Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang. Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga memilih
memproduksi lebih sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kiri kurva penawaran dari S
1
ke S
2
. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P
1
ke P
2
dan jumlah equilibrium menurun dari Q
1
ke Q
2
.
2.2.3.3. Pengendalian Inflasi
Jika perekonomian
mengalami inflasi yang cukup tinggi, jika pasar
keuangan efisien, maka pasar akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan. Beberapa langka yang dapat dilakukan
dalam melakukan pengendalian inflasi yang terjadi adalah sebagai berikut: 1.
Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan
inflasi yang diharapkan. 2.
Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian akan lebih baik jika menggunakan tingkat inflasi per sektor perekonomian.
3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, missal karena perubahan
permintan dan penawaran yang akan mempengaruhi aliran kas sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.
Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol Bank Indonesia atas inflasi sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu,
Bank Indonesia selalu melakukan assessment terhadap perkembangan
perekonomian, khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan moneter didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Perlu
disampaikan pula bahwa pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan hanya melalui kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan ekonomi makro lainnya seperti
kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor riil. Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar lembaga lintas sektoral
sangatlah penting dalam menangani masalah inflasi ini. Sasaran akhir kebijakan moneter BI di masa depan pada dasarnya lebih diarahkan untuk menjaga inflasi.
Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral
yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian inflasi. Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah:
1. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kebijakan
moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variable riil, seperti pertumbuhan output
ataupun tingkat pengangguran. 2.
Pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya sasaran makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh
full employment dan penyediaan lapangan kerja yang seluas- luasnya. 3.
Yang terpenting, penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor berbagai kegiatan
ekonomi.
Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran inflasi yang rendah adalah:
- Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan moneter. - Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.
- Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi. - Memformulasikan respon kebijakan moneter.
Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh dari indeks harga konsumen IHK sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti core atau underlying
inflation sebagai sasaran operasional.
2.2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi