Keterangan-keterangan yang diatas semakin menunjukkan pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi
terhadap pemberian opini audit.
2.2.3. Definisi dan Komponen Independensi
Standar Profesional Akuntan Publik mengharuskan bahwa auditor dalam audit laporan keuangan historis harus bersikap independen.
Dalam PSA No. 04 SA Seksi 220:1 independen artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum.
Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor berkewajiban
untuk jujur, jujur tidak hanya pada manajmen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihal lain yang meletakkan kepercayaan
atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa
independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menururn disebabkan oleh keadaan yang oleh
mereka yang berpikiran sehat dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Auditor independen tidak hanya berkewajiban
mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan
sikap independensinya. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik
Akuntan Indonesia, agar para akuntan publik menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensinya dari masyarakat. Anggapan
masyarakat terhadap independensinya secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat
diuji secara objektif. Menurut
Mulyadi1984:49 independensi auditor mempunyai
tiga aspek, antara lain: 1. Independensi dalam kenyataan atau independence in fact
Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.
2. Independensi dalam penampilan atau independensi in apperance Independensi yang ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor. 3.
Independensi dipandang
dari sudut keahliannya. Seseorang
dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia
mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Dengan demikian, kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya
auditor tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang
tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
2.2.4. Pendapat Auditor 2.2.4.1 Pengertian Pendapat Auditor