16
B. KONTROL DIRI
1. Definisi dan Perkembangan Kontrol Diri
Penelitian tentang konsep awal kontrol diri telah dimulai pada bidang ilmu psikologi sejak tahun 1977 dengan istilah efikasi diri. Bandura 1977
mengatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Efikasi diri menentukan seseorang untuk
memunculkan perilaku tertentu Bandura, 1977. Mengacu pada definisi tersebut, Rosenbaum 1980
memperkenalkan istilah kontrol diri dan mengoperasionalkan konsep awal tentang kontrol diri lewat skalanya Self-
Control Schedule . Ia menganggap bahwa kontrol diri dapat dipelajari dan
perlu adanya keyakinan bahwa ia mengontrol perilakunya sendiri tanpa bantuan dari luar dirinya Rosenbaum, 1980. Hasil penelitian Rosebaum
1980 menunjukkan bahwa kontrol diri berhubungan dengan internal locus of control
, yaitu kecenderungan seseorang menganggap penguatan atau hasil dari perilaku berasal dari perilaku mereka sendiri dan karakteristik personal
Rotter, 1990. Di masa ini, konsep awal kontrol diri merupakan bagian dari internal locus of control
. Pada satu dekade setelahnya, Baumeister dan Heatherton 1996
memulai penelitian yang mengacu pada konsep awal kontrol diri oleh Bandura 1977 dengan istilah regulasi diri. Mereka menganalisis tiga aspek
dari kontrol diri dan mengatakan bahwa regulasi diri merupakan sumber daya yang terbatas, misalnya ketika seseorang sedang kelelahan maka ia akan
mudah kehilangan regulasi diri. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa impuls PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang muncul memiliki kekuatan, dan regulasi diri harus memiliki kekuatan yang lebih besar agar individu dapat mengontrol dan menahan impuls
tersebut; hal itu juga yang membuat seseorang akan kesulitan meregulasi beberapa impuls dalam satu waktu Baumeister Heatherton, 1996.
Pada penelitian selanjutnya, Baumeister 2002 mengatakan bahwa kontrol diri dan regulasi diri mengacu pada hal yang sama, yaitu kapasitas
seseorang untuk mengendalikan perilaku dirinya yang muncul secara tiba- tiba dan mengganti perilaku tersebut dengan perilaku lain yang lebih sesuai.
Perilaku tersebut dapat berbentuk pikiran menolak pikiran buruk dan berusaha berkonsentrasi, mengubah emosi melepaskan perasaan yang tidak
menyenangkan, meregulasi impuls bertahan terhadap godaan, dan meningkatkan performansi kerja Baumeister, 2002. Kapasitas tersebut
memampukan individu untuk hidup dan bekerja bersama dalam sistem budaya yang ada dan memberikan manfaat bagi semua manusia yang ada
dalam sistem tersebut DeWall, Baumeister, Stillman, Gailliot, 2007. Penelitian selanjutnya yang lebih berfokus pada dampak kontrol diri
mendefinisikan istilah kontrol diri sebagai kemampuan untuk mengendalikan dan mengubah respon diri, termasuk mencegah impuls perilaku yang tidak
diinginkan dan menahan diri untuk tidak melakukannya Tangney, Baumeister, Boone, 2004. Hal itu membuat kontrol diri yang rendah
disebut sebagai impulsivitas dan ketidaksabaran seseorang untuk memuaskan keinginan secepatnya Tochkov, 2010.
18
Baumeister, Vohs, dan Tice 2007 melihat kontrol diri merupakan kapasitas manusia untuk mengendalikan respon
terutama dalam fungsinya untuk beradaptasi dengan norma ideal, moral, ekspektasi sosial, dan
pencapaian jangka panjang. Namun berbeda pada penelitian sebelumnya, mereka mengatakan bahwa kontrol diri lebih mengacu pada perilaku yang
disadari dan membutuhkan usaha untuk melakukannya, sedangkan regulasi diri lebih dipandang sebagai proses homeostatis seperti mempertahankan
suhu tubuh Baumeister, Vohs, Tice, 2007 Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri secara sadar agar menghasilkan perilaku yang
tidak merugikan orang lain, sehingga sesuai dengan norma sosial dan dapat diterima oleh lingkungannya.
2. Aspek Kontrol Diri