. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum yang berwenang untuk itu dan ditempat dimana Akta itu dibuat. Dalam tataran hukum Kenotariatan yang benar mengenai Akta Notaris dan Notaris, jika suatu Akta dipermasalahkan oleh para pihak maka: 21 1. Para pihak datang kembali ke Notaris untuk membuat Akta pembatalan atas Akta tersebut dan dengan demikian Akta yang dibatalkan sudah tidak mengikat lagi para pihak dan para pihak menanggung dari segala akibat dari segala pembatalan tersebut. Pembatalan dengan cara seperti ini selaras dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1420 KSip1987 Tanggal 1 Mei 1979, yng menyatakan bahwa Pengadilan tidak dapat membatalkan Akta Notaris tetapi hanya dapat menyatakan Akta Notaris yang bersangkutan tidak mempunyai kekuatan hukum, berarti hanya para pihaklah yang membatalkannya. 20 Irawan Soerodjo, Kepastian Hak atas Tanah di Indonesia, Surabaya: Arloka, 2003, hal 148 21 Habib Adjie, Opcit hal 58 Universita Sumatera Utara 19 2. Jika para pihak tidak sepakat untuk membatalkan Akta bersangkutan, salah satu pihak dapat menggugat pihak lainnya dengan gugatan untuk mendegradasikan Akta Notaris menjadi Akta dibawah tangan, setelah didegradasikan maka hakim yang memeriksa gugatan dapat memberikan penafsiran tersendiri atas Akta Notaris yang sudah didegradasikan, apakah tetap mengikat para pihak atau dibatalkan dalam hal ini tergantung pembuktian dan penilaian hakim. Dengan demikian karakter yuridis Akta Notaris yaitu Akta Notaris wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat karena ada permintaan para pihak dan bukan keinginan Notaris, meskipun dalam Akta tercantum nama Notaris tapi dalam hal ini Notaris tidak berkedudukan sebagai pihak bersama- sama para pihak atau penghadap yang namanya tercantum dalam Akta, dan Akta Notaris mempunyai pembuktian yang sempurna yang mengakibatkan siapapun terikat dengan Akta Notaris serta tidak dapat ditafsirkan lain selain yang tercantum dalam Akta tersebut, dan pembatalan daya ikat Akta Notaris hanya dapat dibatalkan atas kesepakatan para pihak yang namanya tercantum dalam Akta dan jika ada yang tidak setuju maka pihak yang tidak setuju harus mengajukan permohonan ke Pengadilan. Jika aspek formal maupun lahiriah dipermasalahkan oleh para pihak maka harus dapat dibuktikan melalui upaya gugatan ke Pengadilan dan memenuhi unsur- unsur dari perbuatan melawan hukum yaitu: 22 a. Harus ada perbuatan positif maupun negatif 22 Pasal 1365 KUHPerdata Universita Sumatera Utara 20 b. Perbuatan itu harus melawan hukum c. Ada kerugian d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian e. Ada kesalahan Kepastian hukum itu juga menunjukan bahwa Akte Notaris itu harus dapat memberikan kepastian bahwa sesuatu kejadian dan fAkta yang ada dalam Akta betul- betul dilakukan oleh Notaris, atau diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap pada saat yang tercantum dalam Akta sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam pembuatan Akta, yaitu secara formal dengan membuktikan hari, tanggal, bulan, tahun, pukul waktu menghadap dan para pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak, saksi dan Notaris dan pembuktian apa yang dilihat, disaksikan dan didengar oleh Notaris serta mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihakpenghadap pada Akta pihak.

2. Konsepsi