ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM DI JAWA TIMUR.

(1)

PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM

DI JAWA TIMUR

Diajukan kepada fakultas ekonomi universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur untuk menyusun skripsi S-1 Jurusan ilmu ekonomi

DI SUSUN OLEH :

YUNITA SULISTYORINI

0511010088

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM DI JAWA TIMUR” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan dari Bapak Drs. SUWARNO, ME yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, motivasi, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan


(3)

Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.

5. Bapak dan ibu, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

7. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf Badan Pusat Statistik Surabaya, dan Bank Indonesia Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.


(4)

iii

pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, 16 Desember 2009


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

ABSTRAKSI...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...5

1.3. Tujuan Penelitian...…...6

1.4. Manfaat Penelitian...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu...7

2.2. Landasan Teori...11

2.2.1. Pengertian Umum Bank...….11

2.2.1.1. Definisi Bank...…...11

2.2.1.2. Sumber Dana Bank...13

2.2.1.3. Usaha-Usaha Perbankan...15

2.2.1.4. Jenis dan Macam Lembaga Perbankan...17


(6)

2.2.2. Pengertian Kredit...22

2.2.2.1. Fungsi Kredit...…...…...24

2.2.2.2. Macam-Macam Kredit...…...………...26

2.2.2.3. Penilaian Kredit...……...….32

2.2.2.4. Unsur Kredit………...34

2.2.2.5. Tujuan Kredit...35

2.2.2.6. Manfaat Perkreditan...37

2.2.2.7. Kredit Modal Kerja...38

2.2.2.8. Pengertian Kredit Modal Kerja...39

2.2.2.9. Jenis-Jenis Kredit Modal Kerja...40

2.2.3. Pengertian Tingkat Suku Bunga...41

2.2.3.1. Tingkat Suku Bunga Kredit...42

2.2.3.2. Komponen Yang Menentukan Bunga Kredit...43

2.2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga...44

2.2.3.4. Hubungan Tingkat Suku Bunga Kredit dengan Kredit Modal Kerja...46

2.2.4. Likuiditas Perbankan.………...49

2.2.4.1. Pengertian Likuiditas Perbankan...49

2.2.4.2. Kebijakan Likuiditas Bank...…...52

2.2.4.3. Hubungan Tingkat Likuiditas Bank dengan Kredit Modal Kerja...53

2.2.5. Jumlah Kantor Bank...54


(7)

2.2.5.1. Hubungan Antara Jumlah Kantor Bank

dengan Kredit Modal Kerja...…...57

2.2.6. Kerangka Pikir...58

2.2.7. Konsep Pemikiran...61

2.2.8. Hipotesis...61

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...62

3.2. Teknik Penentuan Sampel...63

3.3. Teknik Pengumpulan Data...64

3.3.1. Jenis Data...64

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data...64

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...65

3.4.1. Teknik Analisis...65

3.4.2. Uji Hipotesis...66

3.5. Pendekatan Asumsi Klasik...69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian...74

4.1.1. Gambaran Perekonomian Provinsi Jawa Timur...74

4.1.2. Gambaran Umum Perbankan di Indonesia...75

4.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Di Jawa Timur...77


(8)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...78

4.2.1. Perkembangan Jumlah Dana Bank di Jawa Timur...78

4.2.2. Perkembangan Suku Bunga Kredit di Jawa Timur...80

4.2.3. Perkembangan Likuiditas Bank Umum di Jawa Timur...81

4.2.4. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Jawa Timur...82

4.2.5. Perkembangan Jumlah Kredit Modal Kerja Bank di Jawa Timur...83

4.3. Hasil Perhitungan dan Analisis...84

4.3.1. Pengujian Adanya Pelanggaran Asumsi Klasik...84

4.3.2. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda...87

4.3.3. Koefisien Determinasi dan Korelasi...90

4.4. Pengujian Hipotesis...90

4.4.1. Uji Kecocokan Model...90

4.4.2. Uji Hipotesis Secara parsial...91

4.5. Pembahasan...96


(9)

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan...99 5.2. Saran...100 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perkembangan Jumlah Dana Bank Umum di Jawa Timur

periode tahun 1993-2008 ... 78

Tabel 2 : Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... 80

Tabel 3 : Perkembangan Likuiditas Bank Umum di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... . 81

Tabel 4 : Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... 82

Tabel 5 : Perkembangan Kredit Modal Kerja di Jawa Timur periode tahun 1993-2008 ... 83

Tabel 6 : Hasil Uji Multikolinearitas ... 85

Tabel 7 : Batas - Batas Daerah test Durbin Watson ... 86

Tabel 8 : Pengujian adanya Heteroskedastisitas ... 87

Tabel 9 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... .. 88


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga ... 47 Gambar 2 : Teori Keynes tentang Tingkat Suku Bunga ... 49 Gambar 3 : Konsep Pemikiran ”Analisis Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Penyaluran Kredit Modal Kerja

Bank Umum di Jawa Timur”... ... 61 Gambar 4 : Kurva Distribusi Penolakan / Penarimaan Hipotesis Secara

Simultan... 90 Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara

Parsial untuk variabel Jumlah Dana Bank ... 92 Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara

Parsial untuk variabel Suku Bunga Kredit ... 93 Gambar 7 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara

Parsial untuk variabel Likuiditas Bank ... 94 Gambar 8 : Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis

secara Parsial untuk Variabel Jumlah Kantor Bank... 95


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Penelitian

Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Berganda correlations dan model summary

Lampiran 3 : Analisis Regresi Berganda Anova dan Coefficient


(13)

Lampiran 1 : Data Input Penelitian

Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Berganda model summary Lampiran 3 : Analisis Regresi Linier Berganda model anova

Lampiran 4 : Analisis Regresi Berganda Coefficient dan Collinearity Diagnostics Lampiran 5 : Analisis Regresi Berganda Nonparametric correlations


(14)

DI JAWA TIMUR Yunita Sulistyorini

Abstraksi

Dengan adanya pemberian kredit modal kerja dalam perekonomian berpengaruh terhadap pemabngunan, hal ini ditandai dengan bertambah luasnya pelayanan dan intensitas penggunaan-penggunaan kredit sebagai sarana dan prasarana untuk menambah permodalan dalam bentuk perluasan usaha, dalam hal ini berapa kredit modal kerja guna mendorong investasi dan produksi dalam negara, kredit modal kerja senantiasa ditingkatkan dan persyaratannya disempurnakan agar pemanfaatannya dapat lebih optimal. Melihat hal tersebut maka banyak kebijakan tersebut dalam menunjang permodalan pengusaha kecil. Pengembangan sektor-sektor perbankan yang sehat dan pengaturan perbankan yang sehat serta pemerintah terus mendorong terciptanya suatu iklim yang dapat memungkinkan dunia perbankan Indonesia dapat tumbuh dengan bebas berdasarkan mekanisme pasar. Tujuan ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah dana bank umum, tingkat suku bunga kredit, likuiditas bank umum, jumlah kantor bank umum terhadap penyaluran kredit modal kerja bank umum di Jawa Timur.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Kantor Badan Pusat Statistik cabang Surabaya dengan kurun waktu data penelitian 16 tahun, mulai tahun 1993 – 2008. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda melalui uji-F dan uji-t dengan asumsi klasik BLUE.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Jumlah Dana Bank (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Likuiditas Bank Umum (X3) dan Jumlah Kantor Bank Umum (X4) terhadap Kredit Modal Kerja di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui dari uji-F yaitu diperoleh nilai Fhitung = 14,553 > Ftabel = 3,478. sedangkan secara parsial, variabel Jumlah Dana Bank (X1) berpengaruh secara nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji-t dimana thitung = 3,184 > ttabel = 2,228, variabel Tingkat Suku Bunga (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur dimana thitung = 2,043 < ttabel = 2,228, variabel likuiditas bank (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur dimana thitung = -1,662 < ttabel = 2,228, variabel Jumlah Kantor Bank (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur dimana thitung = 0,129< ttabel = 2,228. Adapun variabel yang dominan terhadap kredit modal kerja di Jawa Timur (Y) adalah Jumlah Dana Bank (X1).

Kata Kunci : Jumlah Dana Bank Umum, Tingkat Suku Bunga Kredit, Likuiditas Bank Umum, Jumlah Kantor Bank Umum.


(15)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimana pada tahun 1983 ketika berbagai macam diregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahantahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. (Dendawijaya. 2003:9)

Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam hal menyerasikan serta menyeimbangkan masing-masing unsur tersebut adalah “perbankan”. Hal penting dalam perilaku bank yaitu keterkaitannya yang erat dalam proses uang beredar. Bilamana bank memberikan kredit baru, maka uang tercipta dalam bentuk rekening giro. Kemudian kalau bank mengurangi kredit, maka uang beredar akan turun karena akan dibuat cek guna membayar kredit tersebut sehingga akan mengurangi jumlah dana dalam rekening giro. (Puspopranoto, 2004 : 5).

Sebaliknya lembaga keuangan lainnya atau lembaga pembiayaan lebih terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau pengimpunan walaupun ada juga lembaga pembiyaan yang melakukan keduanya. Kemudian masing-masing lembaga keuangan lainnya dalam


(16)

menghimpun atau menyalurkan dana mempunyai cara-cara tersendiri. Keunggulan kelompok lembaga keuangan bank adalah memberikan pelayanan keuangan yang paling lengkap diantara lembaga keuangan yang ada. (Kasmir, 2003 : 2)

Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan yaitu ”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sehingga diharapkan peranan bank dengan meningkatkan majunya pengusaha kecil yang akhirnya akan menunjang ekonomi nasional secara merata. (Dendawijaya, 2003:17)

Peran bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit bahkan kegiatan bank sebagai lembaga lembaga keuangan atau pemberian kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpundari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. (Kasmir, 2003 : 71).

Dalam pembangunan ekonomi di indonesia usaha kecil selalu digambarkan sebagia sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan


(17)

dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu departemen perindustrian dan departemen koperasi dan usaha kecil menengah. Namun demikian, usaha pengembangan telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan usaha kecil sangat rendah dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijakan usaha kecil oleh pemerintah selama orde baru, sedikit hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, kehutanan, pertanian, dan industri. (Partomo & Soejoedono, 2002 : 20)

Ditinjau dari sektor ekonomi, penerima kredit terbesar adalah sektor industri dengan nilai kredit Rp 8,86 triliun, atau meliputi 41,54% dari total kredit di Jawa Timur pada tahun 2000. Hal ini erat kaitannya dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang didominasi oleh sektor industri. (Anonim, 2000:3)

Jawa timur mempunyai perkembangan industri kecil yang cukup pesat, banyak sekali bermunculan industri kecil. Dominasi tersebut dapat dilihat pada tahun 2000 dari persentase jumlah perusahaan industri kecil dan dagang kecil yang mencapai 97,76%. Demikian pula jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan dagang kecil sebesar 59,91%. (Anonim,2001:254)

Perkembangan penyaluran kredit modal kerja pada bank umum di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat


(18)

dari Kredit Modal Kerja (KMK) perbankan dalam rupiah sepanjang 2007 makin dominan dibandingkan dengan jenis penyaluran kredit lainnya seperti investasi dan konsumsi. KMK tahun 2005 Rp 388,60 triliun, naik dibandingkan dengan KMK pada 2006 yaitu Rp 309,61 triliun. Data statistik BI menunjukkan porsi kredit modal kerja pada tahun 2006 kian menjauhi kredit investasi (KI) dan kredit konsumtif (KK). KMK tumbuh 20,32% dibandingkan dengan nilai tahun 2006. (www.perbarindo.com, 25 februari 2008)

Pengusaha kecil sangat memerlukan sumber dana yang cukup besar guna menumbuhkan dan meningkatkan produksi pengusaha kecil dalam menghadapi globalisasi. Sumber dana tersebut diperoleh dari bank yang dihimpun, hal ini sesuai dengan yang bersumber dari bank itu sendiri, masyarakat luas dan lembaga lain (Kasmir, 2002 : 62).

Umumnya masyarakat mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit. Di sisi lain, modal merupakan salah satu pedoman pokok bagi masyarakat untuk menjalankan kegiatan usahanya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pemerintah berupaya membantu masalah permodalan tersebut melalui pembiayaan atau pemberian kredit modal kerja. Dengan adanya bantuan kredit modal kerja diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi serta meningkatkan pendapatan sehingga dapat menyediakan kesempatan kerja baru, penambahan mesin-mesin produksi untuk meningkatkan suatu usaha. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan kondisi perekonomian secara umum. (Anonim, 2005 :112)


(19)

Dalam upaya menunjang kesinambungan serta peningkatan pelaksanaan pembangunan lembaga perbankan telah menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan pembangunan di Indonesia serta sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan yang tangguh dan sehat, khusunya dalam memberikan kredit kepada masyarakat, maka perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja bank umum, antara lain jumlah dana Bank umum, inflasi, tingkat suku bunga kredit Bank umum, likuiditas Bank umum, jumlah kantor Bank Umum.

1.2. Perumusan Masalah

Beradasarkan dengan uraian latar belakang diatas maka dalam penulisan skripsi ini dapat dirumukan permasalahan, sebagai berikut :

1. “Apakah ada pengaruh jumlah dana Bank Umum, tingkat suku bunga kredit Bank Umum, tingkat likuiditas Bank Umum, dan jumlah kantor Bank Umum terhadap penyaluran kredit modal kerja yang disalurkan Bank Umum di Jawa Timur.

2. Diantara faktor-faktor jumlah dana Bank Umum, tingkat suku bunga kredit Bank Umum, tingkat likuiditas Bank Umum, dan jumlah kantor Bank Umum terhadap penyaluran kredit modal kerja yang disalurkan Bank Umum manakah yang paling berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja di Jawa Timur.


(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah dana Bank umum, tingkat suku bunga kredit Bank Umum, tingkat likuiditas Bank Umum, dan jumlah kantor Bank Umum terhadap penyaluran kredit modal kerja serta kebijakan-kebijakan yang perlu diambil oleh Bank Umum dalam kaitannya dengan penyaluran kredit modal kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilaksanakan antara lain : a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyaluran kredit modal kerja oleh Bank Umum di Jawa Timur sehingga kedepannya bisa lebih baik daripada sebelumnya.

b. Bagi Bank Umum

Penelitian ini sebagai masukan untuk pertimbangan pengambil keputusan keputusan dalam menentukan kebijakan tentang kredit modal kerja.

c. Bagi Universitas Pembangunan Nasional

Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan dilingkungan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk studi perbandingan dalam penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penulisan skripsi ini antara lain :

Fitri (2003 : ix) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Modal Kerja Di Sektor Industri Kecil Pada Bank Umum Di Jawa Timur”. Secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas jumlah industri kecil (X1). Suku bunga kredit (X2) dan sumber dana bank (X3) terhadap variabel terikat kredit modal kerja (Y) secara parsial variabel jumlah industri kecil (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat kredit modal kerja (Y). Sedangkan variabel suku bunga kredit (X2) dan sumber dana bank (X3) berpengaruh terhadap kredit modal kerja (Y).

Sari (2003 : x) Penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit investasi pengusaha kecil pada BRI di Jawa Timur”. Dalam penelitian ini disimpulakan bahwa uji F diperoleh tingkat inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2), jumlah dana bank (X3), pendapatan perkapita (X4), masing-masing berpengaruh secata nyata terhadap penyaluran kredit investasi pengusaha kecil (Y). Untuk variabel pendapatan perkapita (X4) mempunyai pengaruh dominan terhadap


(22)

penyaluran kredit investasi pengusaha kecil (Y), kemudian disusul tingkat suku bunga (X2), jumlah dana bank (X3), dan tingkat inflasi (X1).

Rosalina (2004 : ix) “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Jawa Timur”. Penelitian secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas dana pihak ketiga di jawa timur (X1), inflasi (X2), penanaman modal dalam negeri (X3), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X4) terhadap variabel terikat kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur. Secara parsial dana pihak ketiga (X1) berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum (Y), inflasi (X2) berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan bank umum (Y), dan penanaman modal dalam negeri (X3) berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum (Y) sedangkan Variabel Produk Domestik Regional Bruto (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur.

Tisna Mahestika Pangesti (2004 : X) “Analisis beberaya faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum pada pengusaha kecil di Kabupaten Tuban”. Variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga kredit (X1), jumlah pengrajin (X2), laba pengusaha kecil (X3), tingkat

inflasi (X4), penyaluran kredit usaha kecil (Y). Teknik analisis yang

digunakan regresi linier berganda dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui Fhitung = 78,851 >Ftabel


(23)

pengrajin, laba pengusaha kecil dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit usaha kecil.

Bagus Wardhany (2007 : x) “Faktor yang mempengaruhi

penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur.” Variabel yang digunakan adalah inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2), gross domestic regional bruto

(X3), jumlah kantor bank (X4) dan penyaluran kredit (Y). Teknik analisis

yang digunakan adalah regresi liner berganda. Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui Fhitung =

7,971 Ftabel = 5,19 berarti variabel inflasi, tingkat suku bunga, gross

domestic regional produk dan jumlah kantor bank umum tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat penyaluran kredit. Sedangkan jika menggunakan uji t parsial dapat diketahui gross domestik regional (X3) tidak berpengaruh secara nyata

terdapat penyaluran kredit dengan thitung = 3,005 > ttabel = 2,571 yang

berarti bahwa variabel inflasi, tingkat suku bunga, GDP dan jumlah kantor bank umum memiliki pengaruh parsial atau secara sendiri-sendiri terhadap penyaluran kredit bank umum Jatim tidak berubah kebenarannya.

Menurut Muchtolifah (Jurnal penelitian Ilmu Ekonomi, 2001) dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi kredit pada bank umum dalam wilayah kerja di Bank Indonesia”. Diketahui variabel yang digunakan adalah alokasi kredit sebagai variabel terikat (Y). Sedangkan sebagai variabel bebas adalah suku bunga kredit (X1), dana masyarakat (X2) dan kredit likuiditas BI (X3). Dalam penelitian ini untuk mengetahui


(24)

pengaruh suku bunga kredit (X1), dana masyarakat (X2), KLBI (X3) terhadap jumlah alokasi kredit (Y) digunakan analisis linear berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga kredit (X1), dana masyarakat (X2), dan KLBI (X3) berpengaruh nyata terhadap alokasi kredit (Y) pada bank umum dalam wilayah kerja Bank Indonesia baik secara simultan maupun parsial.

Menurut Huda, Jurnal penelitian ilmu ekonomi tahun 2002 dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri di Kabupaten Jombang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tingkat Suku Bunga, Jumlah Anggota dan PDRB yang berpengaruh terhadap Penyaluran kredit Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri. Kesimpulan dari penelitian ini secara simultan Tingkat Suku Bunga (X1), Jumlah Anggota (X2), dan PDRB (X3) sebagai variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap kredit yang disalurkan pada Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri di Kabupaten Jombang. Sedangkan secara parsial variabel Tingkat suku Bunga (X1) berpengaruh secara nyata terhadap kredit yang disalurkan.

Menurut Nasution, dkk, jurnal penelitian bisnis dana ekonomi tahun 2003 dengan judul “Pemberian Kredit Usaha, Resiko Bisnis dan Nasib Pengusaha Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Likuiditas (X1), Rentabilitas (X2), Solvabilitas (X3), dan nilai agunan perusahaan (X4) terhadap jumlah kredit yang diberikan pada PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Beringin Dana Sejahtera (Y) digunakan analisis


(25)

linear berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas (X!), rentabilitas (X2), solvabilitas (X3) dan nilai agunan perusahaan (X4) berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit yang diberikan (Y) pada PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Beringin Dana Sejahtera baik secara simultan maupun parsial.

Persamaan dengan penelitian terdahulu menggunakan alat yang sama yaitu analisis linier berganda dan meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja oleh Bank Umum di Jawa Timur.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada ruang lingkup yang digunakan serta kurun waktu yang digunakan dalam penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah ada pengaruh Jumlah dana Bank Umum (X1), Tingkat suku bunga kredit (X2), Likuiditas Bank Umum (X3), Jumlah kantor Bank Umum (X4) terhadap penyaluran kredit modal kerja Bank Umum di Jawa Timur.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Umum Bank 2.2.1.1 Definisi Bank

Ada beberapa devinisi bank yang di kemukakan sesuai dengan tahap perkembangan bank. Berikut ini dapat di kemukakan beberapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu :


(26)

Menurut Stuart (2000:45) Dalam bukunya (politic bank) merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri, dengan uang yang di perolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

Sedangkan pengertian Bank menurut Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang di maksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Martono,2002:2).

Bank menurut Undang-undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang di maksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Harijanto,2002:18).

Jadi, dapat disimpulkan pengertian bank di beberapa sumber tersebut yaitu suatu jenis lembaga keuangan yang paling penting peranannya dalam masyarakat yang usaha pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.


(27)

2.2.1.2. Sumber Dana Bank

Berdasarkan asalnya, sumber dana bank dapat di bedakan menjadi 3, yaitu:

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Sumber dana ini berasal dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari:

a. Setoran modal dari para pemegang saham.

b. Cadangan-cadangan bank (cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak di bagikan kepada para pemegang sahamnya), cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan, sehingga dapat di manfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:


(28)

Menurut undang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 tanggal 10 Nopember 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

b.Simpanan Tabungan

MenurutUndang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tapi tidak dapat di tarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

c.Simpanan Deposito

Menurut undang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua diatas. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:


(29)

Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. b. Pinjaman antar Bank (Call money)

Biasanya pinjaman ini diberikan pada bank-bank yang mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring.

c. Pinjaman dari Bank-bank luar Negeri

Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.

d. Surat Berharga Pasar Uang

Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU, kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahan keuangan maupun non-keuangan (Khasmir,2002:61).

2.2.1.3. Usaha-usaha Perbankan

Tugas pokok perbankan dibawah bimbingan bank indonesia adalah untuk menghimpun segala dana dari masyarakat, guna diarahkan ke bidang-bidang yang mempertinggi taraf hidup rakyat. Disamping itu, pengaturan kembali tata perbankan di indonesia seperti tercermin dalam undang-undang nomor 14 tahun 1967 dimaksudkan sebagai pembinaan sistem ekonomi indonesia yang berlandaskan pancasila, yang menjamin berlangsungan demokrasi ekonomi dan bertujuan menciptakan mayarakat adil dan makmur. Untuk mencapai hal tersebut maka segalapotensi, inisiatif, dan daya kreasi rakyat wajib dimobilisasikan dan dikembangkan


(30)

sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Dengan demikian, segala kepentingan ekonomi potensial dapat dikerahkan menjadi kekuatan ekonomi riil bagi kemanfaatan kemakmuran rakyat.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka usaha-usaha bank umum ditetapkan sebagai berikut:

a. Memidahkan uang, baik melalui pemberitahuan telegram maupun

dengan surat ataupun dengan jalan memberikan wesel tunjuk diantara sesama kantornya.

b. Menerima dan membayarnya kembali uang dalam rekening koran,

menjalankan perintah untuk memindahkan uang, menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

c. Mendiskonto surat wesel, kertas perbendaharaan atas beban negara, dan jenis-jenis surat berharga lainnya.

d. Memberi kredit, terutama dengan tanggungan efek, hasil bumi, barang dan juga tanggungan dokumen pengangkutan dan dokumen penyimpanan yang mewakili barang tersebut serta memberi kredit jangka menengah dan jangka panjang untuk tujuan bidang produksi, sesuai dengan syarat yang telah di tetapkan oleh Bank indonesia.

e. Memberikan jaminan bank (bank garantie) dengan tanggungan yang cukup.

f. Menjalankan usaha-usaha lain yang lazim di lakukan oleh bank umum (Harijanto,2002:15)


(31)

2.2.1.4 Jenis Dan Macam Lembaga Perbankan

1. Di lihat dari segi kepemilikannya a. Bank Pemerintah

Dimana baik akte pendiian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Berbentuk :

● Bank Bumi Daya (BBD), sesuai Undang-Undang No.

19/1968.

● Bank Rakyat Indonesia (BRI), sesuai dengan

Undang-Undang No. 21/1968.

● Bank Exsport-Import Indonesia (Bank Exim), sesuai

Undang-Undang No. 22/1968.

● Bank Dagang Negara (BDN), sesuai Undang-Undang No.

19/1968.

● Bank Tabungan Negara (BTN), sesuai Undang-Undang No. 20/1968.

● Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), sesuai Undang-Undang No.21/PRP/1960.

Namun saat ini telah terjadi merger atau penggabungan 4 (empat) bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Export-Import(Bank Exim), Bank Pembangunan Daerah (Bapindo), dan Bank Dagang Negara (BDN) menjadi sebuah


(32)

bank baru. Adapun Bank Rakyat Indonesia berdiri sendiri, sedang Bank Tabungan Negara mejadi anak perusahaan Bank Tabungan Negara menjadi anak perusahaan Bank Negara Indonesia (BNI’46). (Triyanto, 1998 : 21)

Dengan demikian satu-satunya Bank yang tidak ikut digabungkan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Fungsi bank yang selama ini dikenal sebagai penyalur utama kredit untuk rakyat pedesaan tetap dipertahankan. (Krsadi dan Nadeak, 1998 : 23)

b. Bank Milik Pemerintah Daerah, sesuai Undang-Undang No.

13/1962 di Tingkat I. c. Bank Swasta

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Sesuai SK. MENKEU No. Kep/603/M/IV/12/68 tanggal 18 Desember 1968, berbentuk : • Bank Umum Swasta

• Bank Tabungan Swasta • Bank Pembangunan Swasta

• Serta Perhimpunan Bank-Bank Nasional dan swasta yang sebagian menjadi bank Devisa, yaitu bank yang sudah dipercaya atau mampu menjual dan membeli valuta asing atau


(33)

uang dari Negara lain atau mengenai Export-Import dengan L/C.

d. Bank milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sesuai dengan keputusa Menteri Keuangan No. Kep 800/MK/IV/II/69. tanggal 22 November 1969, surat keputusan bersama Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Transmigrasi dan Koperasi No. 19a/GB I per 350/Kpts/Mentranskop/192/16 Agustus 1972, yaitu Bukopin 1987.

e. Bank Milik Swasta Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta atau pemerintah asing. Sesuai dengan SK. MENKEU No. 034/MK/Iv/2/68 Tanggal 20 Februari 1968, yaitu terdiri dari :

• Bank Umum Asing

• Bank Pembangunan Asing • Bank Tabungan Asing Misalnya :

USA : Bank Of America; City Bank; America Express

EROPAH : European Asian Bank.

CHINA : The Hongkong and Shanghai Banking Corporation.


(34)

Panglaykim dalam bukunya perkembangan Industri Perbankan dan lembaga keuangan bukan bank di Indonesia menyatakan, jika ditinjau dari segi kepemilikannya bank terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Bank-bank pemerintah yang sepenuhnya dimiliki oleh

pemerintah, yaitu:

• Bank Sentral

• Bank-bank Umum

• Bank Pembangunan Negara • Bank Tabungan Negara

2. Bank-Bank Swasta yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta termasuk:

• Bank-bank Umum

• Bank-bank tabungan

• Bank-bank yang bersifat lokal seperti : bank-bank pasar dan bank-bank desa.

3. Bank-bank Milik Pemerintah daerah dan Swasta, yaitu : • Bank-bank Pembangunan daerah.

4. Lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang seluruh

sahamnya dipegang oleh orang Indonesia atau yang didirikan berdasarkan kerjasama (Joiny Venture) antara bank-bank pemerintah dan atau bank-bank dan perusahaan-perusahaan swasta Nasional. Di satu pihak


(35)

bank-bank dan atau lembaga keuangan luar negeri bukan Bank di pihak lain.

Dan untuk Undang-Undang No. 7 tahun 1992, jenis Bank dapat dibedakan menjadi :

1. Bank Umum

Adalah bank yang memmberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan masyarakat. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasionalnya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank Komersil (Commercial Bank).

2. Bank Perkreditan Rakyat

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitupula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah


(36)

tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal Bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing.

2. Dilihat dari segi statusnya

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

b. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. (Khasmir,2002:32)

2.2.2. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti

kepercayaan atau berasal dari bahasa latin “Creditium” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut kemudian dibekukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 tahun 1967 bab 1,2 yang merumuskan pengertian


(37)

kredit sebagai berikut : kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antarabank dengan lain pihak, peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Selanjutnya pengertian kredit disempurnakan jagi dalam

Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit adalah sebagai berikut : kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemeberian bunga. (Kasmir, 2003:102)

Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang. (Suyatno dkk, 1999:13)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dangan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain prestasi (misalnya uang atau barang) itu akan


(38)

dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pemberian bunga.

2.2.2.1.Fungsi Kredit

Dalam kehidupan perekonomian yang moern, bank memegang peranan sangat penting. Oleh karena itu, organisasi-organisasi bank selalu diikut sertaan dalam menentukan kebijaksanaan di bidang moneter, pengawasan devisa, dan lain-lain. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit, dan kredit yang diberikan oleh bank merupakan pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya di bidang ekonomi.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : (Harijanto, 1996 : 3)

a. Meningkatkan daya guna dari modal / uang

Yaitu para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya selain itu juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan.

b. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari suatu barang

Yaitu dengan mendapatkan kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.


(39)

c. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Yaitu kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.

d. Kredit dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Yaitu setiap orang dapat selalu ingin meningkatkan usaha tersebut, namun adakalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan oleh karena itu bantuan kredit yang diberikan oleh pihak bank akan dapat mengatasi kekurangan kemampuan para pengusaha di bidang permodalan, sehingga para pengusaha dapat meningkatkan usahanya.

e. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi

Yaitu dalam keadaan kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha lain : mengendalikan inflasi, peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.

f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Yaitu dengan meningkatkan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja, dengan demikian akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai,maka untuk pemerataan pendapatan akan meningkat pula.


(40)

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang antara si penerima kredit dan si pemberi kredit.

(Kasmir, 2002:97)

2.2.2.2.Macam-Macam Kredit

Beragam jenis usaha menyebabkan baragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan oleh nasabah.

Didalam prakteknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain :

1. Dilihat dari segi pembiayaan a. Kredit Untuk Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dan operasionalnya, sebagai contoh kredi modalkerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan


(41)

Kredit Kredit investasi investasi merupakan merupakan kredit jangka panjang yang kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek / pabrik baru atau untuk keperluan rentabilitas. Kredit investasi misalnya digunakan untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula. (Kasmir, 2003 : 109)

c. Personal Loan

Ada juga bentuk kredit yang diberikan kepada perorangan bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif, yaitu yang disebut sebagai

personal loan diatas. Kredit ini diberikan biasanya untuk pembelian alat-alat rumah tangga seperti televisi, lemari es, kursi tamu, tempat tidur, alat-alat dapur, sampai dengan mobil bahkan untuk pembelian rumah.

d. Non Cash Loan

Ada sejenis kartu kredit yang belum efektif dapat ditarik secara tunai ataupun secara pemindah bukuan, tetapi di dalamnya telah terkandung adanya suatu kesanggupan untuk melakukan pembayaran dikemudian hari. Pembayaran baru akan dilakukan oleh bank apabila transaksi yang akan dilakukan, direalisir atau yang akan diperjanjikan menjadi efektif. (Muljono, 1989 : 28). 2. Dilihat dari segi jangka waktu


(42)

a) Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b) Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1-3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.

c) Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya adalah diatas 3-5 tahun

3. Dilihat dari segi jaminan a) Kredit Dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud ataupun barang yang tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau kredit tertentu jaminannya harus melebihi jumlah kredit yang diajukan oleh si calon debitur


(43)

Merupakan kredit yang diberikan tanpa adanya jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain. 4. Dilihat Dari Sektor Usaha

a) Kredit Pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b) Kredit Peternakan

Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c) Kredit Industri

Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah, maupun industri besar.

d) Kredit Pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.

e) Kredit Profesi

Merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan para professional seperti dosen, dokter, atau pengacara.


(44)

Merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak ataupu timah.

g) Kredit Perumahan

Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.

5. Dilihat dari segi tujuan kredit a) Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.

b) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, krdit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.


(45)

c) Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangan seperti untuk membelli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor impor. (Kasmir, 2003 : 109-112)

6. Dilihat dari besar kecilnya kredit a) Kredit Usaha Kecil

Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk investasi atau modal kerja yang diberikan dalam Rupiah atau Valuta

Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit

keseluruhan maksimum Rp.500.000.000.00 untuk membiayai usaha yang produktif.

b) Kredit Menengah

Kriteria kredit menengah adalah kegiatan usaha dengan omset penjualan diatas Rp 1.000.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000.000 (Warta ekonomi No.49 tanggal 3 Mei 1993 dan Rizal Ramli : 1993). Dengan kriteria tersebut, maka kredit


(46)

usaha menengah adalah kredit yang besarnya diatas Rp. 500.000.000 sampai dengan Rp.50.000.000.000.

c) Kredit Besar

Kriteria usaha besar adalah kegiatan usaha dengan omset penjualan diatas Rp.100.000.000.000. dengan kriteria tersebut, maka kredit besar adalah kredit yang besarnya lebih dari Rp.50.000.000.000. (Suhardjono, 2003 : 28-29).

2.2.2.3. Penilaian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan.

Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melaluigq-mP 9`UvX$

"çï‚QuŒ 1êÔzÄÔ[ ÚLÊ¡² xN‡

¹½.,6³ßÝ-Mý K)6ÚrNUW * êœ Yˆ‰ qÆÐ÷ïOI¨éwÞêÀ´Å1ßÜu6˜ þS{ÇiÖ-Ye<²fü\[Ñë 8 lé+{vyâ 5/”|Ьp’D îYQ_Æñ1áX Ó ¬ VÁ2


(47)

rßè B 3îx—QÑ9JƒX/ Ùð,uT¹– ¢S9Ktø=®™‹ ŸÑ·µ¤-://‹>p^7»î«¦ #Œ”çÐmÞõ‚N7vövÃ~ÌŒ

)шZ+-4e) |Y ,`ñà d®²ª ú[# BÝiÉ{›ÌJ £8B.õào_*/â“ã

-Ø»úe§è§R; ‚2?Ÿ=ifÖ ®ÑàœÃ ¯-.·lrqºØ-$Pì 3U # ÿœµìƧ sý“•úDaæ°š@cYëÃ

H \õƒ%L wn‘ (c%ã*ÂW;ô/¡t…^<7 ¼eú&@ ìCÔ3Ä2b

QÚµ± @¯*MÃû¿Ì¹ˆ&#ÄÿzŒ¿menjalankan kegiatan usahanya. b. Capacity

Adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit.

c. Capital

Jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Semakin kaya seseorang, ia semakin dipercaya untuk memperoleh kredit sebab seorang debitur yang telah menanankan dananya dalam proporsi yang besar dibandingkan dengan kredit yang diperolehnya dari bank tertentu akan melakukan usahanya dengan penuh dan biasanya berhasil. Kemampuan modal sendiri akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena goncangan dari luar dan justru terjadi sebaliknya bagi calon debitur yang tidak memilliki modal sendiri yang besar.


(48)

Barang-barang jaminan yang diserahkan oleh pemimpin atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya, sebagai pengaman apabila usaha yamg dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal.

e. Condition of Economy

Situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinan akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. (Mulyono, 1993 : 11)

f. Constraints

Yaitu tambahan C dari 5C harus dijadikan pertimbangan dalam penilaian dalam pemberian kredit dalam hal ini adalah prinsip constraints atau adanya hambatan atas pemanfaatan kredit tersebut ada dilokasi yang tidak disukai masyarakat yang ada disekitar lingkungan proyek yang dibiayai oleh kredit tersebut. (Harijanto,2002:86)

2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit berdasarkan atas kepercayaa sehingga demikian pemberian kredit merupakan pemberia kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan


(49)

memberikan, kalau betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dengan demikian dapat disimpulkkkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

1. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar- benar diterima kembali dimasa tertentu dan dimasa yang akan datang. 2. Kesepakatan, yaitu suatu kesepakatan antara si pemberi kredit

dengan si penerima kredit.

3. Jangka waktu, yaitu kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Resiko, yaitu suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit.

5. Balas jasa, yaitu merupakan keuntungan antara pembeli suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

(Kasmir, 2003 : 103)


(50)

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain: 1. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah :


(51)

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa

sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dan kredit yang

dibiayai untuk keperluan ekspor. ( Kasmir,2002:95)

2.2.2.6. Manfaat Perkreditan

Manfaat yang dapat diambil dalam melakukan perkreditan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas, yaitu antara lain:

1. Dengan adanya kelancaran dari proses perkeriditan diharapkan akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan membuka lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan kenaikan pendapatan dan pemerataan pendapatan di masyarakat.


(52)

2. Untuk beberapa golongan profesional seperti konsultan, akuntan publik, notaris, dan lain-lain akan banyak menikmati manfaat dalam proses pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya.

3. Para pemilik dana yang disimpan di bank berharap yang

dimilikinya dapat diterima kembali secara utuh beserta bunganya.

4. Dari Masyarakat pengusaha akan sangat berkepentingan untuk

memperoleh faktor-faktor produksi dengan cara yang mudah, cepat, dan dengan biaya yang relatif murah.

5. Bagi para pengelola pasar modal, maka kebijaksanaan perkreditan terutama kebijaksanaan tentang suku bunga kredit akan sangat bermanfaat dalam penyusunan perencanaan kegiatannya karena merupakan produk substitusi satu sama lainnya.

6. Dengan semakin banyaknya proyek dan perusahaan yang dibuka

karena memperoleh fasilitas kredit sudah tentu akan menyerap banyak tenaga kerja baru.

2.2.2.7. Kredit Modal Kerja

Modal mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi karena dengan adanya pemberian modal yang cukup maka dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas. Dengan kata lain, pemberian modal atau kredit akan memungkinkan perusahaan, perusahaan tersebut terus berkembang, mendapatkan penghasilan dan menciptakan lapangan


(53)

kerja lebih banyak, sehingga taraf hidup masyarakat bisa lebih ditingkatkan. (Todaro, 1993 : 291).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap usaha atau perusahaan selalu membutuhkan modal terutama modal kerja yang digunakan untuk pembelian operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot, pembelian bahan mentah, membayar uang buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya.

2.2.2.8. Pengertian Kredit Modal Kerja

1. Menurut Keputusan Presiden No 29 / 1989

Kredit modal kerja adalah pemberian kredit modal kerja kepada pemborong atau rekan yang tergolong pengusaha golongan ekonomi lemah, memperoleh kontrak pemberian yang sumber daya dan pembiayaannya berasal dari APBD, APBN, BUMN dan bank-bank pemerintah (Suyatno, 1993 : 50).

2. Menurut Suhardjono

Kredit modal kerja adalah fasilitas kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan yang pada umumnya berjangka waktu pendek, maksimal 1 tahun (Suhardjono, 2003 : 287).

3. Menurut Kasmir (2003 : 19)

Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dan operasionalnya.


(54)

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya dan untuk memenuhi kebutuhan modal habis dalam satu siklus usahanya.

2.2.2.9. Jenis-Jenis Kredit Modal Kerja

Mengenai jenis-jenis kredit modal kerja, W.B taylor menggolongkannya dalam : (Riyanto, 1990 : 54).

a. Kredit modal kerja variabel ( variabel working capital ) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah dengan perubahan keadaan dan modal kerja ini dibedakan antara lain :

1. Modal kerja siklus ( cyclical working capital ) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

2. Modal kerja musiman ( seasonal working capital ) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

3. Modal kerja darurat (emergency working capital) yait modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).


(55)

b. Kredit modal kerja permanent ( permanent working capital ) yaitu kredit modal kerja yang tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan fungsinya atau dengan kata lain kredit modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usahanya.

Permanent working capital ini dibedakan dalam :

1. Modal kerja primer ( Primary Working Capital ) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin konstribusi usahanya.

2. Modal kerja normal ( Normal Working Capitall ) yaitu modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal

2.2.3. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana untuk jangka waktu tertentu atau juga bisa dipandang sebagai sewa penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. (Boediono,1992 :34 )

Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2004 : 121).

Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa uang. (Harijanto, 2002 : 99).


(56)

Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan. (Boediono, 2000 : 76). Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami defisit atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. (Diulio, 1999 : 42).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah balas jasa yang diberikan Bank kepada nasabah baik nasabah yang mempunyai simpanan maupun yang memperoleh pinjaman kredit.

Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana untuk jangka waktu tertentu atau juga bisa dipandang sebagai sewa penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. (Boediono,1992 :34 )

Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2004 : 121).

Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa uang. (Harijanto, 2002 : 99).

Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan. (Boediono, 2000 : 76). Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami defisit atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. (Diulio, 1999 : 42).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah balas jasa yang diberikan Bank kepada nasabah baik nasabah yang mempunyai simpanan maupun yang memperoleh pinjaman kredit.


(57)

2.2.3.1. Tingkat suku bunga kredit

Menurut Sinungan, bunga atas kredit adalah “Kontra Prestasi” atau penyerahan uang dengan demikian yang dimaksud tingkat suku bunga kredit adalah jumlah ganti kerugian atau balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah. (Sinungan, 1998 : 42)

Dalam penetapan suku bunga kredit kepada pemohon kredit, bank telah memperhitungkan besarnya resiko kredit (Risk Cost) dalam komponen suku bunga kredit tersebut. Besarnya suku bunga kredit tergantung pada pengalaman masing-masing bank. Penetapan tingkat suku bunga kredit ini dimaksudkan untuk menyerap kerugian bank akibat kegagalan / kerugian dalam pemberian kredit yang normal. (Suhardjono, 2003 : 95).

2.2.3.2. Komponen Yang Menentukan Bunga Kredit

Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan dibebankan kepada debitur. Komponen-komponen tersebut yaitu :

1. Total Biaya Dana (Cost of Fund).

Merupakan biaya untuk memperoleh simpanan setelah ditambah

dengan cadangan wajib (reserve requirement) yang ditetapkan

pemerintah.

2. Laba yang diinnginkan.

Merupakan laba atau keuntungan yang ingin diperoleh oleh bank yang biasanya dalam persentase tertentu. Penentuan besarnya laba juga sangat mempengaruhi besarnya kredit.


(58)

3. Cadangan resiko macet

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang diberikan, karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar.

4. Biaya Operasi

Merupakan biaya yang diperoleh oleh bank dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya yang terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dll.

5. Pajak

Yaitu pajak yang dibebankan oleh pemerintah kepada bank memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. (Kasmir, 2003 : 137).

2.2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.


(59)

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

3. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4. Target Laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal inidisebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang, demikian pula sebaliknya.

6. Reputasi Perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan.

7. Produk yang Kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. 8. Hubungan Baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder).


(60)

9. Jaminan Pihak Ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun juga berbeda, demikian pula sebaliknya.

(Kasmir 2002:122)

2.2.3.4. Hubungan Tingkat Suku Bunga Kredit dengan Kredit Modal Kerja

a. Teori Klasik tentang tingkat suku bunga

Menurut Teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga , maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan penggunaan dana juga makin besar. Tingkat suku bunga dalam keadaan seimbang(artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan keinginan pengusaha melakukan investasi. (Nopirin, 1995 : 70)


(61)

Gambar 1 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga Tingkat Suku Bunga

I

S1

S E1

E2

E0

0 I0 I2 I1

Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan r2

r0

r1

I1

Sumber : Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi II

Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal 383.

Kurva S adalah kurva penawaran dana modal (tabungan) dan I adalah kurva permintaan dana modal (investasi). Keseimbangan tercapai pada titik Eo dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana modal yang akan diinvestasikan sebesar 0I0 dan tingkat bunga

sebesar 0r0. Kalau dimisalkan permintaan dana modal berubah

menjadi 0I1, sedangkan penawaran modal tetap sebesar S,

keseimbangan berpindah ke E1 yang berarti tigkat bunga naik dari

0r0 menjadi 0r1 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 0Io

menjadi 0I1. Dan apabila permintaan dana modal tetap sebesar I,


(62)

berpindah ke E2. Dengan demikian perubahan tersebut menyebabkan

tingkat bunga turun dari 0r0 menjadi 0r2 dan dana yang

diinvestasikan bertambah dari 0I0 menjadi 0I2.

b. Teori Keynes tentang tingkat suku bunga

Pandangan Keynes tentang tingkat suku bunga adalah suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan dari permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar uang. Permintaan akan uang dalam teori Keynes dikemukakan dalam teori liquidity preference, yaitu permintaan keatas uang oleh masyarakat dalam perekonomian. Keynes menyatakan bahwa permintaan uang oleh masyarakat mempunyai 3 motivasi / tujuan yaitu:

1. Motif spekulasi yaitu permintaan akan uang untuk ditanamkan dalam bentuk saham-saham atau surat berharga lain.

2. Motif transaksi yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi dan melancarkan konsumsi yang akan dilakukan.

3. Motif berjaga-jaga yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi pembayaran-pambayaran yang tidak terduga atau di luar rencana.

Dalam kurva teori Keynes tentang tingkat suku bunga, kurva LP menunjukkan bahwa pada waktu jumlah uang sebesar OMo, maka tingkat suku bunga sebesar 0ro dan pada waktu jumlah uang bertambah dari 0mo menjadi 0m1, tingkat bunga turun dari Oro menjadi Oro. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah uang


(63)

yang beredar, maka semakin rendah tingkat bunga. Kurva Mo dan M1 adalah jumlah uang yang beredar dan bentuknya elastis tidak sempurna karena pada suatu waktu tertentu jumlah uang adalah tetap.(Sukirno, 1995 : 389)

Gambar 2 Teori Keynes tentang Tingkat Suku

Lp(liquidity

f )

M0 M1

M1

M0

0 r1

r0

Jumlah uang

Sumber : Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi II. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal 384.

2.2.4. Likuiditas Perbankan

2.2.4.1. Pengertian Likuiditas Perbankan

Likuiditas dalam perbankan, diartikan sebagai suatu kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban yang segera dapat ditarik. Kewajiban harus dilunasi tepat pada waktunya, apabila hal ini dapat dilakukan tanpa menemukan kendala atau dikatakan lancar, maka dapat


(64)

dianggap memiliki tingkat likuiditas baik. Pada intinya likuiditas bank adalah masalah kesanggupan memenuhi permintaan pembayaran dana dari masyarakat setiap saat. (Campton, 1991 : 162). Sehingga likuiditas diartikan sebagai proses pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi kewajiban bank yang harus segera dibayar, seperti simpanan giro, simpanan berjangka (time deposite), kredit likuiditas dan pinjaman-pinjaman dari bank dan pemenuhan suatu kredit tanpa adanya suatu penundaan, oleh karena itu diperlukan adanya

primary reserve yang sama dengan permintaan likuiditas, atau dengan surat berharga yang segera dapat dicairkan sebagai secondary reserve. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas dari suatu bank yaitu kemampuan bank tersebut memenuhi kewajiban finansialnya, yaitu :

1. Tabungan atau deposito, adalah sejumlah uang nasabah yang

dipercayakan untuk disimpan pada suatu bank dengan menerima imbalan sejumlah bunga tabungan atau deposito.

2. Inflasi, yaitu meningkatnya harga bahan-bahan pokok yang disertai dengan meningkatnya harga barang lainnya.

3. Sertifikat Bank Indonesia

4. Capital, yaitu sejumlah uang yang masuk sebagai modal operasi bank. Dalam hal ini bank swasta wajib mengumpulkan sejumlah prosentase tertentu untuk masuk dalam reserve requiment pada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia.


(65)

Untuk mengetahui tingkat luiditas bank dapat dilihat dari 3 ukuran, yaitu :

1. Perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan jumlah dana dari pihak ke-3.

Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin kurang likuid, sebaliknya semakin rendah rasio menunjukkan semakin likuid.

2. Perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan jumlah liabilities.

Adalah rasio ini dimaksudkan lebih menyempurnakan rasio yang pertama, karena pengertian likuiditas lebih luas daripada pengertian deposit dan dapat mencerminkan suatu potensi dalam penyaluran dana di bank.

3. Perbandingan antara asset yang likuid dengan jmlah liabilities.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin likuid, sebaliknya semakin rendah rasio ini akan semakin kurang likuid.

Dari keseluruhan ukuran likuiditas tersebut diatas sebenarnya belum termasuk dapat memberikan gambaran konkrit tentang likuiditas bank karena apabila data yang ada di laporan keuangan, maka akan timbul didalamnya faktor kemampuan bank untuk mendapatkan dana dari pinjaman dan akan timbul kesulitan dimasa yang akan datang sehingga sulit untuk menentukan likuiditas yang wajar.

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat likuiditas digunakan rumus sebagai berikut :


(66)

Alat likuiditas

Likuiditas = _____________________________ x 100% Kewajiban kepada pihak ketiga

(Bank Indonesia, 2003 : 30) Keterangan :

Alat likuiditas meliputi :

1. Uang kertas dan uang logam di dalam teller

2. Giro di Bank Indonesia 3. Giro di Bank lain

Kewajiban kepada pihak ketiga meliputi :

1. Simpanan giro

2. Simpanan deposito berjangka

3. Tabungan

2.2.4.2.Kebijaksanaan Likuiditas Bank

Menurut Mulyono (1992:65), dalam menetapkan likuiditasnya oleh suatu manajemen bank, dapat ditempuh melalui lima pendekatan, yaitu :

1. Self Liquidiy Approach

Adalah pendekatan peningkatan likuiditas suatu bank melalui peningkatan pembayaran kembali kredit-kredit atau penanaman dalam surat berharga yang sesuai dengan jatuh temponya.

2. Assets Sale Ability / Assets Shift Ability

Adalah peningkatan likuiditi dengan mengadakan likuiditas atas asset-asset lainnya yang tidak produktif.


(67)

Adalah peningkatan likuiditas dengan menciptakan sumber-sumber dana yang baru dari masyarakat maupun dari dunia perbanan, misalnya : penciptaan traveler cheque, credit card, deposito-deposito berjangka dan lain sebagainya.

4. Borrowers Earning Flow

Adalah meningkatkan likuiditas melalui usaha yang giat dalam menjaga kelancaran penerimaan bunga dan kredit yang diberikan.

5. Reserve Discount Window to Central Bank as Lender of Last Resort

Adalah untuk mencari likuiditas dengan mengadakan pinjaman kepada Bank Setral.

2.2.4.3. Hubungan Tingkat likuiditas bank dengan kredit modal kerja

Perkreditan sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah lain yang ada dalam suatu kegiatan perbankan, secara minimal suatu bank dapat memberikan kredit kalau ia mempunyai dana yang mencukupi. Dalam perkembangan business perbankan yang mengarah kepada “one stop shopping bank” maka permasalahannya akan semakin rumit, karena perkreditan itu sendiri akan saling kait pengait dengan kegiatan perbankan lainnya dan akan membentuk “net work” yang tidak ada putus-putusnya.

Untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya agar kegiatan perkreditan tersebut dapat berjalan lancar, maka diperlukanlah suatu kebijakan kredit. Karena kebijakan ini akan merupakan pedoman


(68)

kerja dibidang perkreditan, maka kebijakan tersebut harus mengandung keputusan-keputusan politis, keputusan yang bersifat operasional.

Dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan terdapat tiga

azas pokok yang diperhatikan, antara lain azas likuiditas. Azas likuiditas adalah suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dan para nasabahnya atau dari masyarakat luas.

Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain :

1. Bank tersebut memiliki “cash asset” sebesar kebutuhan yang akan dipergunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

2. Bank tersebut memiliki asset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk utang.

2.2.5. Jumlah Kantor Bank

Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan pada masyarakat. Untuk meraih minat masyarakat pada bank harus dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu yang cukup luas yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.


(69)

Hal ini akan memudahkan membantu memudahkan masyarakat untuk memperoleh kredit atau menggunakan jasa perbankan lainnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kantor bank adalah banyaknya jumlah kantor bank-bank umum yang menerima simpanan berupa tabungan dan agar masyarakat lebih mudah dalam menggunakan jasa perbankan harus memperluas jaringan kantor cabangnya agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, misalnya dengan pembukaan kantor-kantor cabang dan kantor cabang-cabang pemabntu. Dengan semakin banyaknya jumlah kantor bank-bank umum yang didirikan, maka sangat berpengaruh didalam upaya penyerapan dana masyarakat pada lembaga keuangan bank.

Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan pada masyarakat. Upaya ini ditunjang dengan adanya peningkatan teknologi dalam pelayanan terhadap masyarakat, sehingga akan membawa peluang atau kesempatan serta menambah minat masyarakat untuk memperoleh kredit. Hal ini tentunya juga ditunjang dengan produk-produk perbankan yang memanjakan para nasabah. Selain itu untu menarik minat masyarakat pada bank perlu juga dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu yang cukup luas dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Yang dimaksud dengan jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank. Luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank


(70)

tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang tersebut tergantung dari wilayah operasionalnya. Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat operasional suatu bank (Kasmir, 2004:45), adapun beberapa jenis kantor bank yang dimaksud :

1. Kantor Pusat

Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan terdapat di kantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kgiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.

2. Kantor Cabang Penuh

Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank yang paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.

3. Kantor Cabang Pembantu

Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabag penuh, diaman kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagaian saja. Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi criteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.


(71)

4. Kantor Kas

Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini kantor kas yang dilayani dengan mobil dan sering disebut kas keliling. (Kasmir, 2004:166)

Sedangkan jenis Kantor Bank Rakyat Indonesia meliputi Kantor Pusat (kanpus), Kantor Wilayah (kanwil), Kantor Cabang (kanca), Kantor Unit dan Pos Pelayanan Desa (PPD).

2.2.5.1. Hubungan Jumlah Kantor Bank dengan Kredit Modal Kerja

Jumlah kantor bank sangat berkaitan dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan bank pada masyarakat sehingga menarik minat masyarakat untuk memperoleh kredit. Maka bank harus melebarkan jaringan kantor cabang pembantu yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini memudahkan masyarakat untuk memperoleh kredit atau menggunakan jasa perbankan lainnya, yang semula enggan karena keterbatasan jarak dan waktu, dengan adanya kantor bank di dekat lokasi tempat tinggal akan lebih memudahkan memenuhi kebutuhannya


(72)

2.2.6. Kerangka Pikir

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Modal Kerja

Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat. Kemudian menyalurkannya kembali dana tersebut kedalam bentuk permintaan kredit dalam rangka membiayai kegiatan modal kerja.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja antara lain :

1. Jumlah Dana Bank

Dana Bank adalah uang tunai yang dimiliki oleh bank atau dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Uang yang dimiliki ataupun yang dikuasai baik tidaklah berasal dari uang orang lain, uang pihak lain yang “ dititipkan” pada bank yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu dapat diambil.

Makin banyak dana yang berhasil dihimpun oleh bank, maka semakin besar kemampuan bank dalam menyalurkan kredit yang diberikan kepada debitur. Sebaliknya makin kecil dana yang berhasil dihimpun oleh bank, maka semakin kecil pula kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, karena bank mempunyai tugas yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat hingga mencapai jumlah yang berarti. Dengan dana yang terkumpul tadi, bank kemudian membantu nasabah mereka guna membiayai keperluan bisnis misalnya


(1)

diberikan kepada kreditur, semua ini tergantung dari bank itu sendiri, bagaimana caranya menarik perhatian nasabah untuk mau mengajukan kredit, seperti pembinaan usaha kecil dan menengah ataupun juga melalui program kemitraan antara perbankan dengan pihak kreditur sehingga dapat meningkatkan kesediaan masyarakat untuk mengajukan pinjaman kredit kepada pihak perbankan.

Untuk hasil penelitian tentang likuiditas bank berdasarkan hasil penelitian juga tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja karena meskipun likuiditas rendah tetapi permintaan akan kredit modal kerja tinggi maka bank akan tetap menyalurkan kredit. Bank bisa menjual obligasi atau melakukan pinjaman kepada bank lain untuk memenuhi permintaan kreditnya.

Untuk hasil penelitian tentang jumlah dana bank berdasarkan hasil penelitian terbukti berpengaruh (signifikan) terhadap penyaluran kredit modal kerja karena makin banyak dana simpanan yang berhasil dihimpun bank maka makin banyak pula kredit yang diberikan kepada pengusaha kecil dan menengah.


(2)

99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab iv sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Dari hasil analisis dengan uji F secara simultan bahwa variabel Jumlah dana Bank, Suku bunga kredit, Likuiditas bank dan Jumlah kantor bank berpengaruh secara nyata terhadap Kredit Modal Kerja karena mempunyai nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, sedangkan besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,841.

b. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, terdapat pengaruh signifikan antara variabel Jumlah dana Bank(X1) terhadap Kredit Modal Kerja(Y), sebab kebutuhan dana khususnya dana investasi masyarakat di Jawa Timur cukup tinggi.

c. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Suku bunga kredit(X2) terhadap Kredit Modal Kerja(Y), karena masyarakat saat ini lebih banyak atau cenderung ke Bank syariah yang memiliki tingkat suku bunga rendah.

d. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Likuiditas bank (X3) terhadap Kredit Modal Kerja(Y), karena untuk mendapatkan kredit modal kerja masyarakat tidak mempertimbangkan likuiditas tetapi lebih mempertimbangkan tingkat suku bunga kredit..


(3)

secara parsial variabel Jumlah kantor bank(X4) terhadap Kredit Modal Kerja(Y), karena Jumlah kantor bank mengalami penurunan, k serta tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut adalah rendah, sehingga masyarakat enggan menyimpan dananya pada bank tersebut adalah rendah.

5.2. Saran

Dari kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Hendaknya pemerintah Propinsi Jawa Timur meningkatkan pemberian kredit modal kerja kepada usaha kecil dan menengah, karena para usaha kecil dan menengah adalah pilar dari perekonomian di Jawa Timur b. Untuk penelitian selanjutnya mengenai Kredit modal kerja hendaknya

peneliti menambahkan dengan faktor-faktor lain serta menambahkan rentang waktu penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.


(4)

(5)

____________ , 2005, Laporan Tahunan, Bank Indonesia, Surabaya.

Boediono, 1996, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga, Seri Sinopsis, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

____________ , 2001, Ekonomi Mikro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, Edisi Keempat, Penerbit BPFE – UGM, Yogyakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2003, Manajemen Perbankan, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Gamal, Merza, 2008, Ekonomi Keseimbangan Islami, www. Shoriaeconomy. Blogspot. Com.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harijanto, 1996, Kredit Bank dan Kebijksanaaan Moneter, UPN “Veteran” JAWA

TIMUR, Surabaya.

____________ , 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, UPN “Veteran” JAWA

TIMUR, Surabaya.

Huda, 2003, Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Koperasi Unit Desa (KUD), Jurnal Penelitian Ekonomi.

Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cetakan Kelima, Penerbit

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

____________ , 2003, Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit Raja Grafindo, Persada, Jakarta.

____________ , 2004, Pemasaran Bank, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Muchtolifah, 2001, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Kredit pada Bank Umum dalam Wilayah Kerja di Bank Indonesia, Jurnal, Penelitian Ilmu Ekonomi, FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Mulyono, Teguh Pudjo, 1993, Manajemen Perkreditan Bagi Bank, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta.


(6)

____________ , 1994, Manajemen Perkreditan Bagi Bank, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Nasution, dkk, 2003, Pemberian Kredit Usaha,Resiko, Bisnis dan Nasib Pengusaha Kecil, Jurnal Penelitian Bisnis dan Ekonomi.

Nopirin, 1995, Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Penerbit BPFE – UGM, Yogyakarta. ____________ ,2002, Ekonomi Moneter, Buku I, Edisi Keempat, Cetakan Kelima,

Penerbit BPFE – UGM, Yogyakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 1990, Uang dan Bank, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sudrajat, 2003, Mengenal ekonometrika Pemula, Edisi Kedua, Penerbit Armico, Jakarta.

Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecildan Menengah, Penerbit UPP

AMP YKPN, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

____________ , 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit Raja Grafindo, Persada, Jakarta.

Suyatno, dkk, 1997, Kelembagaan Perbankan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

____________ , Thomas, 1993, Kelembagaan Perbankan, Edisi Kedua, Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Todaro, Michael, 1993, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Alih Bahasa Amirudin