PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA TIMUR.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi

Oleh:

RIRIN WAHYUNI 0613010221 / FE / AK

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR


(2)

TERHADAP PENDAPAT AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA TIMUR

Yang Diajukan Oleh

RIRIN WAHYUNI 0613010221 / FE / AK

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. H. Munari, MM Tanggal : …….…….…………

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 19650929 199203 2001


(3)

Hidayah, dan Karunia-Nya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, dukungan dan

bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.


(4)

5. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak Drs. Ec. Munari, MM selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

8. Teman-teman seluruhnya yang selalu membantu dan memberikan

semangat.

Penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 10 Agustus 2011


(5)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... . viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah……….... 6

1.3 Tujuan Penelitian ..………..………..………. 7

1.4 Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ……….. 8

2.2 Landasan Teori ………..……….…..….. 11

2.2.1. Auditing …….……….………… 11

2.2.1.1 Definisi dan Tujuan Auditing ...…...……. 11

2.2.1.2 Standar Profesional Akuntan Publik …... 10

2.2.1.3 Standar Auditing ...….………... 13

2.2.2 Pengertian Kompetensi ...…... 15

2.2.2.1 Pengertian Kompetensi ……... 15

2.2.2.2 Tipe Audit ...……. 18

2.2.2.3 Tahap-Tahap Audit …...……… 20

2.2.3 Definisi dan Komponen Indenpedensi ...…………. 22

2.2.4. Pendapat Auditor ..………. 17

2.2.4.1 Pengertian Pendapat Auditor .………... 24

2.2.4.2 Jenis Pendapat Auditor ……….… 25

2.2.5. Pengaruh Kompetensi Terhadap Pendapat Auditor ……... 27


(6)

2.6 Kerangka Pikir ……… 30

2.7 Hipotesis ………. 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel... 32

3.1.1. Definisi Operasional ……… 32

3.1.2. Pengukuran Variabel ………... 33

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data …...…………...…… 37

3.3.1. Jenis Data ……… 37

3.3.2. Sumber Data ………... 37

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis………. 38

3.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas ………..………… 38

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ……….. 40

3.4.3. Teknik Analisis ... 42

3.4.4. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... 45

4.1.1 Auditor Independen …...…………...…… 45

4.1.2 Gambaran Responden ....……… 48

4.2. Obyek Penelitian 4.2.1 Hasil penelitian variabel bebas kompetensi auditor …………...………... 49

4.2.2 Hasil Penelitian variabel bebas Indepedensi Auditor …….……… 52

4.2.3 Hasil penelitian terhadap variabel bebas Pendapat Auditor………...  55


(7)

4.3.3 Uji Normalitas ... 65

4.3.4 Uji Asumsi Klasik ... 66

4.3.4.1 Uji Multikolenieritas ... 66

4.3.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 67

4.3.4.3 Uji Autokorelasi ... 68

4.3.5 Uji Regresi Linear Berganda ... 68

4.3.5.1 Uji Hipotesis ... 70

4.4. Pembahasan ...………...……….… 72

4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu ………...…………... 74 

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….…….……….…… 77

5.2. Saran……….…….……… 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

3. : Data UKM Di Tanggulangin Sidoarjo ... 32

4.1. : Jumlah Penduduk Wilayah Sidoarjo ... 42

4.2. : Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Persepsi Pengusaha Keberhasilan Sentra Industri Kecil Dan Menengah ………... 45

4.3. : Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Sistem Informasi Akuntansi…... 48

4.4. : Hasil Uji Validitas Persepsi Pengusaha Keberhasilan Sentra Industri Kecil Dan Menengah ... 49

4.5. : Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Informasi Akuntansi ... 50

4.6. : Hasil Uji Reliabilitas …... 51

4.7. : Hasil Uji Normalitas ... 51

4.8. : Uji Regresi Linier Sederhana ... 52

4.9. : Hasil Analisis Uji F ... 53

4.10. : Hasil Koefisien Determinasi (R Square / R2) ……... 54

4.11. : Hasil Uji t ……….…………. 54

4.12. : Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Sekarang ……….………...……… 58


(9)

Gambar 2. : Siklus Pengolahan Data Dengan Komputer …………..…..….. 12 Gambar 3. : Kerangka Konseptual ...…………..…..…… 27


(10)

Ririn Wahyuni

ABSTRAK

Setiap manajemen perusahaan melaporkan hasil posisi keuangan dan kegiatan operasinya setiap tahun. Posisi keuangan tersebut berisi keadaan atau kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, dimana pihak pemakai laporan keuangan dapat melihat perkembangan perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Posisi keuangan dan hasil operasi dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan sehingga terdapat hubungan antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan tersebut.Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Banyaknya kasus perusahaan yang ”jatuh” karena kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi masyarakat, khususunya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.

Penelitian ini dilakukan pada 54 auditor di KAP Surabaya Timur dengan data primer berupa kuesioner. Teknik analisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis kemudian di analisis dengan uji asumsi klasik serta uji F dan uji t statistik.


(11)

Setiap manajemen perusahaan melaporkan hasil posisi keuangan dan kegiatan operasinya setiap tahun. Posisi keuangan tersebut berisi keadaan atau kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, dimana pihak pemakai laporan keuangan dapat melihat perkembangan perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Posisi keuangan dan hasil operasi dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan sehingga terdapat hubungan antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan tersebut.

Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit.

Banyaknya kasus perusahaan yang ”jatuh” karena kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi masyarakat, khususunya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.


(12)

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien. Syarat pengauditan pada Standar Auditing, meliputi tiga hal, yaitu :

(SA Seksi 150:1 dalam SPAP, 2001)

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan cermat dan seksama.

Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari (Libby et al,1985) dalam Mayangsari (2003).

Terdapat Perbedaan kepentingan antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan. Manajemen


(13)

berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan pemakai laporan keuangan khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen didalam mengelola perusahaan. (Christiawan, 2002:80)

Untuk meyakinkan para pemakai terhadap kewajaran laporan keuangan tersebut, pihak manajemen dapat meminta jasa dari pihak ketiga yaitu auditor untuk memeriksa laporan keuangan. Standar yang dipakai pedoman bagi para auditor adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien. Auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data yang menjadi dasar laporan keuangan tersebut. Ia bertanggung jawab atas ketidakcermatan didalam laporan keuangan tersebut.

Hal-hal yang terutang dalam Standar Umum inilah yang nantinya akan dijadikan tolak ukur atau parameter seorang auditor itu independen dan kompeten atau tidak di dalam penelitian ini.

Sebelum melaksanakan tugasnya seorang auditor harus merencanakan penugasannya dengan baik. Seorang auditor yang tidak mempunyai keahlian sangat bergantung pada bukti-bukti yang disediakan oleh pihak manajemen atau pemikiran-pemikiran orang lain. Artinya mereka tidak dapat memberikan pendapat secara obyektif. Akan tetapi terkadang bukti-bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa auditor sering salah


(14)

dalam memberikan pendapat mengenai hal yang diauditnya (Citroen;1998), kesalahan tersebut antara lain disebabkan kurangnya kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor (Mayangsari,2003). Kesalahan-kesalahan itu timbul karena faktor keahlian audit independensi. Asthon (1991); Chao dan Trootman (1991); Libby dan libby (1989) mengatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit.

Menurut Flint dkk (1978) dalam Lee Stone (1995) yang dikutip oleh Mayangsari menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik yang tidak akan saling bergantung (mutually exclusive), padahal dalam artikel yang sama menunjukkan bahwa kedua karakteristik tersebut saling bergantung (Lee dan Stone 1995; Boys 1986; Schandl 1978).

De Angelo dalam Kusharyanti (2003) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor.

Seorang auditor harus bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan auditing ketika melaksanakan audit. Pencapaian keahlian


(15)

dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SA Seksi 210:1 SPAP, 2001).

Beberapa auditor mengakui bahwa melaksanakan tugas dengan benar tidaklah mudah untuk selain harus ahli, teliti dan cermat juga harus memiliki pengalaman yang cukup. Sekarang ini masih banyak masalah mengenai pendapat auditor dikarenakan keahlian audit yang dimiliki oleh auditor misalnya adalah kasus perkara antara kantor akuntan publik auditor laporan keuangan PT. Telkom yakni KAP Eddy Pianto yang melaporkan KAP Hadi sutanto. KAP Eddy Pianto adalah auditor laporan keuangan tahun 2002 PT. Telkom, sementara KAP Hadi Sutanto adalah auditor anak perusahaan PT. Telkom, yakni PT. Telkomsel.

Inti permasalahan dari perkara tersebut adalah dimana Eddy Pianto dari KAP Eddy Pianto merasa dirugikan oleh KAP Hadi Sutanto karena dinilai menghambat karier dan kerja penggugat. Semua itu disebabkan KAP Hadi Sutanto tidak mengizinkan KAP Eddy Pianto untuk menggunakan pendapat KAP Hadi Sutanto dalam hasil auditnya terhadap PT. Telkomsel (anak perusahaan) kedalam laporan audit (konsolidasi) PT. Telkom. Hal inilah yang dianggap Eddy Pianto sebagai salah satu alasan SEC (US Securities and Exchange-SEC) menolak laporan keuangan tahun 2002 Telkom auditan KAP Eddy Pianto (Kompas/Sabtu 27 Desember 2003)

Secara tidak langsung dari keadaan diatas dapat dilihat adanya pertentangan antara auditor yang ahli dan tidak ahli didalam pemberian


(16)

pendapat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sikap kompeten dan independen yang dimiliki oleh auditor dari KAP Eddy Pianto sehingga tidak mampu memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara obyektif.

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas menunjukkan bahwa seorang auditor khususnya yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur harus kompeten dan memiliki sikap independen yang mampu menjadi faktor-faktor yang mendasari kualitas kinerja auditor dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat oleh klien.

Uraian diatas membangkitkan minat peneliti untuk berusaha meneliti lebih dalam mengenai keterkaitan hubungan antara kompetensi, independensi terhadap pendapat auditor. Sehingga judul yang diambil dalam penelitian ini adalah: “ Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di

Surabaya Timur ”

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi dan independensi auditor terhadap pendapat auditor ?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap pendapat auditor.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Universitas

Sebagai referensi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, serta sebagai Dharma Bhakti Perguruan Tinggi

b. Bagi Praktisi

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan wacana dasar pemikiran dan penalaran untuk merumuskan permasalahan baru dalam penelitian. Selanjutnya guna memperluas pemahaman civitisa akademi dan memperdalam pengetahuan di bidang akuntansi khususnya auditing.

c. Bagi Peneliti

Memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya tentang pengaruh kompetensi dan indepedensi auditor terhadap pendapat auditor.


(18)

2.1. Penelitian Terdahulu

a. Sekar Mayangsari (2003) judul :

“ Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Audit : Sebuah kuasi eksperimen ”

Permasalahan :

1. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang hanya sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut.

2. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli ?

Hipotesis :

1. Diduga terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut.

2. Diduga terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan antara auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli.


(19)

Kesimpulan :

1. Pada hipotesa pertama menyatakan bahwa perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut.

Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya.

Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang lain.

2. Pada hipotesa kedua menyatakan bahwa auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih memperhatikan atypical sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.

b. Yulius Jogi Christiawan (2002) judul :

“Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”


(20)

Kesimpulan :

Penilitian ini merupakan refleksi hasil empiris sehingga tidak terdapat hipotesis tehnik analisis dan uji hipotesa. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi serta memberikan refleksi tentang kompetensi dan independensi akuntan publik.

c. Murtanto dan Gudono (1999) judul :

“ Identifikasi Karakteristik – karakteristik Keahlian Audit : Profesi Akuntan Publik di Indonesia ”.

Kesimpulan :

Penelitian ini menggunakan suatu rerangka untuk mempelajari karakteristik-karakteristik dibidang auditing dengan mengorganisasikan kedalam lima kategori yaitu : “ciri – ciri psikologis”, “kemampuan berpikir”, “komponen pengetahuan”, “ strategi penentuan keputusan”, dan “analisis tugas”, dua pendekatan dilakukan untuk memilih karakteristik-karakteristik keahlian auditor diantaranya adalah : open-ended questionnaire dan kedua menggunakan kuisioner dari karakteristik yang telah diurutkan. Hasil dari dua pendekatan tersebut memperlihatkan bahwa “pengalaman” dan “pengetahuan” masih merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor perlu


(21)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Auditing

2.2.1.1.Definisi dan Tujuan Auditing

Auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan

keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. (Mulyadi; 1998:75).

Menurut Arrens & Loebbecke (1997;1), auditng adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteri – kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut Arrens & Loebbecke (1988;145), Tujuan audit dimaksudkan untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai kewajiban dalam penyajian posisi keuangan, hasil operasi,dan perubahan-perubahan dalam posisi keuangan yang selaras dengan prinsip-prinsip akuntansi yang secara umum diterima.

Ditinjau dari sudut akuntan publik menurut PSA No.22 (SA; 110:1) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,


(22)

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik

Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut.

Ada 4 macam standar profesional yang digunakan sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik menurut Mulyadi (1998;32) :

1. Standar Auditing

Standar auditing merupkan pedoman audit atas laporan keuangan histories. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar auditing (PSA). Pernyataan standar auditing berisi ketentuan- ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit. 2. Standar Atestasi

Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar atestasi (PSAT).


(23)

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk pernyataan standar jasa akuntansi dan review (PSAR).

4. Standar Jasa Konsultasi

Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Dalam jasa konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dan kliennya.

2.2.1.3. Standar Auditing

Menurut PSA No. 01 (SAS; 150:1)

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :


(24)

a. Standar Umum :

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam Pelaksanaan Audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia


(25)

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dlam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam auditor.

4. Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu esensi. Bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang maha auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.2. Kompetensi

2.2.2.1. Pengertian Kompetensi

Kompetensi dapat didefinisi sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk dapat mencapai tujuan audit dengan baik. Kemampuan berpikir, yaitu untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisa informasi. Karaktersitik kemampuan berpikir adalah kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau menyaring informasi yang tidak


(26)

relevan. Kompetensi sendiri melibatkan proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

Standar umum pertama (SA seksi 210:1 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230:1 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.

Trotter (1996) dalam Murtanto (1999) mendefinisikan ahli sebagai orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Hayes Roth et.al (1983) dalam artikel yang mendefiniskan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara obyektif.


(27)

Menurut Abdulmohammadin dkk (1992) yang dikutip oleh Murtanto dan Gudono (1999:2) memberikan suatu rangka untuk menganalisis keahlian seorang auditor kedalam lima karakteristik:

1. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component)

Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperto pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, proses dan pengalaman.

2. Ciri-ciri Psikologis (Psychological Traits)

Merupakan komponen ciri-ciri psikologis seperti kemampuan dalam komunikasi, bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan.

3. Kemampuan Berpikir (Cognitive Abilities)

Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi.

4. Strategi Penentu Keputusan (Decision Strategies)

Dinilai baik formal maupun informal yang akan membantu dalam membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia (Shanteau,1989)

5. Analisis Tugas (Task Analysis)

Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentu keputusan.

Ketika mempertimbangkan penerimaan atau penolakan dalam suatu penugasan, maka seorang auditor harus mempertimbangkan


(28)

apakah ia dapat melaksankan audit dan menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melakasanakan audit (Mulyadi,1992:24).

Sedangkan Holmes dan Overymer (1984:30) berpendapat

seseorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai orang yang dapat memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.

Sehingga kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian

keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman dibidang audit.

2.2.2.2. Tipe Audit

Menurut Mulyadi (1998:28), terdapat 3 tipe audit, antara lain: 1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan


(29)

Hasil laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan kantor pelayanan pajak.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menetukkan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakkan lebih lanjut.

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksankannya audit tersebut.


(30)

2.2.2.3. Tahap-tahap Audit

Menurut Harahap (1991:143) yang dimaksud dengan proses audit yang atau yang disebut juga tahap-tahap audit adalah merupakan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntansi. Bailey yang dikutip oleh Harahap (1991:144) berpendapat bahwa tahap-tahap audit adalah:

1. Meneliti keadaan lingkungan perusahan. Tahap ini mencakup: a. Meneliti lingkungan perusahaan.

b. Membaca keadaan ekonomi nasional atau internasional secara umum.

c. Meminta Struktur organisasi perusahaan.

2. Melakukan penelitian terhadap sistem pengawasan intern. 3. Laksanakan pengujian kesesuaian (Test of Comliance)

4. Laksanakan pengujian substantif atau kebenaran bukti (Substantive Test)

Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Mayangsari (2003)

mengatakan bahwa keahlian seseorang merupakan suatu gerakan yang terus menerus, yang berupa proses pembelajaran dari “mengetahui sesuatu” menjadi mengetahui bagaimana ”. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses pemerolehan keahlian menjadi lima tahap.


(31)

pengenalan terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan aturan-aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus dari universitas.

Tahap kedua disebut dengan advanced beginner. Pada tahap ini. Auditor sangat bergantung pada aturan yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian auditor pada tahap ini mulai dapat membedakkan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.

Tahap ketiga disebut dengan competence. Pada tahap ini auditor sudah punya cukup pengalaman untuk mengahdapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan dan prosedur aturan audit.

Tahap keempat disebut dengan profiency. Pada tahap ini segala sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung bergantung pada pengalaman yang lalu.

Tahap terakhir adalah expertise. Pada tahap ini, auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang ada. Auditor sudah membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor dalam tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada intuisinya dan bukan pada aturan-aturan yang ada.


(32)

Keterangan-keterangan yang diatas semakin menunjukkan pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap pemberian opini audit.

2.2.3. Definisi dan Komponen Independensi

Standar Profesional Akuntan Publik mengharuskan bahwa auditor dalam audit laporan keuangan historis harus bersikap independen. Dalam PSA No. 04 SA Seksi 220:1 independen artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor berkewajiban untuk jujur, jujur tidak hanya pada manajmen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihal lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menururn disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat dianggap dapat mempengaruhi sikap


(33)

mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar para akuntan publik menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensinya dari masyarakat. Anggapan masyarakat terhadap independensinya secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif.

Menurut Mulyadi(1984:49) independensi auditor mempunyai tiga aspek, antara lain:

1. Independensi dalam kenyataan atau independence in fact

Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.

2. Independensi dalam penampilan atau independensi in apperance

Independensi yang ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.

3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya.

Seseorang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Dengan demikian, kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya auditor tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya.


(34)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.

2.2.4. Pendapat Auditor

2.2.4.1 Pengertian Pendapat Auditor

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:38) mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga seringkali keseluruhan laporan audit hanya sebagai pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut didasrakan atas pertimbangan profesional.

Mulyadi dan Kanaka (1998:18) menjelaskan dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditor, dalam semua hal yang material yang didasrkan atas kesesuaian laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa


(35)

Antle (1984) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya.

2.2.4.2. Jenis-jenis Pendapat Auditor

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508 hal 7), ada lima jenis pendapat auditor, yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat waajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatas dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Languange)

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraph penjelasan dalam laporan audit meskipun pendapat wajar tanpa pengecualian oleh auditor.


(36)

Pendapat ini diberikan jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:

1. Lingkup audit dibatasi oleh klien

2. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

3. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

4. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan saldo laba, dan arus kas perusahaan klien. Serta adanya pembatasan lingkup audit oleh klien.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)

Pendapat ini diberikan jika ada pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit serta audior tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.


(37)

2.2.5. Pengaruh kompetensi terhadap pendapat auditor

Barnes dan Huan (1991) menyebutkan bahwa pemberian opini tergantung pada faktor kompetensi dan independensi.(Mayangsari,2003) Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses pembuatan laporan keuangan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.

Menurut Einhorn (1972) dalam artikel Murtanto (1999:40) menunjukkan pentingnya menggunakan kriteria yang obyektif dalam mendefinisikan seorang ahli sebagai seorang yang sangat terampil karena pelatihan dan memiliki pengetahuan dibeberapa bidang tertentu.

Gibbins dan Larocque (1990) dalam artikel Murtanto (1999) memberikan suatu model umum atas keahlian auditor dengan lima komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial dan kendala-kendalanya serta proses pemberian pendapat.

Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpilkan bahwa seorang auditor harus mempunyai komponen pengetahuan serta pengalaman dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya.serta dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.


(38)

2.2.6. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Pendapat Audit

Berdasarkan keterangan tentang definisi dan komponen independensi maka dapat diambil simpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi. Intergritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan obyektivitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.

Independensi merupakan aspek yang penting dalam profesi akuntan publik, karena akuntan publik tidak dapat memberikan pendapat yang obyektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, nampak bahwa opini auditor merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan KAP dan faktor yang dapat menyebabkan klien berganti kantor akuntan. Dengan demikian dapat diambil simpulan bahwa pemberian oleh auditor dapat tidak objektif jika auditor tidak independen.

2.2.7. Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Pendapat

Auditor


(39)

independensi dengan pendapat audit, menunjukkan adanya hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun tidak kompeten akan cenderung memberikan pendapat yang salah karena adanya faktor-faktor komersial seperti kerugian jika klien berpindah kekantor akuntan yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat melakukan pemeriksaan (Mayangsari, 2003)

Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi. Keahlian audit berkaitan dengan struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial, ekonomi yang dihadapi oleh seseorang auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian opini audit.

Berdasarkan keterangan tersebut, seorang auditor harus

mempunyai kompetensi terlebih dulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena jika seorang auditor tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.


(40)

Behavioral Decision Theory (Bowditch & Bouno 1990)

Behavioral Decision Theory (Bowditch & Bouno 1990) yang dikutip oleh Murtanto menjelaskan bahwa teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya atas suatu situasi yang sedang dihadapi. Dalam proses pengambilan keputusan didunia aktual seseorang selalu berhadapan dengan berbagai macam tekanan-tekanan sosial.

Berkaitan dengan behavioral decision theory penelitian ini lebih lanjut ingin mengevaluasi jenis informasi yang dominan mempengaruhi seorang auditor ahli dan nonahli.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan dari uraian landasan teori diatas, maka dapat digambarkan kerangka pikir tentang pengaruh kompetensi audit dan independensi terhadap pendapat audit adalah sebagai berikut :


(41)

Variabel Independen Variabel Dependen

Uji Statistik

Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan dari rumusan masalah, dan kerangka pikir diatas, maka dapatlah disusun hipotesis dari pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit sebagai berikut:

Diduga terdapat pengaruh secara signifikan antara kompetensi dan independensi terhadap pendapat auditor.

Independensi Auditor X2

Kompetensi X1

Pendapat Auditor Y


(42)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel dalam penelitian secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada, peneliti terdahulu dan pengalaman empiris.

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kompetensi ( X1 )

2. Independensi Auditor ( X2 )

3. Pendapat Auditor ( Y )

Kompetensi auditor, independensi auditor sebagai variabel bebas dan pendapat audit sebagai variabel terikat.

3.1.1 Definisi Operasional

1. Kompetensi( X1 )

Kompetensi adalah keahlian yang harus dimiliki seorang auditor untuk dapat melakukan audit secara obyektif.

2. Independensi Auditor ( X2 )

Independensi adalah sikap yang dihadapkan dari seorang auditor untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak luar dalam melaksankan


(43)

3. Pendapat Auditor ( Y )

Pendapat adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit yang dipengaruhi oleh faktor kompetensi audit dan independensi.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Kompetensi)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantic Differential, yang mempunyai skala 7 poin,dengan pola sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7

sangat tidak setuju sangat setuju sekali

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju dengan pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.


(44)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Gudono (2004) dan variabel ini diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan.

2. Variabel bebas (Independensi Auditor)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantic Differential, yang mempunyai skala 7 poin,dengan pola sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7

sangat tidak setuju sangat setuju sekali

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju dengan pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Kudus (2004) dan variabel ini diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan.


(45)

3. Variabel terikat (Pendapat Audit)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantic Differential, yang mempunyai skala 7 poin,dengan pola sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7

sangat tidak setuju sangat setuju sekali

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju dengan pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan variabel ini diukur dengan menggunakan 18 item pertanyaan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah merupakan kelompok atau subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek lain, dan kelompok tersebut akan


(46)

dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono,2002:44). Populasi penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Surabaya Timur sebanyak 20 KAP (sumber : www.iapi.or.id). Tiap KAP di asumsikan minimal ada 6 auditor.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunya ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi ( Sumarsono, 2002:44 – 45 ). Teknik sampel yang digunakan adalah Probability Sampling dengan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Dalam menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut :

N

n = ______________ 1 + Ne2

( Husein Umar , 2004 )

120

n = ______________ 1 + 120 ( 0, 10 )2


(47)

Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, yaitu 10 %.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden (dalam hal ini adalah partner yang bekerja pada KAP), melalui pengisisan kuesioner yang diberikan kepada responden berkaitan dengan variabel penelitian yaitu kompetensi auditor, independensi auditor dan pendapat auditor.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya selama penelitian, tetapi diperoleh dari pihak kedua atau pihak ketiga.

3.3.2. Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah dari partner auditor

yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur yang berupa jawaban dari pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik.


(48)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Uji Validitas, Reabilitas dan Normalitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dugunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan apada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135). Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan (Sumarsono, 2004 : 31)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan

nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2007 : 135)

2. Uji Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara yaitu pengukuran sekali saja dimana pengukurannya luas hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.


(49)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2007 : 133)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2002:40)

Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal :

 Jika nilai signifikan ( nilai probabilitasnya ) lebih kecil dari 5 % maka distribusi adalah tidak normal

 Jika nilai signifikan ( nilai probabilitasnya ) lebih besar dari 5 % maka distribusinya adalah normal.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Regresi Linier berganda dengan menggunakan persamaan

Y = bo + b1X1 + b2X2 harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi linier berganda, asumsi-asumsi tersebut meliputi :


(50)

1. Tidak terdapat Multikolinieritas 2. Tidak terdapat Heteroskedastisitas 3. Tidak terdapat Autokorelasi

Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing dasar dari BLUE 1. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Konsekuensi dari Multikolinieritas adalah apabila ada kolinieritas sempurna diantara X, koefisien regresinya tak tertentu dan kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinieritas tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna. Penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar.

Identitas secara statistik ada atau tidaknya gejala Multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Variabel Inflator Faktor (VIF) apabila diperoleh hasil bahwa nilai VIF pada seluruh variabel lebih kecil dari 10 berarti seluruh variabel bebas tidak ada gejala Multikolinieritas (Gujarati.1999:339)

2. Uji Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang kedua adalah heteroskedastisitas, artinya varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model


(51)

dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya, dan bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya. Ini disebabkan oleh varians yang tidak minimum.

Uji Heteroskedastisitas adalah menggunakan uji Rank Spearman, yaitu dengan cara mengambil nilai mutlak, dengan mengasumsikan bahwa koefisien Rank Korelasi adalah nol.

Dasar analisisnya adalah :

1. Apabila nilai signifikan t > tingkat signifikan α = 0,05 maka Ho diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Apabila nilai signifikan t < tingkat signifikan α = 0,05 maka Ho ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2001;77)

3. Uji Autokorelasi

Menurut Santoso (2000:216-219) Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya problem autokorelasi dapat dilihat pada tabel D-W (Durbin-Watson), dengan dasar pengambilan keputusan:

1. Angka D-W dibawah -2 berarti autokorelasi positif.


(52)

3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.4.3. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh kompetensi audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit, maka teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan rumus sebagai berikut :

 Y = bo + b1X1 + b2X2

(Sudjana, 2002:69)

Keterangan :

Y = Pendapat Auditor

bo = Konstanta

b1, b2 = Koefisien Variabel bebas / koefisien regresi

X1 = Kompetensi

X2 = Independensi Auditor

Dalam penelitian data yang digunakan haruslah valid dan reliabel. Dikatakan valid (sah), jika pertanyaan yang diajukan mampu mengungkapkan variabel yang akan diukur. Dan dikatakan reliable (andal), jika jawaban responden atas pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.


(53)

3.4.4. Uji Hipotesis

1. Uji Kesesuaian Model(Uji F)

Digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh X , X terhadap Y.

Prosedur uji F dengan kriteria sebagai berikut :

a. H : β = β  = β   = 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok) Ha: β = β  = β  ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan cocok) b. Level signifikan (β ) = 0,05

c. Dengan F hitung sebesar :

F hitung =

k n R

k R

 

2 2

1

1

(Suliyanto, 2005 : 65) Dimana :

F hitung = F hasil perhitungan

R² = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independent n = Jumlah sampel

d. Kriteria pengujian:

 Ho diterima, Ha ditolak jika nilai signifikansi > 0,05.


(54)

2. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara parsial. Adapun prosedurnya sebagai berikut :

a. Ho : j = 0 (tidak terdapat pengaruh X1, X2 atau X3 terhadap Y).

Ha : 10 (terdapat pengaruh X1, X2 atau X3 terhadap Y).

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

c. Dengan nilai t hitung :

       bj 

         t hit = 

         se (bj)   

(Suliyanto,2005 : 66)

d. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

 Ho diterima, Ha ditolak jika nilai signifikansi > 0,05

 Ho ditolak, Ha diterima jika nilai signifikansi < 0,05


(55)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akuntan Publik yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) di Surabaya yang terdaftar pada direktori Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2009. Adapun kriteria responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang berkedudukan sebagai yunior, senior, supervisor, manager dan partner yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di Surabaya Timur. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

4.1.1 Auditor Independen

Auditor independen yang disebut juga auditor eksternal adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai kantor praktek sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lain kepada klien (M. Guy, 2001 : 11). Akuntan publik merupakan pihak independen yang bertugas memeriksa atau menilai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik dapat mengerjakan berbagai penugasan dalam berbagai jasa. Oleh karena itu perlu diadakan perbedaan istilah akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktek dalam kantor akuntan publik yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Sedangkan


(56)

auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Umumnya hirarki auditor dalam perikatan audit di dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

1. Partner

Partner menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit, bertanggung jawab atas hubungan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing, partner menandatangani laporan audit dan

management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit

dari klien.

Kantor Akuntan Publik Partner

Manager Manager Manager

Auditor Senior Auditor Senior Auditor Senior


(57)

2. Manajer

Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas membantu auditor senior dalam merencanakan program dan waktu audit, mereview kertas kerja, laporan audit, dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan kantor auditor dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan para auditor senior. 3. Auditor Senior

Auditor senior bertugas untuk melakukan audit, bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur auditor dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu.

4. Auditor yunior

Auditor yunior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya disekolah. Biasanya ia melakukan audit di berbagai jenis perusahaan dan di berbagai kota. Auditor junior sering juga disebut asisten auditor (Mulyadi : 33)


(58)

4.1.2 Gambaran Responden

Jumlah kuesioner yang terkirim adalah 54 ekselempar, yang menerima kuesioner adalah sebanyak 9 Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur.

TABEL 4.1

DISTRIBUSI KANTOR AKUNTAN PUBLIK

KUESIONER

No NAMA KAP

Disebar

1 KAP BUDIMAN,WAWAN,PAMUDJI & REKAN 4

2 KAP DRS HANNY,WOLFREY & REKAN 4

3 KAP.DRS JOHAN MALONDA,ASTIKA, & REKAN 4

4 KAP.HARYONO,ADI & AGUS 4

5 KAP PAUL HADIWINATA,HIDAJAT,ARSONO& REKAN 4

6 KAP RICHARD RISAMBESSY & REKAN 4

7 KAP SOEBANDI & REKAN 4

8 KAP TJAHJADI,PRADHONO & TERAMIHARDJA 4

9 KAP.GUNAWAN & REKAN 4

10 KAP.DRS BAMBANG SISWANTO 3

11 KAP.DRS VENTJE JANSEN 3

12 KAP.DRS ROBBY BUMULO 3

13 KAP.DIDY,TJIPTOHADI&REKAN 3

14 KAP.DRS. VETO,BENNY & REKAN 3


(59)

4.2. Obyek Penelitian

4.2.1. Hasil Penelitian Variabel Bebas Kompetensi Auditor (X1)

Hasil penelitian terhadap variabel bebas kompetensi auditor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2. Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Kompetensi Auditor (X1)

Item Pertanyaan Sangat

tidak Setuju 1 Tidak Setuju 2 Kurang Setuju 3 Netral 4 Cukup Setuju 5 Sangat Setuju 6 Sangat Setuju Sekali 7 Total

X1.1 Bahwa auditor harus

mampu menerapkan prosedur tehnik dan standar pemeriksaan yang diperlukan dalam pemeriksaan

- - 3,70 % 11,11% 35,19% 27,28% 22,22% 100%

X1.2 Bahwa auditor harus

mampu menerapkan prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik akuntansi dalam melakukan pemeriksaan catatan dan laporan keuangan

- - - 20,37% 31,48% 35,19% 12,96% 100%

X1.3 Bahwa auditor harus

mampu membuat laporan pemeriksaan


(60)

beserta saran dan perbaikannya

berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan

X1.4 Bahwa auditor harus

mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki pada persoalan yang dihadapi waktu melakukan

pemeriksaan dan menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak lain

- - 11,11% 5,56% 25,93% 27,78% 29,63% 100%

X1.5 Bahwa auditor harus

berusaha memperoleh

informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur dan tehnik-tehnik audit

- - - 22,22% 18,52% 44,44% 14,81% 100%


(61)

Berdasarkan dari tabel 4.2. di atas, dapat diketahui bahwa :

1. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu menerapkan prosedur tehnik dan standar pemeriksaan yang diperlukan dalam pemeriksaan” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 35,19% %.

2. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu menerapkan prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik akuntansi dalam melakukan pemeriksaan catatan dan laporan keuangan” sebagaian besar responden menjawab samgat setuju dengan prosentase 35,19 %.

3. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu membuat laporan pemeriksaan beserta saran dan perbaikannya berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan” sebagaian besar responden menjawab cukup dan sangat setuju dengan prosentase 29,63%.

4. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki pada persoalan yang dihadapi waktu melakukan pemeriksaan dan menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak lain” sebagaian besar responden menjawab sangat setuju sekali dengan prosentase 29,63%.

5. Untuk indikator “Bahwa auditor harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar,


(62)

prosedur dan tehnik-tehnik audit” sebagaian besar responden menjawab sangat setuju dengan prosentase 44,44 %.

4.2.2. Hasil Penelitian Variabel Bebas Independensi Auditor (X2)

Hasil penelitian terhadap variabel bebas yaitu independensi auditor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3. Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Independensi Auditor (X2)

Item Pertanyaan Sangat

tidak Setuju 1 Tidak Setuju 2 Kurang Setuju 3 Netral 4 Cukup Setuju 5 Sangat Setuju 6 Sangat Setuju Sekali 7 Total

X2.1 Bahwa auditor harus

bisa menghindari situasi yang bisa menimbulkan kesan salah pada pihak lain (manajemen), bahwa ada pertentangan kepentingan dan obyektivitasnya sudah tidak dapat dipertahankan

- - 3,70% 16,67% 29,63% 29,63% 20,37% 100%

X2.2 Bahwa auditor

memiliki wewenang dengan akses penuh terhadap masalah


(63)

mereview seluruh kebijakan, rencanan prosedur dan catatan dari masalah yang direview

X2.4 Bahwa auditor harus

selalu berpengangan pada Kode Etik dan Standar Akuntansi Indonesia, dan Kode

Etik Standar Profesional Auditor dalam setiap menjalankan tugas guna

mempertahankan independensinya sebagai auditor

- - 5,56% 11,11% 38,89% 27,78% 16,67% 100%

X2.5 Bahwa tujuan dan

sasaran dari pemeriksaan yang dilakukan auditor adalah memberikan opini akan kewajaran dari masalah yang direview

- - 1,85% 14,81% 38,89% 33,33% 11,11% 100%


(64)

Berdasarkan dari tabel 4.3. di atas, dapat diketahui bahwa :

1. Untuk indikator “Bahwa auditor harus bisa menghindari situasi yang bisa menimbulkan kesan salah pada pihak lain (manajemen), bahwa ada pertentangan kepentingan dan obyektivitasnya sudah tidak dapat dipertahankan” sebagaian besar responden menjawab cukup dan sangat setuju dengan prosentase 29,63 %.

2. Untuk indikator “Bahwa auditor memiliki wewenang dengan akses penuh terhadap masalah yang review” sebagaian besar responden menjawab sangat setuju dengan prosentase 47,50 %.

3. Untuk indikator “Bahwa auditor bebas mereview seluruh kebijakan, rencanan prosedur dan catatan dari masalah yang direview” sebagaian besar responden menjawab cukup dan sangat setuju dengan prosentase 29,63 %.

4. Untuk indikator “Bahwa auditor harus selalu berpengangan pada Kode Etik dan Standar Akuntansi Indonesia, dan Kode Etik Standar Profesional Auditor dalam setiap menjalankan tugas guna mempertahankan independensinya sebagai auditor” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %. 5. Untuk indikator “Bahwa tujuan dan sasaran dari pemeriksaan yang


(65)

masalah yang direview” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.

4.2.3. Hasil Penelitian Variabel Terikat Pendapat Auditor (Y)

Hasil penelitian terhadap variabel bebas yaitu pendapat auditor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4. Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Pendapat Auditor (Y)

Item Pertanyaan Sangat

tidak Setuju 1 Tidak Setuju 2 Kurang Setuju 3 Netral 4 Cukup Setuju 5 Sangat Setuju 6 Sangat Setuju Sekali 7 Total

Y.1 Saya akan menolak permintaan klien yang bertentangan dengan standar professional

- 1,85% 11,11% 14,81% 38,89% 20,37% 12,96% 100%

Y.2 Setiap keputusan yang saya ambil akan selalu mengutamakan

independensi

- - 7,41% 20,37% 37,04% 24,07 11,11% 100%

Y.3 Saya akan selalu melakukan setiap pekerjaan atas dasar standar professional


(66)

Y.4 Saya akan selalu menghadapi

konflik audit yang ada

- 9,26% 5,56% 22,22% 37,04% 14,81% 11,11% 100%

Y.5 Bila saya

dihadapkan oleh suatu masalah dimana saya diminta untuk memberikan

pendapat yang wajar dengan fee yang tinggi, saya akan menolaknya

- 1,85% 11,11% 22,22% 29,63% 18,52% 16,67% 100%

Y.6 Saya akan selalu menjaga nama baik profesi saya dengan menjaga independensinya

- 1,85% 11,11% 24,07% 24,07% 14,81% 24,07% 100%

Y.7 Konflik audit

merupakan situasi yang dapat merusak

pertimbangan akuntan professional


(67)

profesional akan berinvestasi

disebuah

perusahaan dan kemudian

memberikan opini wajar dengan syarat agar nilai investasinya tidak turun

Y.9 Pertimbangan

utama dalam pengambilan setiap keputusan tentu saja mengutamakan etika

- 1,85% 9,26% 22,22% 31,48% 22,22% 12,96% 100%

Y.10 Penting bagi

profesional akuntan untuk menghindari situasi yang bisa memunculkan konflik audit

- 1,85% 11,11% 14,81% 38,89% 24,07% 9,26% 100%

Y.11 Saya akan selalu berperilaku etis dalam situasi konflik audit

- 1,85% 7,41% 20,37% 29,63% 31,48% 9,26% 100%


(68)

yang terjadi menimbulkan

kebijaksanaan Y.13 Kedekatan

hubungan klien dengan saya rentag terhadap

pelanggaran-pelanggaran

- - 7,41% 22,22% 31,48% 29,63% 9,26% 100%

Y.14 Pengauditan yang dilakukan

tergantung pada besarnya informasi yang disajikan pihak manajemen

- - 12,96% 20,37% 29,63% 29,63% 7,41% 100%

Y.15 Kepentingan masa depan saya terkait dengan setiap keputusan yang diambil saat ini

- - 11,11% 14,81% 38,89% 33,33% 1,85% 100%

Y.16 Kode etik atau norma-norma etika

yang ada menciptakan

kesadaran bagi saya sebagai


(69)

professional Y.17 Konflik audit yang

saya hadapi tidak seperti yang dihadapi oleh profesional yang lain

- 1,85% 11,11% 22,22% 35,19% 14,81% 14,81% 100%

Y.18 Pelanggaran kode etik oleh orang seprofesi

berpengaruh pada saya

- - 5,56% 18,52% 33,33% 20,37% 22,22% 100%

Sumber : Lampiran 1.3

Berdasarkan dari tabel 4.4. di atas, dapat diketahui bahwa :

1. Untuk indikator “Saya akan menolak permintaan klien yang bertentangan dengan standar profesional” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.

2. Untuk indikator “Setiap keputusan yang saya ambil akan selalu mengutamakan independensi” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 37,04 %.

3. Untuk indikator “Saya akan selalu melakukan setiap pekerjaan atas dasar standar profesional” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.


(70)

4. Untuk indikator “Saya akan selalu menghadapi konflik audit yang ada” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 37,04 %.

5. Untuk indikator “Bila saya dihadapkan oleh suatu masalah dimana saya diminta untuk memberikan pendapat yang wajar dengan fee yang tinggi, saya akan menolaknya” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 29,63 %.

6. Untuk indikator “Saya akan selalu menjaga nama baik profesi saya dengan menjaga independensinya” sebagaian besar responden menjawab netral dan cukup setuju dengan prosentase 24,07 %.

7. Untuk indikator “Konflik audit merupakan situasi yang dapat merusak pertimbangan akuntan profesional” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 29,63 %.

8. Untuk indikator “Akuntan profesional akan berinvestasi disebuah perusahaan dan kemudian memberikan opini wajar dengan syarat agar nilai investasinya tidak turun” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 24,07 %.

9. Untuk indikator “Pertimbangan utama dalam pengambilan setiap keputusan tentu saja mengutamakan etika” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 31,48 %.


(71)

10. Untuk indikator “Penting bagi profesional akuntan untuk menghindari situasi yang bisa memunculkan konflik audit” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.

11. Untuk indikator “Saya akan selalu berperilaku etis dalam situasi konflik audit” sebagaian besar responden menjawab sangat setuju dengan prosentase 31,48 %.

12. Untuk indikator “Situasi konflik yang terjadi menimbulkan kebijaksanaan” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 35,19 %.

13. Untuk indikator “Kedekatan hubungan klien dengan saya rentag terhadap pelanggaran-pelanggaran” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 31,48 %.

14. Untuk indikator “Pengauditan yang dilakukan tergantung pada besarnya informasi yang disajikan pihak manajemen” sebagaian besar responden menjawab cukup dan sangat setuju dengan prosentase 29,63 %.

15. Untuk indikator “Kepentingan masa depan saya terkait dengan setiap keputusan yang diambil saat ini” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.


(72)

16. Untuk indikator “Kode etik atau norma-norma etika yang ada menciptkan kesadaran bagi saya sebagai seorang profesional” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 27,78 %.

17. Untuk indikator “Konflik audit yang saya hadapi tidak seperti yang dihadapi oleh profesional yang lain” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 35,19 %.

18. Untuk indikator “Pelanggaran kode etik oleh orang seprofesi berpengaruh pada saya” sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 33,33 %.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

4.3.1. Uji Validitas

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2007 : 135)

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai berikut :


(73)

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Kompetensi Auditor(X1)

Variabel (Corrected Item- Total Correlation) rtabel Keterangan

X1.1 0,479 0,266 Valid

X1.2 0,643 0,266 Valid

X1.3 0,571 0,266 Valid

X1.4 0,532 0,266 Valid

X1.5 0,655 0,266 Valid

Sumber : Lampiran 2 dan Lampiran 8

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.5 diatas tentang variabel kompetensi auditor semua item atau pertanyaan adalah valid. Dengan melihat nilai Total Corelation (rhitung) > 0,266.

Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Independensi Auditor(X2)

Variabel (Corrected Item- Total Correlation) rtabel Keterangan

X2.1 0,665 0,266 Valid

X2.2 0,384 0,266 Valid

X2.3 0,543 0,266 Valid

X2.4 0,457 0,266 Valid

X2.5 0,656 0,266 Valid

Sumber : Lampiran 3 dan Lampiran 8

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6 diatas tentang variabel independensi auditor semua item atau pertanyaan adalah valid. Dengan melihat nilai Total Corelation (rhitung) > 0,266.

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Pendapat Auditor (Y)

Variabel (Corrected Item- Total Correlation) rtabel Keterangan

Y1 0,726 0,266 Valid

Y2 0,474 0,266 Valid

Y3 0,339 0,266 Valid

Y4 0,713 0,266 Valid

Y5 0,719 0,266 Valid

Y6 0,593 0,266 Valid

Y7 0,341 0,266 Valid

Y8 0,369 0,266 Valid

Y9 0,622 0,266 Valid

Y10 0,710 0,266 Valid

Y11 0,288 0,266 Valid

Y12 0,420 0,266 Valid


(74)

Y14 0,313 0,266 Valid

Y15 0,370 0,266 Valid

Y16 0,360 0,266 Valid

Y17 0,670 0,266 Valid

Y18 0,407 0,266 Valid

Sumber : Lampiran 4 dan Lampiran 8

Dari tabel 4.7 diatas tentang variabel pendapat auditor dapat disimpulkan bahwa semua item atau pertanyaan adalah valid. Dengan melihat nilai Total Corelation (rhitung) > 0,266.

4.3.2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas merupakan cara untuk menguji sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Alat ukur memiliki realibilitas yang tinggi apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.00, yang memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan Uji Statistik cronbrach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach Alpha > 0,60 (Nunnally (dalam) Ghozali, (2006:41).

Tabel 4.8 : Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Crronbach

Alpha Syarat Keterangan

1. Kompetensi Auditor (X1) 0,797 0,600 Reliabel

2. Independensi Auditor (X2) 0,770 0,600 Reliabel

3. Pendapat Auditor (Y) 0,873 0,600 Reliabel

Sumber : Lampiran 2-4


(75)

kesimpulan bahwa nilai α > 0,60 berarti semua pertanyaan untuk masing – masing variabel cukup reliabel untuk digunakan sebagai instrument penelitian. (Ghozali, 2001: 132).

4.3.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2002:40). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan berdistribusi normal atau tidak adalah sebagai alat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel.

Tabel 4.9. Tabel Uji Normalitas

No Variabel Hasil

Signifikansi Syarat Keterangan

1 Kompetensi Auditor (X1) 0,227 0,05 Normal

2 Independensi Auditor (X2) 0,451 0,05 Normal

3 Pendapat Auditor (Y) 0,675 0,05 Normal

Sumber : Lampiran 5

Pada tabel di atas, diperoleh hasil bahwa nilai signifikan variabel kompetensi auditor (X1) sebesar 0,227 dan variable independensi auditor (X2)

sebesar 0,451 serta pendapat auditor (Y) sebesar 0,675 maka dinyatakan berdistribusi normal, karena tingkat signifikan dari uji Kolmogorov Smirnov yang dihasilkan lebih dari 5% (sig > 0,05).


(76)

4.3.4. Uji Asumsi Klasik

4.3.4.1. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Identitas secara statistik ada atau tidaknya gejala Multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Variabel Inflator Faktor (VIF) apabila diperoleh hasil bahwa nilai VIF pada seluruh variabel lebih kecil dari 10 berarti seluruh variabel bebas tidak ada gejala Multikolinieritas (Gujarati.1999:339)

Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics Variabel

VIF

Keterangan

Kompetensi Auditor (X1) 1,080 Non Multikolinearitas

Independensi Auditor (X2) 1,080 Non Multikolinearitas

Sumber : Lampiran 6

Dari Tabel 4.10 dapat dapat disimpulkan bahwa nilai VIF pada variabel kompetensi auditor (X1) dan independensi auditor (X2) memiliki

nilai kurang dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas penelitian dapat terpenuhi.

4.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas


(1)

76

auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor perlu memperhatikan juga karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini.

4.6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal untuk mendukung tujuan penelitian, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih ada beberapa keterbatasan antara lain :

1. Keterbatasan dalam hal obyek penelitian. Obyek penelitian ini hanya pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Surabaya Timur sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku bagi Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur saja. Namun tidak menutup kemungkinan hasil penelitian ini bisa berlaku pada semua Kantor Akuntan Publik di Surabaya, meskipun kemungkinan tersebut kecil.

2. Dari hasil penelitian ini variabel yang digunakan adalah kompetensi auditor dan independensi auditor sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang memungkinkan berpengaruh terhadap pendapat auditor.

3. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian kuesioner tersebut yang dapat mempengaruhi cara menjawab, yang memungkinkan jawaban responden tidak jujur karena jawaban responden tidak dapat dikontrol oleh peneliti.


(2)

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap pendapat auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur sedangkan independensi auditor mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap pendapat auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian yang menyatakan bahwa diduga terdapat pengaruh secara signifikan antara kompetensi dan independensi terhadap pendapat auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur terbukti kebenarannya.


(3)

78

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh di atas, maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya, yaitu :

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap pengembangan literatur akuntansi keuangan di Indonesia, dan hasil penelitian ini dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian lebih lanjut pada masa mendatang.

2. Bagi penelitian berikutnya hendaknya dapat menambahkan variabel lain selain kompetensi auditor dan independensi auditor yang dapat berperan dalam mempengaruhi pendapat auditor.

3. Sebaiknya untuk penelitian yang akan mendatang tidak hanya kantor akuntan publik di Surabaya timur saja melainkan kantor akuntan publik di seluruh Surabaya, agar dapat memberikan gambaran apakah hasil yang didapat akan tetap konsisten dengan penelitian-penelitian terdahulu.


(4)

Daftar Pustaka

Anonim, 2010, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional ”

Veteran ” Jawa Timur.

Anoraga, Pandji dan Sudantoko, Djoko., 2002, Koperasi, Kewirausahaan dan

Usaha Kecil, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta

Baridwan Zaki, 1997, Intermedite Accounting , Edisi ke tujuh, Cetakan Keempat,

Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Baswir Revrisond, 2000, Koperasi Indonesia, edisi Pertama, cetakan kedua

Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Ghozali, 2001, Aplikasi Analisis Multivarrate dengan program SPSS, edisi 11,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap Syafri Sofyan, 2002, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Kelima,

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hendrojogi, 2002, Koperasi Azas-Azas Teori dan Praktek, Edisi Revisi, Cetakan

Kelima, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, 200002, Standar Akuntasi Keuangan, No. 27 Penerbit

Salemba Empat.

Reksohadiprojo, Sukanto, 1977, Manajemen Koperasi, Edisi Kelima, Cetakan

Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sito, Arifin dan Tamba, Halomoan, 2001, Koperasi Teori dan Praktik, Penerbit


(5)

Sudarsono dan Edilius, 2002, Koperasi dalam Teori dan Preaktik, Cetakan

Ketiga, Penerbit PT. Rineke Cipta, Jakarta

Sukamdiyo, Ign, 1996, Manajemen Koperasi, Penerbit Erlangga.

Tohar M, 2000, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, Penerbit Kanisus,

Yogyakarta.

Tunggal Wijaya Amin, 1995, Akuntansi untuk Koperasi, Penerbit PT. Rin Cipta


(6)

Jurnal Penelitian :

Jainul Abidin dan Abdul Malik, Pengaruh Modal Usaha dan Jumlah Manajer

terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Indonesia ( Studi Empirik Pada Koperasi diIndonesia Periode 2003 – 2005 ), Prospek, Volume 2, No. 1, Januari

2009.

Atmadji Faktor – Faktor yang Menentukan Besarnya Sisa Hasil Usaha

Koperasi dari Aspek Keuangan dan Non – Keuangan, Bisnis dan Manajemen,

Volume 7, No. 2, 2007.

Jurnal Skripsi :

Yudi Harsono ( 2002 ), Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa

Hasil Usaha Pda Koperasi Pegawai Telekomunikasi di Surabaya, Skripsi

Sarjana Strata 1, Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, Surabaya.

Hapsari Maya Savitri ( 2004 ), Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil

Usahan Pada Koperasi pensiunan Bank Rakyat Indonesia “ Guyub “ di

Surabaya, Skripsi Sarjana Strata 1, Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas