Uji Heteroskedastisitas Uji Hipotesis

4.3.4. Uji Asumsi Klasik 4.3.4.1. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Identitas secara statistik ada atau tidaknya gejala Multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Variabel Inflator Faktor VIF apabila diperoleh hasil bahwa nilai VIF pada seluruh variabel lebih kecil dari 10 berarti seluruh variabel bebas tidak ada gejala Multikolinieritas Gujarati.1999:339 Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Variabel VIF Keterangan Kompetensi Auditor X 1 1,080 Non Multikolinearitas Independensi Auditor X 2 1,080 Non Multikolinearitas Sumber : Lampiran 6 Dari Tabel 4.10 dapat dapat disimpulkan bahwa nilai VIF pada variabel kompetensi auditor X 1 dan independensi auditor X 2 memiliki nilai kurang dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas penelitian dapat terpenuhi.

4.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang kedua adalah heteroskedastisitas, artinya varians variabel dalam model tidak sama konstan. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir estimation yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya, dan bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya. Ini disebabkan oleh varians yang tidak minimum. Uji Heteroskedastisitas adalah menggunakan uji Rank Spearman, yaitu dengan cara mengambil nilai mutlak, dengan mengasumsikan bahwa koefisien Rank Korelasi adalah nol. Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas Nilai Signifikansi Korelasi Variabel Rank Spearman Keterangan Kompetensi Auditor X Ό 0.765 Non Heteroskedastisitas Independensi Auditor X ΍ 0.979 Non Heteroskedastisitas Sumber : lampiran 7 Berdasarkan tabel 4.11. hasil uji Heteroskedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman terhadap variabel penelitian pada regresi berganda menunjukkan bahwa distribusi data pada variabel kompetensi auditor X 1 dan independensi auditor X 2 tidak terjadi heteroskedastisitas karena signifikan yang dihasilkan lebih besar dari 0.05.

4.3.4.3. Uji Autokorelasi

Menurut Santoso 2000:216-219 Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Untuk mendeteksi adanya problem autokorelasi dapat dilihat pada tabel D-W Durbin-Watson. Tabel 4.12. Hasil Uji Autokorelasi Sumber : Lampiran 6 Berdasarkan hasil Uji autokorelasi dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi autokorelasi pada persamaan regresi dapat dipenuhi karena menghasilkan nilai DW=0,836 terletak antara -2 sampai +2, yaitu terletak pada daerah tidak ada autokorelasi.

4.3.5. Uji Regresi Linier Berganda Model

Durbin-Watson 1 0.836 Dimana dari hasil perhitungan yang menggunakan komputer dengan aplikasi program SPSS 16.00 Statistical Program for Social Science dibawah operasi windows. Tabel 4.13. Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Beta Standard Error t hitung Signifikansi Constant 79,205 12,658 6,257 0,000 Kompetensi Auditor X1 -0,016 0,374 -0,042 0,010 Independensi Auditor X2 0,447 0,391 3,142 0,026 Sumber : Lampiran 6 Berdasarkan tabel 4.13 diatas diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut : Y = 79,205 – 0,016X 1 + 0,447X 2 + e Berdasarkan persamaa regresi sederhana diatas dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut :  = Konstanta = 79,205 Nilai konstanta  sebesar 79,205 menunjukkan bahwa apabila variabel kompetensi auditor X 1 dan independensi auditor X 2 adalah konstan atau sama dengan nol, maka nilai pendapat auditor Y adalah sebesar 79,205.  1 = Koefisien regresi untuk X 1 = -0,016 Koefisien regresi untuk variabel kompetensi auditor X 1 adalah sebesar -0,016. Tanda negatif menunjukkan adanya arah berlawanan antara variabel kompetensi auditor X 1 dengan variabel pendapat auditor Y, yang menyatakan bahwa setiap penambahan X 1 sebesar satu satuan maka nilai Pendapat Auditor Y akan turun sebesar sebesar 0,016.  2 = Koefisien regresi untuk X 2 = 0,447 Koefisien regresi untuk variabel independensi auditor X 2 adalah sebesar 0,447. Tanda positif menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dari independensi auditor X 1 terhadap variabel pendapat auditor Y, yang menyatakan bahwa setiap penambahan X 2 sebesar satu satuan akan meningkatkan Y sebesar 0,447.

4.3.5.1. Uji Hipotesis

a. Uji F Untuk mengetahui cocok atau tidaknya alat analisa regresi yang digunakan dalam penelitian ini maka digunakan uji F. Dalam tabel berikut ini disajikan analisis Uji F. Tabel 4.14. Hasil Analisis Uji F Model F Sig Regression 8,692 0.005 Sumber : Lampiran 6 Terlihat dari angka F 8,692 dengan Sig. 0,005 0,05 yang berarti signifikan, berarti bahwa variabel X 1 dan X 2 mampu menjelaskan perubahan variabel Y. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk teknik analisis ini masih cocok, oleh karena itu untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan model teknik analisis yang sama atau dengan menambahkan data penelitian. Tabel 4.15 : Hasil Koefisien Determinasi R Square R 2 Model R Squere 1 0.026 Sumber : Lampiran 6 Dari hasil pengolahan data tabel 4.15. juga diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,026, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 2,6 pendapat auditor Y dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi auditor X 1 dan independensi auditor X 2 , sedangkan sisa sebesar 97,4 dijelaskan oleh variabel- variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. b. Uji t Untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis uji t dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel.4.16. Hasil Uji t Variabel Bebas T Sig Keterangan Kompetensi Auditor X 1 -0,042 0,010 Signifikan Independensi Auditor X 2 3,142 0,026 Signifikan Sumber : Lampiran 6 1. Uji t antara variabel Kompetensi Auditor X 1 terhadap Pendapat Auditor Y menghasilkan t hitung sebesar -0,042 dengan nilai signifikansi sebesar 0,010. Karena nilai signifikan Uji t lebih kecil atau kurang dari nilai signifikan 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Uji t antara variabel Independensi Auditor X 2 terhadap Pendapat Auditor Y menghasilkan t hitung sebesar 3,142 dengan nilai signifikansi sebesar 0,026. Karena nilai signifikan Uji t lebih kecil atau kurang dari nilai signifikan 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara kompetensi dan independensi terhadap pendapat auditor.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji pengaruh dengan menggunakan regresi linier berganda, hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kompetensi auditor dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor telah teruji kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hit 8,692 dengan signifikansi = 0,005. Nilai R square 0,026 mengandung pengertian bahwa 2,6 variasi dari pendapat auditor dapat dijelaskan oleh variasi dari ke dua variabel bebasnya. Sedangkan sisanya yaitu 97,4 masih dipengaruhi oleh variabel lain, maka penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain selain dalam penelitian ini. Kompetensi auditor X 1 secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pendapat auditor Y. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t, dimana nilai signifikan sebesar 0,010 0,050. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Barnes dan Huan 1991 dalam Mayangsari 2003, yang menyatakan bahwa pemberian opini tergantung pada faktor kompetensi dan