perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik
Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi
profesi tersebut. Ada 4 macam standar profesional yang digunakan sebagai aturan mutu
pekerjaan akuntan publik menurut Mulyadi 1998;32 : 1.
Standar Auditing Standar auditing merupkan pedoman audit atas laporan keuangan
histories. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar auditing PSA. Pernyataan standar auditing
berisi ketentuan- ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit.
2. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang
diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar
atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar atestasi PSAT.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi
dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk pernyataan standar jasa akuntansi dan review PSAR.
4. Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Dalam jasa
konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan
oleh perjanjian antara praktisi dan kliennya.
2.2.1.3. Standar Auditing
Menurut PSA No. 01 SAS; 150:1 Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Standar
auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan
pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Standar Umum : 1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam Pelaksanaan Audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan 1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dlam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam auditor.
4. Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu esensi. Bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang maha auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2. Kompetensi 2.2.2.1. Pengertian
Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisi sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk dapat mencapai tujuan audit dengan baik.
Kemampuan berpikir, yaitu untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisa informasi. Karaktersitik kemampuan berpikir adalah
kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau menyaring informasi yang tidak
relevan. Kompetensi sendiri melibatkan proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Standar umum pertama SA seksi 210:1 dalam SPAP, 2001 menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga SA seksi 230:1 dalam SPAP, 2001
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya
sebagai auditor. Trotter 1996 dalam Murtanto 1999 mendefinisikan ahli
sebagai orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat
kesalahan. Hayes Roth et.al 1983 dalam artikel yang mendefiniskan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan
tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan
tersebut dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Lee dan Stone 1995, mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk
melakukan audit secara obyektif.
Menurut Abdulmohammadin dkk 1992 yang dikutip oleh Murtanto dan Gudono 1999:2 memberikan suatu rangka untuk
menganalisis keahlian seorang auditor kedalam lima karakteristik: 1. Komponen
Pengetahuan Knowledge Component
Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperto pengetahuan terhadap fakta-
fakta, prosedur-prosedur, proses dan pengalaman. 2. Ciri-ciri
Psikologis Psychological Traits
Merupakan komponen ciri-ciri psikologis seperti kemampuan dalam komunikasi, bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan.
3. Kemampuan
Berpikir Cognitive Abilities
Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi.
4. Strategi Penentu Keputusan Decision Strategies Dinilai baik formal maupun informal yang akan membantu dalam
membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia Shanteau,1989
5. Analisis
Tugas Task Analysis
Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentu
keputusan. Ketika mempertimbangkan penerimaan atau penolakan dalam
suatu penugasan, maka seorang auditor harus mempertimbangkan
apakah ia dapat melaksankan audit dan menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan
penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan
melakasanakan audit Mulyadi,1992:24. Sedangkan Holmes dan Overymer 1984:30 berpendapat
seseorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai orang yang dapat memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk
menilai pada derajat yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.
Sehingga kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan
tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman dibidang audit.
2.2.2.2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi 1998:28, terdapat 3 tipe audit, antara lain: 1. Audit Laporan Keuangan Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan
atas dasar kesesuainnya dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Hasil laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para
pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan kantor pelayanan pajak.
2. Audit
Kepatuhan Compliance Audit
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menetukkan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai
dalam pemerintahan. 3.
Audit Operasional
Operational Audit Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
a. Mengevaluasi kinerja b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakkan lebih lanjut.
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta
dilaksankannya audit tersebut.
2.2.2.3. Tahap-tahap Audit